Tak terasa kini Jihoon dan juga Daniel telah sampai di kantor Daniel.
Daniel memilih memarkirkan mobil nya di halaman parkir khusus, agar tak jauh dari akses lift khusus, yang dimana hanya dirinya dan beberapa eksekutif lainnya yang dapat menggunakan lift tersebut.
"Ayo turun," ujar Daniel setelah membukakan pintu mobil dimana Jihoon duduk.
Jihoon tampak sedikit ragu, tetapi setelah melihat tangan terulur Daniel, mau tak mau Jihoon tak mengabaikan tangan suaminya itu.
"Hyung ..," ucap Jihoon menatap Daniel penuh keraguan.
Melihat raut wajah istrinya itu, Daniel justru menggenggam nya erat agar berdiri disampingnya, dan masuk ke kantor nya bersama dirinya.
Ia ingin mengatakan pada Jihoon dari hatinya bahwa hanya Jihoon yang pantas bersanding dengannya, dan ia secara bangga memperkenalkan istrinya itu pada yang lain.
"Baiklah," cicit Jihoon yang tak dapat membantah Daniel.
Seulas senyuman manis terukir diwajah tampan Daniel, dan itu membuat Jihoon lebih menghangat, serta rasa kurang percaya dirinya berkurang sedikit. Ia tak ingin mengecewakan Daniel-nya.
Tangan Jihoon kini sudah melingkar erat pada lengan Daniel.
Kekehan tertahan yang kini dapat Daniel lakukan saat melihat tingkah istrinya itu. Baru kali ini Daniel mengetahui satu hal lagi mengenai istrinya itu.
Ia baru tahu akan sisi Jihoon yang selama ini Daniel tidak ketahui, yang tak lain adalah Jihoon yang mudah merasa kurang percaya diri padahal sudah jelas menurut Daniel istrinya itu adalah sempurna, siapapun yang melihat nya mungkin akan menyukainya jika Jihoon sadar akan hal itu.
Dengan santai Daniel mengarahkan Jihoon untuk langsung menuju lift khusus tersebut agar langsung menuju ruangannya.
"Hyung ... lift ini ? berarti kita tak melewati lobby dimana ada karyawanmu?" tanya Jihoon baru menyadari bahwa disana sangat sepi dan hanya ada dirinya dan Daniel seseorang.
Seulas senyuman dan anggukan kepala Daniel berikan pada Jihoon.
"Yak hyung ! kenapa tak memberitahu ku sebelumnya? kan aku jadi malu padamu," pekik Jihoon melepaskan tangannya sambil memukul pelan dada Daniel, dan diakhiri dengan menutup wajah nya dengan kedua tangannya yang bebas.
Tawa Daniel lepas begitu saja, tak dapat tertahan lagi. Sungguh Jihoon unik dan menggemaskan untuknya.
"Karena kau suka privasi, maka dari itu aku fikir akan lebih baik kita lewat sini, aku tak ingin kau merasa tak nyaman love," ujar Daniel sambil mengusap lembut rambut Jihoon.
Pipi Jihoon tiba tiba saja bersemu merah saat mendengar alasan suaminya itu. Ia tak menyangka bahwa suaminya itu sangat mengerti akan dirinya.
"Terimakasih hyung," ujar Jihoon malu malu sambil memainkan jarinya.
Sebuah anggukan kepala Daniel berikan pada Jihoon sebagai jawaban.
Tring
Lift berhenti di lantai 9, dimana memang di lantai itu ruangan Daniel berada.
Tepat saat pintu lift terbuka, seorang pemuda dengan jas rapi sudah menunggu kehadiran Daniel.
"Pagi Jjae," ujar Daniel dengan santai pada sekretarisnya itu.
"Pagi sir, pagi juga Mrs. Kang," ujar Jaehwan sopan pada Daniel maupun Jihoon.
Dengan ragu ragu Jihoon ikut menganggukan kepalanya. Ia ingat bahwa sekretaris Daniel itulah yang hadir saat pernikahan dirinya dan Daniel.