"Umma, Rindi ke mana ya, daritadi Novan cari nggak ada?" tanya Novan sedikit berteriak dari halaman depan.
"Baru ditinggal sebentar udah nyariin aja," sindir Umma.
"Umma....," rengek Novan sembari memeluk sang Umma. "ada di belakang." jawab Umma seraya terkekeh melihat kelakuan putra sulungnya.
Sebelum berlari menuju halaman belakang, Novan mengecup kedua pipi sang Umma, "Terima kasih, Umma."
"Anak nakal!" cetus Umma kala Novan sudah berlari menuju halaman belakang rumah.
"Wow! Kenapa aku baru tahu kalau di halaman belakang ada lapangan basket?"
Rindi menginjakkan kakinya di halaman belakang rumah mertuanya, seketika matanya berbinar saat melihat ada lapangan basket yang cukup luas dan di sampingnya ada sebuah ayunan yang ia perkirakan masih baru-baru ini dibuat, melihat dari warna cat yang masih bagus pada tiang penyangganya. Ia menoleh ke kanan dan kiri mencari bola basket, lalu senyum mengembang di bibirnya kala menemukan bola basket yang tersimpan di keranjang tak jauh dari sana.
Saat hendak mengambil bola basket, langkahnya terhenti kala Gio memanggilnya, "Bunda.... Gio mau main itu," tunjuknya ke arah ayunan.
"Iya, Sayang. Kamu main dulu di sana ya, Bunda mau main basket sebentar!" ucap Rindi seraya berjongkok dan mengusap lembut pipi Gio. "basket?" ulang Gio.
Rindi mengangguk dan berjalan mengambil bola basket di sana, "Kamu lihat Bunda dari situ!"
"Siap, Bunda!" ucap Gio bersemangat dan berlari menuju ayunan.
Rindi berjalan sembari mendribble bola basket di lapangan, ia berlagak seolah dia adalah atlet profesional, ia memberikan kecupan jarak jauh ke kanan dan kiri seolah ini adalah sebuah ajang permainan basket yang sesungguhnya. Gio sangat bersemangat melihat Bundanya memasuki lapangan, ia meloncat-loncat dan bertepuk tangan ria.
"Bundaaa...., muach!" pekik Gio bersemangat dan memberikan kecupan jarak jauh ke arah Rindi.
"Sabar-sabar! Nanti bisa minta tanda tangan ke saya setelah pertandingan usai," sahutnya dan Gio melebarkan mulutnya tak paham.
Rindi mendribble bola dan berlari pelan, ia berhenti sejenak saat posisinya mendekati ring basket, ia melemparkan bola ke arah ring, dan....
Plung
Bola masuk dengan sempurna ke dalam ring, Gio bertepuk tangan dan bersorak gembira. "Lagi, Bunda! Lagi!" serunya bersemangat.
Rindi mengambil bolanya kembali, ia berputar dan berlari-lari kecil sembari mendribble bola, kemudian ia menshoot dari jarak yang lumayan jauh, bola pun masuk kembali ke dalam ring.
"Yes!"
"Lagi, Bunda!" seru Gio.
Rindi tersenyum, keringat mulai membasahi keningnya tetapi tak menyurutkan semangatnya untuk bermain basket. Sudah bertahun-tahun ia tak menyentuh bola besar kesayangannya, tetapi skill dalam bermain basket masih cukup bagus.
Rindi mengambil three point untuk menshoot bola dan bola itu pun kembali masuk ke dalam ring, tetapi untuk shooting selanjutnya ia meleset, bola itu melambung jauh.
"AWAS!" teriak Rindi kala bola itu hampir mengenai kepala seseorang.
Dengan sigap orang itu menangkap bola yang hampir mengenai kepalanya, ternyata dia adalah Novan.
"Bagus juga skill kamu," puji Novan mendekati Rindi.
Novan tersenyum jahil, "Gimana kalau kita tanding!" ajaknya tetapi dengan cepat Rindi menggeleng. "kenapa? Takut?" Novan menaik-turunkan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA IMAMKU (End-Tahap Revisi)
Художественная проза"Saya tidak akan memaksa, Dik. Cinta datang karena terbiasa, semoga saja kamu bisa merasakan apa yang saya rasakan sejak empat tahun dahulu hingga sekarang." . . . Sebuah kejadian tak terduga tengah dialami gadis yang kurang percaya akan cinta dan k...