5. Siapa Dia?

1.2K 107 6
                                    

Sukai sewajarnya dan bencilah sewajarnya, akan tetapi kalau bisa jangan terlalu membenci karena itu tidaklah baik!

Happy reading ☺️
.
.
.
.
.
.
.

Kreteg

Kreteg

Kreteg

Novan meliukkan badannya ke kanan dan ke kiri sampai terdengar bunyi yang cukup keras. Sampai di ruang tamu ia berpapasan dengan mertuanya.

Terlihat di sana Ibuk dan Bapak sedang tersenyum tidak jelas, mereka memandangi Rindi dan Novan secara bergantian. Rindi pun paham arti senyuman orang tuanya itu, ia memilih menghindar dari sana agar tidak terjadi sesuatu yang membuatnya malu.

"Mau ke mana, Nduk?" Tanya Bapak setelah berkedip jahil dengan Ibuk.

"Emm ... haus, mau ambil minum," jawabnya gugup.

Bapak dan Ibuk hanya ber oh ria menanggapi jawaban putrinya itu. Kemudian Ibuk kembali menjailinya.

"Tetanggamu aktif, ya?"

"Maksudnya, Buk?" heran Rindi tak paham arah pembicaraan ibunya.

"Itu, kemarin heboh banget malam-malam, gedebag gedebug sana sini. Kayaknya lagi konser malam." Jelas Ibuk sambil menahan tawanya.

"Iya mungkin." Singkat Rindi yang kemudian berjalan menuju dapur.

Novan yang sedang berdiri di samping Rindi tadi pun masih belum paham arah pembicaraan mertuanya itu. Ia menggaruk rambutnya yang tak gatal dan otaknya berusaha untuk mencerna maksud perkataan mertuanya itu.

"Ibuk, nanti ikut Rindi belanja bulanan, ya?" Ajak Rindi setelah keluar dari dapur.

"Tidak bisa, Ibuk harus pulang," jawab Ibuk.

"Yaaa ... kok buru-buru, sih?"

"Ada urusan, Nak. Kamu pergi saja sama Nak Novan!" usul Ibuk.

"Setuju!" sahut Bapak.

"Gamau ah," tolak Rindi.

"Kenapa gamau?"

"Sekalian jalan-jalan berdua," usul Ibuk lagi.

"Setuju!" sahut Bapak.

"Gak seru tau," tolak Rindi.

"Sekalian mampir ke rumah makan Padang atau ke mana gitu." Usul Ibuk lagi sambil tersenyum penuh arti.

"Setuju!" sahut Bapak lagi dan lagi.

"Bisa diam nggak, Pak!" sentak Ibuk.

"Setuju!"

"Diam! Dari tadi setuju mulu. Usul apa gitu!" kesal Ibuk.

"Ya nggak tahu, tanya kok tanya saya?" sahut Bapak enteng.

Ibuk menepuk dadanya seraya beristighfar berkali-kali, sungguh menjengkelkan menghadapi seseorang di sampingnya ini, untung sayang.

Novan dan Rindi tertawa melihat aksi orang tuanya tersebut, kemudian saling diam ketika sang ibu memberikan tatapan mematikan ke arah mereka.

🦭🦭🦭

Novan dan Rindi sekarang sudah berada di minimarket terdekat, keduanya sedang berbelanja. Ralat, hanya Rindi saja yang sedari tadi sibuk berputar-putar di dalam sana sembari diikuti Novan di belakangnya.

Setelah kepergian orang tua Rindi dari rumah mereka, terpaksa Rindi harus belanja ditemani Novan. Ia sudah berharap jika nanti akan belanja dan bersenang-senang dengan ibunya, tetapi beliau harus segera pulang ke rumahnya karena ada suatu pekerjaan. Rindi merasa bahwa ibunya itu sengaja berbuat demikian agar dia bisa menghabiskan waktu dengan Novan.

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang