Chapter 22| Penjelasan Jinyoung

161 23 15
                                    

Kelimanya kini sudah duduk di ruang tamu, semuanya telah menunggu Jinyoung angkat bicara menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa Jinyoung dapat berakhir disana, seolah ia berkhianat dari mereka?

Mereka tahu persis Jinyoung bukanlah orang seperti itu, walaupun mereka sendiri sebenarnya kurang yakin jika di waktu terjepit pemuda itu apa memang benar benar dapat berkhianat dari mereka atau sebaliknya.

"Aku di jebak," ujar Jinyoung kemudian.

"Maksud mu?" Tanya Guanlin bingung tak paham mengenai konsep di jebak oleh Younghoon seperti apa untuknya.

"Kalian ingat kecelakaan yang terjadi pada Woojin dan Younghoon kala itu?" Ujar Jinyoung membuka pembicaraannya.

Tentu saja secara serempak semua yang ada disana langsung menganggukan kepalanya. Sudah pasti mereka ingat akan kecelakaan tersebut, apalagi setelah nya Jihoon yang harus bedrest dan mengetahui bahwa ia tengah mengandung bayi kembarnya.

"Ada apa dengan kasus itu?" tanya Jihoon yang kali ini ikut angkat bicara.

Jinyoung menghela nafasnya panjang, dan memijit keningnya pelan. Jujur saja ia tak menyukai menceritakan hal kebodohan yang paling ia benci itu.

"Mereka mengancam ku akan mencarimu, dan mencelakakan mu jika aku tak mengganti rugi, jadi aku mencoba mengganti motor miliknya dicicil, aku tak memiliki saving money yang cukup banyak kala itu, dan aku tak mau melibatkan kalian terlebih dirimu Jihoon, aku sedang emosi padamu jadi aku masih enggan meminta bantuan mu, lagi pula salah nya aku mengapa aku berpapasan dengan mereka—"

Jinyoung menggantungkan kalimat nya dan menghirup nafasnya pelan, dan menghembuskannya secara perlahan sebelum ia melanjutkan kembali cerita yang terus berputar di kepalanya.

"Dan kalian tahu syarat aku di perbolehkan mencicil dengan jaminan aku akan di awasi 24 jam oleh mereka, dan tinggal di tempat mereka."

Jihoon, Guanlin dan juga Woojin tampak terkesiap di buatnya. Namun hanya Daniel lah yang dengan tenang mendengar cerita Jinyoung seakan ia telah membaca alur cerita yang akan di katakan oleh pemuda itu.

"Pantas saja kau menghilang dua bulan ini, lalu bagaimana kau dapat kesini?" tanya Jihoon.

"Aku kabur dari sana saat mendapatkan kesempatan setelah itu aku bertemu dengan seseorang yang membawaku kesini, apakah dia orangmu?" Ujar Jinyoung yang di akhiri dengan pertanyaan yang di tujukan untuk Daniel.

Dengan cepat Daniel menganggukan kepalanya membenarkan pertanyaan Jinyoung, tak lupa Daniel mengatakan bahwa ia beruntung pada waktu yang tepat dapat bertemu dengan orang suruhan Daniel dengan begitu ia dapat berada bersama sama dengan mereka.

"Oh ya, hai ... waktu itu mungkin aku memiliki kesan buruk sebagai sahabat Jihoon, aku Jinyoung," ujar Jinyoung yang langsung mengulurkan tangannya pada Daniel.

Seulas senyum Daniel berikan, dan tak lupa ia membalas jabatan tangan Jinyoung, serta memperkenalkan dirinya sebagai suami dari Jihoon tentunya.

Jinyoung menganggukan kepalanya, dan secara spontan Jinyoung langsung memberikan nasihat pada Daniel di luar dugaan.

"Sebagai suami sahabat ku, maka aku berharap kau tak menyakitinya, dan tak lupa jaga dia baik baik karena—"

Jinyoung menggantungkan perkataannya dan mendekat ke arah Daniel.

"Banyak orang yang ingin berkencan dengannya, dan aku ingin membicarakan hal penting dengan mu mengenai Jihoon empat mata." Bisik Jinyoung pada Daniel, yang tentu saja mengundang rasa penasaran bagi lainnya.

