Chapter 1| Maaf

574 64 14
                                    

Jam di dinding yang di tempatkan cukup tinggi telah menunjukkan pukul setengah 2 pagi.

Seorang pemuda dengan raut wajah yang tampak sedikit kusut memasuki kamarnya yang terasa damai setiap ia memasuki kamar itu.

Tanpa banyak mengeluarkan suara yang menurutnya nanti nya akan mengganggu seorang kesayangannya semenjak 2 bulan lalu tinggal bersamanya, akhirnya ia memilih untuk lebih dahulu membersihkan dirinya, dan mengganti pakaiannya yang nyaman ia kenakan untuk tidur.

Setelah selesai membersihkan dirinya, seperti biasa ia langsung melangkah kan kaki nya menuju ranjang dimana sudah terdapat pemuda manis yang sudah terlelap.

Direngkuhnya dari belakang tubuh pemuda manis kesayangannya itu.

Aroma tubuh pemuda manis itu seakan memabukkan dan menenangkan pikirannya yang sebelumnya telah penat akibat pekerjaan nya yang seolah tiada henti sedikit pun.

Pemuda itu mencium dalam dalam aroma tubuh istrinya itu, hingga ia menyadari akan sedikit kejanggalan aroma yang tak biasanya pada tubuh istrinya.

Sedikit mengeryitkan dahinya pelan, ia membalikkan tubuh istrinya yang nyatanya kini tengah merancau kecil disertai pipinya yang merah padam dikarenakan kulit nya yang putih.

"Love ... kau mabuk ?" tanya pemuda itu sedikit menampar lembut pipi pemuda manis yang terkulai lemah dengan posisi maniknya yang masih setia terpejam.

Dengan tubuh sigap, pemuda itu segera turun dari ranjangnya dan menyalakan sedikit lampu kecil tak jauh dari nya agar dapat memperjelas apa yang tengah terjadi dengan pemuda manis itu.

"Astaga ... kau benar mabuk, siapa yang mengajak mu minum seperti ini ?" lirih pemuda itu.

Tak lama sebuah rengekan pelan terdengar di telinga pemuda yang berstatus sebagai suami dari pemuda manis yang masih setia memejamkan maniknya itu.

Daniel menghela nafasnya kasar.

Dua bulan ini ia mempelajari, hal hal unik dari kelakuan istrinya itu.

Jika mulai mabuk, maka imbas nya ia akan secara tiba tiba merengek layaknya anak kecil, dan meminta pelukan erat yang nantinya akan menenangkan perasaan pemuda manis itu.

Sejujurnya Daniel sedikit khawatir maupun penasaran mengapa setiap kali Jihoon mabuk, pasti ia akan seperti itu, sebenarnya apa yang menjadi pemikiran Jihoon saat sedang mabuk ? dan apakah ia menyadari jika ia mabuk akan seperti itu ?

Dua hal tersebut yang selalu mengganjal di pemikiran Daniel.

"Apa yang kau fikirkan Love ..," cicit Daniel sambil kembali merengkuh Jihoon yang kini kepala Jihoon justru menyamankan pelukannya kedalam dekapan Daniel.

"Hyung ... maaf ... hyung jangan tinggalkan hoonie,"

Deg

Sesaat Daniel terdiam mendengar kata yang keluar dari bibir ranum Jihoon dalam tidurnya.

'Apa maksudnya ? Kenapa meminta maaf ? Perasaan aku tak pernah memarahinya ?' benak Daniel dengan segala pemikirannya.

Dengan lembut Daniel mengusap punggung Jihoon. Sungguh Daniel yang melihat istrinya seperti itu membuat nya menjadi sedih.

Selama pernikahannya ini ia selalu beranggapan bahwa Jihoon adalah pemuda manis yang penurut, dan jarang sekali melakukan hal yang aneh aneh, kecuali yang tiba tiba saja mabuk setiap kali ia mengetahui dirinya pulang terlampau malam.

Terkadang Daniel fikir ia ingin menegur istrinya itu untuk tidak meminum bir ataupun alkohol setiap ia pulang terlalu malam, hanya saja karena perasaan bersalah yang ia miliki,dengan membuat istrinya di tinggalkan lama oleh nya Daniel tak dapat berkata ataupun melarang apapun pada Jihoon, yang terpenting untuk nya Jihoon bahagia.

Daniel memilih merapatkan pelukannya dan mengecup bibir manis yang ia sukai dengan lembut.

Tak ada balasan ciuman dari Jihoon, hanya saja setelah Daniel melepaskan ciuman itu, sebuah senyuman yang terukir keatas sempurna dapat dilihat dengan jelas di wajah istrinya itu.

Tidur Jihoon yang sebelumnya terlihat resah kini seakan damai dan deru nafas Jihoon yang terdengar halus teratur ditelinga Daniel.

"Kau ini ada ada saja ... sepertinya kau resah karena tak mendapatkan sentuhan ku belakangan ini ..., maafkan aku love, aku harus mengerjakan beberapa proyek penting sampai seminggu kedepan," ujar Daniel seolah berbisik dengan Jihoon yang sudah terlelap pulas dalam pelukannya.

Manik Daniel tak lepas dari wajah Jihoon yang membuat nya sendiri terkadang gemas.

Sungguh ia bersyukur pada kedua orang tua nya yang mempertemukannya dengan Jihoon, karena dengan begitu ia akhirnya dapat mengetahui hati nya yang benar benar berlabuh pada Jihoon, dan berakhir keduanya menikah dua bulan lalu.

Jika mengingat pernikahannya dulu, mungkin ia akan terpingkal sendiri untuk bernostalgia dengan memori yang ia simpan.

Menurut nya Jihoon terlalu polos untuknya, bahkan saat dimana seharusnya sepasang suami istri melakukan 'Itu' harus mereka tunda dulu karena Jihoon yang selalu merasa keberatan dengannya, hingga pada suatu waktu dengan sendirinya Jihoon yang menginginkannya, dan setelah nya Jihoon menjadi semakin terbuka, serta tingkah yang sebelumnya tidak ia ketahui pun muncul satu persatu layaknya puzzle yang ia susun satu persatu menjadi gambaran yang seutuhnya.

"Adakah hal yang belum kuketahui dari dirimu ?" ujar Daniel pelan sambil melayangkan pikiran kesana kemari.

Setelahnya manik Daniel ikut terpejam, dengan tangannya terus memeluk sosok kesayangannya itu.

'Maafkan aku hyung,'

...........
TBC

See you next chapter

Leave comment, and vote ...

.
.

Seya

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang