Hadiah Spesial

617 42 8
                                    

"Hallo, perhatikan Bunda sebentar ya!" teriak Rindi menginterupsi di depan kelas.

"Kita akan belajar sambil bermain,"

"Lihat Bunda dulu, Sayang!" teriaknya lagi agar para muridnya fokus kepada dirinya. "kita bentuk lingkaran, nanti Bunda kasih pensil, lalu Bunda akan beri pertanyaan dan kalian harus menyebutkan sesuai yang Bunda ucapkan. Sampai di sini mengerti?"

Semua mengangguk antusias walau ada juga yang belum paham betul perkataan Rindi. "Baiklah, langsung kita coba ya, sambil diperhatikan baik-baik!"

"Ayo! Bentuk lingkaran dulu!"

Anak-anak pun menurut dan mulai membentuk lingkaran, Rindi berada di tengah-tengah mereka. "Perhatikan Bunda baik-baik ya, harus fokus!'

"Sebutkan binatang berkaki empat, dimulai dari Aryan!" bersamaan dengan itu, Rindi menyerahkan pensil ke Aryan dan menyuruhnya untuk menyebutkan satu nama binatang berkaki empat.

"Apa, Bunda?" tanyanya polos.

Rindi pun hanya tersenyum kemudian berjongkok di depan Aryan, "Sebutkan nama binatang berkaki empat?" Aryan pun mengangguk dan mulai berpikir, "Halimau," ucap Aryan seraya menirukan suara khas harimau.

"Maa syaa Allah, lanjut!"

"Kasih pensilnya ke Gio!" pinta Rindi yang kebetulan Gio berada di samping kanan Aryan. "Ayo, Gio!"

"Emm... kucing,"

"Maa syaa Allah, lanjut, Sayang! Ayo semakin cepat semakin baik, nanti yang tidak bisa menyebutkan akan ada hukumannya,"

"Apa ya... aduhh, sapi,"

"Kuda,"

"Kambing,"

"Ayam,"

Semua perhatian terfokus pada Dewi yang salah menyebutkannya karena ayam termasuk binatang berkaki dua.

"Dewi salah,"

"Ayam kan belkaki dua,"

"Haaa... iya, lupa," ucap Dewi bersedih karena jawabannya salah.

"Karena Dewi sudah salah menyebutkan, jadi kita kasih hukuman. Hukumannya adalah menyanyi," ucap Rindi menjelaskan.

"Dewi maju satu langkah!" pinta Rindi dan Dewi menurutinya. "mau nyanyi lagu apa, Sayang?"

"Emm... naik delman," putus Dewi yang diangguki Rindi, kemudian ia mulai bernyanyi dengan semangat.

Permainan berlanjut, Rindi mulai memberikan pertanyaan lagi, "Sebutkan binatang yang hidup di air! Dimulai dari Dewi!"

"Ikan hiu,"

"Paus,"

"Patrick. Eh, apa ya lupa namanya,"

"Bintang laut, Cicit!" koreksi Gio.

"Ih, namaku Citra bukan Cicit," keluh Citra memanyunkan bibirnya.

"Nggak boleh begitu, Gio!" tegur Rindi lembut.

"Itu panggilan kesayangan, Bunda," celoteh Gio seraya tertawa pelan, hal itu membuat semua temannya bertepuk tangan dan bersorak ramai.

Rindi pun ikut tertawa, anak sekecil ini sudah bisa menggombal, pasti mendapat pengaruh buruk dari dunia luar. "Sudah-sudah, lanjut!" seru Rindi.

"Emm... lumba-lumba,"

"Buaya,"

"Ih, bukan. Buaya kan hidup di dalat," protes Aryan.

"Di air, Aryan,"

"Di dalat,"

"Air,"

"Dalat,"

DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang