Chapter 7| Kecelakaan

334 50 8
                                    

Wajah - wajah yang sebelumnya tampak berseri dan saling menyemangati kini mendadak berubah 180 derajat.

Ketegangan dan ketakutan kini yang dapat tergambarkan dari pemuda pemuda itu.

Guanlin, dan Jinyoung kini tertunduk lesu di lorong rumah sakit di mana ia harus menunggu kabar selanjutnya.

Dengan tangan sedikit gemetar Guanlin memberanikan diri menghubungi Jihoon, yang memang sangat wajib sebenarnya mengetahui kejadian yang saat ini sedang terjadi.

Beberapa kali Guanlin tampak menarik nafasnya dalam dalam berusaha menekan rasa sesak yang ia rasakan saat ini.

Panggilan pertama tak ada jawaban dari Jihoon.

Guanlin yang tak patah semangat mencoba menghubungi Jihoon untuk yang kedua kalinya.

Hingga ...

"Hallo,"

Sejenak Guanlin menghela nafasnya pelan.

"Ada hal penting yang ingin kukatakan padamu,"

"Apa, katakan?"

"Woojin ... kecelakaan,"

Hening ....

Tak ada suara apapun dari seberang telefon, seakan akan Jihoon tak mendengar perkataan apa yang baru saja Guanlin katakan padanya.

"Ji?"

"Love, ada apa mengapa kau menangis? Apa ada yang salah?" tanya seseorang diseberang telefon.

Saat itu Guanlin sadar bahwa Jihoon sedang tidak sendiri, melainkan bersama suaminya.

"Hallo, Maaf ini siapa? Mengapa membuat istriku menangis?" tanya Daniel yang kini mengambil alih telefon Jihoon.

Dengan kaku dan sedikit gagap mau tak mau Guanlin menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

Mendengar nama yang di sebutkan oleh Guanlin, tentu saja Daniel langsung teringat akan sahabat Jihoon yang memang di undang saat pernikahannya kala itu, dan kali ini ia sebagai suami Jihoon sangat paham mengapa istrinya seolah terpukul seperti itu.

"Rumah sakit mana? Kami akan kesana," ujar Daniel tegas.

Mau tak mau Guanlin memberitahu alamat rumah sakit dimana sekarang Woojin sedang di tangani oleh dokter.

Setelah nya telefon pun terputus, Guanlin yang saat itu sadar bahwa ia benar benar mendengar suara yang sebelumnya dikatakan oleh Jihoon adalah suaminya kini benar benar nyata.

Ada beberapa perasaan sakit hati yang Guanlin rasakan saat ini.

Ia harus menerima kenyataan, bahwa ia sudah terlambat!

Guanlin menyenderkan tubuhnya pada dinding berusaha menopang tubuhnya yang tiba tiba terasa lemah.

Pikirannya mulai bercabang.

"Bodoh!"

"Ada apa? Apakah Jihoon mau kesini?" tanya Jinyoung sedikit acuh.

Entahlah Jinyoung tak suka sikap Jihoon yang seakan mulai menjauh dari kelompok nya itu, terlebih sebelumnya Jihoon lah yang paling mendominasi di kelompok itu.

Dengan lemah dan manik terpejam Guanlin menganggukan kepalanya.

***

"Love ... sudahlah, sahabatmu sekarang masih di tangani, pasti akan baik baik saja," bujuk Daniel pada Jihoon yang sedari tadi tak henti henti nya menangis.

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang