Chapter 17| Mengungkapkan Kejujuran

213 40 11
                                    

Daniel melangkahkan kaki nya dengan lebar menuju kamar istrinya, setelah mendengar teriakan dari Jihoon sebelumnya.

Pikiran Daniel kini seakan berkecamuk, ia takut jika ada suatu hal yang terjadi dengan istrinya itu.

Ceklek

"Love, ada apa? Apa yang terjadi?" tanya Daniel terburu buru mendekati Jihoon yang sibuk terisak.

Tanpa aba aba Jihoon melebarkan tangannya ke arah Daniel seolah meminta pelukan pada suami nya itu.

Tentu saja Daniel yang mendapati reaksi Jihoon seperti itu langsung memeluk Jihoon.

"Hei, ada apa? Apa kau mimpi buruk?" tanya Daniel kembali yang belum mendapatkan sebuah jawaban sedari tadi dari mulut Jihoon.

Perlahan Jihoon menganggukan kepalanya pelan. Pemuda manis itu mengakui pada Daniel bahwa ia mimpi buruk.

"Hyung, apakah hyung akan meninggalkan ku dan anak anak? Apakah hyung akan marah jika aku mengatakan hal sebenarnya? Apakah hyung tak akan mencintaiku lagi?" tanya Jihoon bertubi tubi tanpa alasan yang Daniel mengerti mengapa istrinya justru menanyakan hal seperti itu.

"Hei ada apa? Jelaskan padaku satu persatu, dan mengapa kau berfikir aku akan meninggalkan kamu dan bayi kita? lalu kapan aku mengatakan aku tak mencintaimu lagi? Apakah kau pernah mendengarnya dari mulutku langsung?" balas Daniel mengenai pertanyaan panjang yang Jihoon berikan padanya.

Jihoon terdiam, untuk beberapa saat pemuda manis itu menimbang segala konsekuensi yang terjadi jika ia berkata jujur pada Daniel.

"Hyung ... aku bermimpi kau meninggalkan ku saat aku mengatakan hal yang aku tutupi selama ini," ujar Jihoon berusaha memberanikan diri sembari melepaskan pelukannya.

Untuk sesaat Daniel terdiam pikirannya tiba tiba saja bercabang kesana kemari, ia tak mengerti apa yang di katakan oleh Jihoon.

"Memang nya hal apa yang kau tutupi dariku Love? Apakah ini ada hubungannya dengan yang ingin kau katakan saat berada di rumah sakit?" tanya Daniel memastikan ingatannya.

Perlahan Jihoon menganggukan kepalanya pelan membenarkan pertanyaan Daniel.

"Baik, bisa aku tau hal apa yang kau tutupi dariku?"

"Tapi hyung janji tidak akan marah apalagi sampai meninggalkanku dan kedua baby yang ada di perutku," ujar Jihoon imut.

Oh tak bisakah Jihoon berlaku tak imut seperti ini? Bagaimana mungkin Daniel marah jika istrinya saja imut seperti ini?

"Aku tak akan marah love, bisakah kau menjelaskan semuanya padaku?" tanya Daniel lembut sambil mengusap rambut Jihoon.

Jihoon menghela nafasnya pelan, dan mengatakan pada Daniel bahwa ia akan menjelaskan semuanya.

"Hyung, aku sebenarnya bukan seperti yang kau fikir, aku bukan pemuda yang penurut dan pendiam seperti kau fikir atau mungkin kau inginkan sebagai istrimu ... a..-aku merupakan ketua dari geng motor, kadang kita membuat masalah kecil, berdebat, dan terkadang kami menghabiskan waktu di club," ujar Jihoon.

Daniel yang berada di depannya hanya diam berusaha mendengar dengan baik setiap kata yang dilontarkan oleh Jihoon.

Untuk sesaat ia tak percaya dengan apa yang ia dengar.

'Tunggu ... mungkinkah orang orang yang ingin menghajar Jihoon sebelumnya ...'

"Kau punya musuh?" tanya Daniel to the point.

Tak lama Jihoon menghela nafasnya dan menganggukan kepalanya pelan. Ia juga tak lupa menjelaskan orang orang yang pernah tanpa sengaja Daniel temui di rumah sakit.

"Jadi .. sebelum aku datang waktu itu, kau yang menghajar orang orang itu sendirian?" tanya Daniel kembali meyakinkan dirinya dengan apa yang ia ingat.

Dengan sangat pelan Jihoon menganggukan kepalanya.

"Berkelahi adalah hal yang kecil untukku hyung ... tapi ... aku tak yakin dengan kondisiku sekarang," ujar Jihoon penuh percaya diri, dan diakhiri keraguannya sembari melihat perutnya yang masih rata.

Spontan Daniel terdiam, dan menatap lekat Jihoon.

Sungguh ia tak pernah berfikir bahwa Jihoon yang selama ini hidup tenang di samping nya, nyatanya pemuda manis yang suka sekali berkelahi.

"Baik, jika begitu, aku akan menyiapkan bodyguard untukmu, kondisimu tak memungkinkan, dan kau bilang kau punya musuh, aku tak ingin mengambil resiko besar yang nantinya aku akan kehilangan mu atau pun anak -anakku," ujar Daniel yang kali ini terdengar serius.

Jihoon mau tak mau hanya mengiyakan saja, ia tak dapat menolak, karena situasi nya memang tak memungkinkan.

"Lalu sahabatmu Woojin, apakah dia juga tahu?" tanya Daniel kembali.

Lagi lagi Jihoon menganggukan kepalanya dan mengatakan bahwa Woojin masih satu kelompok nya, dan selama ini Woojin lah yang paling dekat dengannya.

"Lalu selain Woojin ada siapa lagi?"

"Jinyoung, dan Guanlin, hanya saja mereka tak tahu aku menikah, mereka tak akan berfikir bahwa aku akan menikah denganmu apalagi aku hamil seperti ini, mereka akan mengira aku akan menikahi wanita lain." Jujur Jihoon pada Daniel.

Daniel kini menggelengkan kepalanya. Ia tak tahu jika Jihoon memiliki hal yang ditutupi darinya.

Bukankah selama ini dia tak pernah mempermasalahkan dari apapun yang di lakukan Jihoon sendiri?

"Hyung, ka..-kau tidak marah kan? Kau tak akan men—aahh..."

Kalimat Jihoon tiba tiba saja terhenti, karena secara tiba tiba perutnya yang terasa keram dan nyeri.

"Love, ada apa? Kau sakit?" panik Daniel khawatir.

Jihoon meringis pelan dan memegangi perutnya erat.

Daniel yang melihat respon Jihoon tersebut, langsung dengan sigap mengusap perut Jihoon lembut, dan mengatakan pada Jihoon agar tak usah berfikir yang aneh aneh, sejauh ini ia akan mencoba mengerti dan memahami maksud Jihoon.

Perlahan perut Jihoon yang semula terasa nyeri dan keram mulai kembali membaik.

Tubuhnya mulai rileks, setelah mendapatkan usapan usapan lembut dari Daniel.

"Jangan terlalu banyak berfikir love, aku akan sebisa mungkin memahamimu, asal setelah ini kau tak usah lagi berbohong atau pun menutupi apapun itu dariku, sekarang kau beristirahatlah lagi, akan aku temani," ujar Daniel tenang.

"Hyu...-hyung terimakasih, Woojin benar seharusnya aku mengatakan saja semuanya padamu, aku hanya takut hyung meninggalkanku," ujar Jihoon dengan suaranya sedikit bergetar.

"Sudahlah love," ujar Daniel.

Setelah nya Daniel membantu Jihoon menyamankan posisi nya itu.

"Beristirahatlah dulu, kurasa kedua baby tadi kaget karena kau terlalu berfikir keras dan menyalahkan diri sendiri,"

Hanya sebuah dengungan kecil yang terdengardari mulut Jihoon.

Tak lama Jihoon memeluk Daniel yang berada di sebelah nya dengan nyamannya.

'Terimakasih hyung, aku berjanji tak akan ada hal lain lagi yang akan ku tutupi darimu,'

'Hah~ Aku masih sulit membayangkan ceritamu, tetapi orang orang waktu itu—'

———
Leave a comment, and vote

See you next chapter

.
.
Seya

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang