Daniel dan juga Jihoon kini telah berada di kamarnya. Sebisa mungkin Daniel mencoba menenangkan Jihoon yang sedari tadi masih bersedih hati.
Menyalahkan dirinya, adalah hal yang masih di lakukan oleh Jihoon.
"Love, kau tak kasihan dengan baby baby kita, masa mereka harus merasakan mommy nya bersedih? Bagaimana jika baby baby kita ikut menangis di dalam sana? Kau tak kasihan padaku yang nantinya harus menenangkan kalian bertiga?" lirih Daniel mencoba membujuk Jihoon.
Jihoon semakin menenggelamkan kepalanya ke dalam dada bidang Daniel. Ia tahu seharusnya ia tak bersedih, seharusnya ia bisa mengatur emosi nya, hanya saja ingatannya melukai perasaan Jinyoung masih terbesit jelas dalam ingatannya itu!
"Maaf ... Ma..-maaf kan aku hyung, para baby ... maafkan Mommy," lirih Jihoon pada akhirnya sembari berusaha mengatur emosinya sendiri.
Tak lama Jihoon pun menghentikan tangis nya dan menatap Daniel lekat.
"Hyung, apakah kau mau membantuku?" tanya Jihoon ragu ragu.
"Apa Love? Aku akan membantumu jika permintaan mu masuk akal dan tak membahayakanmu."
Sebuah anggukan cepat Jihoon berikan pada Daniel.
"Jadi bantuan seperti apa yang kau butuhkan dariku?" tanya Daniel sungguh sungguh pada Jihoon.
"Aku tahu, jika aku kesana mencari Jinyoung kau tak akan memperbolehkan ku, jadi bisakah kau menyuruh orang untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai Jinyoung apakah benar ia berada di sana atau tidak, jika benar ... bisakah hyung bantu aku agar aku dapat bertemu dengannya? Ada hal yang ingin ku tanyakan padanya hyung."
Setiap perkataan Jihoon tak langsung Daniel iyakan begitu saja, melainkan ia harus menilai baik buruk nya setiap mengambil tindakan.
"Baiklah, kau tenang saja, akan hyung bayar orang untuk mencari tahu mengenai Jinyoung, asal kau tak langsung turun tangan dan hanya duduk manis di rumah ini menunggu apapun berita yang nantinya masuk, apakah bisa?" balas Daniel dengan tenang diikuti kalimat pertanyaan yang tersirat kalimat penekanan seakan perjanjian dari permainan kata yang Daniel lontarkan.
Masih ingat betul dalam ingatan Daniel yang kala itu sedang di sibukkan dengan banyaknya pekerjaan tiba tiba saja mendapatkan kabar dari salah satu bodyguardnya yang mengatakan bahwa Jihoon berada di club bersama dua orang temannya.
Lalu apa yang di lakukan Daniel? dan bagaimana bisa para bodyguard kelolosan menghalangi Jihoon?
Jihoon nekat kala itu sudah mengambil ancang ancang ingin berkelahi dengan para bodyguard nya sendiri.
Berhubung para bodyguard nya menyadari kondisi Jihoon yang sedang hamil, tentu saja mundur dengan terpaksa mengizinkan, sebab para bodyguard itu jauh lebih takut akan kemurkaan Daniel jika terjadi sesuatu pada Jihoon berserta calon bayi kembarnya.
Sedangkan Daniel yang kala itu masih berada di kantor langsung menyudahi rapat pertemuan nya dan mengendarai mobil nya menuju club dimana Jihoon berada.
Sungguh hal yang tak dapat ia lupakan!
"Hng, aku janji, kali ini aku serius akan menunggu dengan tenang tak akan mengkhawatirkan hyung lagi."
"Oke!"
Daniel segera mengambil handphonenya yang berada di nakas meja, dan mendudukkan dirinya.
Tak lama Daniel telah sibuk menghubungi seseorang, sekaligus memberitahu instruksi instruksi nya.
Jihoon yang melihat Daniel nya, hanya diam, tenang memperhatikan Daniel semata.
'Kau tampak tampan jika seperti ini, tak salah jika pada akhirnya aku jatuh ke pelukanmu, dan akan memiliki anak kembar.'
"Aku sudah menghubunginya, dan dia mengatakan pada ku untuk memberikan update informasi berlanjut setelah 1x24 jam, jadi sebaiknya kita beristirahat saja dulu, kau tak boleh lelah, dan banyak memikirkan hal yang aneh, lihat perutmu sudah semakin membuncit kan."
Dengan patuh nya Jihoon menganggukan kepalanya, dan mengiyakan apa saja yang di katakan oleh Daniel.
'Hah~~ kau ini ada ada saja.'
***
"Aku sudah membayar hutang padamu, jadi sebaiknya aku pergi dari sini," lirih seorang pemuda dengan dinginnya pada seorang pemuda di hadapannya.
"Ck, kau kira dengan kau membayar nya dengan uang mu semuanya dapat langsung lunas begitu saja?! Oh tidak bisa, aku masih ingin menemui bosmu itu, dimana ia bersembunyi? Mengapa aku tak pernah melihat nya sedikit pun?"
"Jangan ganggu dia!"
Pemuda yang ada di hadapannya mengerutkan keningnya bingung seakan tak mempercayai hal yang akan di katakan oleh Jinyoung.
"Mengapa kau seperti ini? Oh ayolah aku membawamu kesini karena ingin memancing dia datang padaku, jadi sebaiknya kau tenang saja seperti dua bulan ini, tunggu sebentar lagi."
Deg!
'Memancing? Maksudnya? Bagaimana ini ... Jihoon tak boleh tahu aku berada disini, jika ia tahu dia bisa celaka, lalu bagaimana dengan bayinya.'
Seketika beberapa pemikiran secara acak Jinyoung terbesit di kepalanya.
Hal itu yang tak pernah Jinyoung harapkan.
"Apa yang sebenarnya kau ingin kan darinya?! Bukankah ia sudah lama tak bertanding denganmu? lalu beberapa waktu lalu kami sudah bertanding ulang diwakili Woojin, walaupun akhirnya sama sama dirugikan, serta aku sudah mengganti rugi atas kerusakan motor mu, lalu apa lagi yang kau inginkan darinya?!"
Suara gelak tawa kini semakin terdengar menggema pada ruangan yang hanya berisi mereka berdua.
"Ck, bodoh! Aku menginginkannya!"
'What! Gila! Seharusnya aku menyadarinya!'
"Aku sangat menyukai pemandangan saat menatap wajahnya, dan hal itu membuat penyemangatku sendiri. Namun dia seakan menghilang! Ssst ...ini rahasiaku, jadi kau harus tutup mulut jika tak ingin celaka!"
'Argghh sial! Semoga suami Jihoon dapat menjaga nya dengan baik, jangan sampai jatuh ke tangannya, untung saja aku tak memberitahu nya kalau Jihoon sedang hamil!'
———
Menurut kalian siapa musuh nya hayoo ?
See you next chapter
Leave a comment, and vote
.
.Seya