"Apa yang kau bicarakan dengan suamiku Jinyoung-ah?" Lirih Jihoon sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Aku hanya membicarakan hanya untuk sesama pria saja," ujar Jinyoung dengan santainya dan sebuah cengiran tipis di wajahnya.

Jihoon semakin menilik tajam pada Jinyoung, sedangkan Woojin dan Guanlin memutarkan manik nya malas.

"Aku juga seorang pria Jinyoung-ah!" Pekik Jihoon yang tak setuju dengan kata kata Jinyoung tersebut, belum lagi ia menarik tangan Daniel agar dekat dengannya.

Refleks Jinyoung tergelak tawa mendengar perkataan Jihoon yang menurut nya sangat lucu di dengar di telinganya.

"Kau berbeda Jihoon-ah, bukti nya saja kau tengah mengandung keponakan keponakan lucu ku."

"Ck, kau menyebalkan ... hyung juga sama saja menyebalkan! Mengapa hyung mau mendengar bisikan dari Jinyoung!" Pekik Jihoon heboh dengan di akhiri menatap suaminya yang berada di sebelahnya.

'Astaga! Mengapa istriku menjadi seperti ini? Apa dia cemburu dengan sahabat nya sendiri? Begitukah?'

Woojin, Guanlin dan Jinyoung saling menatap satu sama lain berusaha memahami situasi yang tengah terjadi.

"Kau cemburu?/Kau cemburu?/Kau cemburu?" Ketiganya refleks serempak bertanya pada Jihoon.

Blush!

Wajah Jihoon merah merona mendengar pertanyaannya bersamaan dari ketiga sahabatnya itu.

'Benarkah aku begitu?'

Berhubung Jihoon yang terlampau malu, ia memilih menghentak hentakan kakinya dan membelakangi semua nya melangkahkan kaki nya menuju kamarnya.

"Love?!"

"Sudah hyung sama mereka saja, aku mau istirahat di kamar dulu, jangan ikuti aku," ujar Jihoon yang tak berani menatap suaminya itu.

Daniel menghela nafasnya pelan melihat tingkah lalu istrinya yang memang saat hamil ini cukup unik dan lebih sensitif dari biasanya.

Setelah melihat Jihoon yang memang benar benar menghilang dari hadapan mereka, Daniel langsung menatap ke arah Jinyoung yang sebelumnya ingin berbicara dengannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya Daniel yang berubah menjadi serius tak seperti sebelumnya.

Jinyoung menghela nafasnya panjang, dan menatap ketiga orang yang ada di hadapan dan juga samping dirinya.

"Alasan mereka menahanku bukan karena ingin ada nya ganti rugi atas kerusakan pada hari itu, melainkan ia ingin menjebakku agar Jihoon datang sendiri menyelamatkan ku sebab..—"

Jinyoung menggantungkan kalimatnya dan melihat wajah Daniel, Woojin dan Guanlin terlebih dahulu.

"Ia menyukai Jihoon, ia ingin Jihoon takluk di tangannya."

BRAK!!

Refleks Daniel memukul meja yang ada di hadapannya dengan keras. Ia sungguh emosi mendengar hal itu.

Woojin, Guanlin, dan Jinyoung hanya menatap kaget Daniel.

"Maafkan aku memberitahu hal ini, tetapi sebaiknya perketat penjagaan untuk Jihoon, Younghoon tak akan tinggal diam jika Jihoon tak berada di tangannya. Ia terlalu ambisius hyung," ujar Jinyoung mengakhiri perkataannya.

Daniel tak dapat berkata apa apa melainkan ia hanya mengepalkan tangannya sambil memejamkan maniknya. Ia terlalau marah dan emosi mendengar hal itu.

"Hyu...-hyung ... ada apa? A..-apakah ada ma—"

Manik Jihoon membulat sempurna melihat tangan suaminya dan juga meja kaca yang ada di hadapannya tak dapat di katakan tak ada masalah.

Refleks Jihoon langsung setengah berlari berusaha mendekat dengan Daniel.

"Love! Jangan berlari!"

Kali ini bukan hanya Daniel yang panik melainkan semuanya menatap panik ke arah Jihoon.

"Hyu..—"

———

Leave a comment, and vote

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang