Chapter 25| Secret

99 12 0
                                        

Sesampainya di rumah sakit tentu saja Jihoon segera di tangani dokter, dan sebagai pengekor nya hari ini yang tak lain suaminya sekaligus tiga sahabatnya sibuk menjaga nya serta sesekali tak lepas memberi perhatian tak terkecuali memanjakannya.

"Setelah ku pikir pikir, mengapa sekarang aku seperti orang yang lemah? Padahal dulu aku tak seperti ini," keluh Jihoon saat menyadari bahwa situasi saat ini adalah situasi yang cukup langka jika di banding kan dengan masa lalunya.

"Kau bukan lemah Ji, melainkan sekarang kau telah menjadi orang yang spesial. Jadi jangan pernah berfikir seperti itu," ujar Woojin yang dengan cepat mengelak perkataan Jihoon.

Walaupun secara situasi saat ini Jihoon telah berubah, tetapi tetap saja Jihoon dimata anggota nya tetap lah sebagai ketua yang di segani.

Lagi pula selama ia di nobatkan menjadi ketua geng mereka, Jihoon selalu menjadi garda depan yang akan melumpuhkan lawan lawan mereka.

Bisa di bilang sekarang lah waktu bagi Woojin, Jinyoung dan Guanlin menjadi tameng untuk Jihoon yang selama ini kebalikannya.

Jihoon menatap ke arah sahabat sahabat nya itu, tak terkecuali ia pun menatap ke arah suaminya yang pada akhirnya pemuda itu tahu latar belakang dirinya yang selama ini ia tutupi rapat rapat dari sosok suaminya itu.

"Hyung, apakah kau merasa aneh padaku?" tanya Jihoon tiba tiba menatap ke arah suaminya.

Daniel mengerutkan keningnya bingung tak mengerti arah pembicaraan dari pemuda manis di hadapannya.

"Mengapa kau bertanya seperti itu?"

Jihoon menghela nafasnya pelan dengan jari jemarinya yang saling bertaut satu sama lain.

"Hyung, ini hasil rontgen Jihoon sudah selesai," ujar Woojin yang memang sedari tadi menunggu hasil rontgen Jihoon dimana tempat mereka duduk tak jauh dengan tempat menunggu hasil rontgen.

Daniel yang mendapati Woojin segera menganggukan kepala nya, dan mengatakan pada Jihoon untuk menunggu nya sejenak, sebab dirinya akan berkonsultasi dengan dokter yang menangani Jihoon sebelumnya.

"Tolong jaga istriku sebentar," ujar Daniel berpesan pada Woojin, dan juga kedua sahabat Jihoon yang sedari tadi memang berada di sana juga.

"Ck, hyung curang," keluh Jihoon ketika sang suami pergi menemui dokter.

Ketiga sahabat Jihoon hanya dapat menggeleng kepala pelan.

Sungguh jika melihat sisi Jihoon saat ini benar benar tak dapat mereka bayangkan mengingat bagaimana Jihoon dulu yang mereka kenal pertama kali.

"Ah Ji, menurutmu keponakan kami laki laki atau perempuan?" tanya Jinyoung tiba tiba berusaha mengalihkan Jihoon yang masih merasa kesal dengan sang suami dimana terlihat mengabaikan pertanyaannya.

Jihoon menatap perut buncit nya dan mengusap nya perlahan.

"Entah, hanya saja aku berharap dia lebih banyak mirip hyung jika dia laki laki tetapi jika perempuan sebaiknya mirip denganku karena aku tampan sekaligus cantik kan?"

Entah mengapa Jihoon sangat percaya diri dengan kalimat nya itu.

"Hyung, apakah kau baik baik saja? Kau yakin hanya terluka di bagian tangan?" lirih Guanlin yang sebelumnya hanya diam, begitu juga dengan Woojin dan juga Jinyoung menganggukan kepala nya serempak.

Jihoon tak menjawab melainkan mengerucutkan bibirnya.

Seandainya ketiga sahabat itu lupa jika hormon kehamilan Jihoon yang membuat mood nya mudah berubah ubah. Ingin rasa nya mereka menyindir Jihoon habis habisan, terlebih mengingat status Jihoon adalah ketua geng mereka.

Namun tentu saja tak mereka lakukan karena mereka sangat memahami Jihoon, dan suami Jihoon juga sudah mewanti wanti mereka untuk memahami kondisi Jihoon yang sekarang sudah tak sama dengan Jihoon yang mereka kenal dulu.

"Ya, ya, ya bolehlah kau di bilang cantik," ujar Woojin pada akhirnya bersuara membela sahabat nya itu.

Seulas senyum sumringah terlihat jelas di wajah Jihoon.

Oh ayolah mengapa mood Jihoon benar benar berubah drastis hanya karena sebuah pujian asal yang di utarakan oleh pemuda dengan gingsul yang terlihat manis jika sedang tersenyum.

Baru saja Jihoon hendak bersuara, tiba tiba saja ia melihat sosok wanita yang bisa di bilang wajib ia hindari.

Dengan gerakan cepat Jihoon segera menarik tangan Woojin agar berdiri tepat di hadapannya menghalangi dirinya, agar gadis yang ia hindari tak mendapati dirinya.

Woojin mengerjap bingung. Pasalnya Jihoon terlalu tiba tiba menarik dirinya agar berdiri di hadapannya.

"Ada apa Ji?" tanya Woojin setengah berbisik.

"Kau masih ingat gadis gila yang mengejarku padahal ku tolak mentah mentah?" Balas Jihoon berbisik pada Woojin.

Butuh beberapa menit bagi Woojin untuk mencerna maksud kalimat Jihoon.

"Wait, maksudmu dia—"

Dengan cepat Jihoon membekap mulut Woojin agar pemuda itu tak bersuara.

'Lama sekali ia pergi,' keluh Jihoon dalam benak nya dengan posisi yang masih bersembunyi di balik tubuh Woojin, sedangkan Guanlin dan Jinyoung tampak bingung dengan sikap ketua geng nya itu.

"Sudah pergi," lirih Guanlin tiba tiba.

Spontan Woojin dan juga Jihoon menatap ke arah Guanlin.

"Kau menyadari nya?" tanya Jihoon dengan penuh kebingungan. Pasalnya seingat nya yang mengetahui masa lalu nya mengenai gadis yang mengejar ngejar nya layaknya seorang penguntit hanyalah Woojin.

Namun mengapa Guanlin tahu?

Guanlin menganggukan kepala nya.

"Sejak kapan?"

Kali ini Woojin lah yang bersuara bukan Jihoon.

"Sejak pertama kali kita berkumpul menjadi satu geng."

Kalimat telak tentu saja membuat Woojin dan juga Jihoon terkejut atas pernyataan tersebut.

"Dia seringkali mencarimu saat itu. Aku tak tahu alasan nya ia mengejar mu. Namun aku tahu dia mengusikmu, dan karena hal itu aku membuatnya menjaga jarak dengan mu."

Manik Jihoon membulat.

'Pantas saja aku sudah lama tak bertemu dengannya menggangguku.'

"Jadi kau berbicara dengannya?"

Anggukan kepala Guanlin berikan pada Jihoon.

"Apa yang kau katakan?"

"Secret."

"Woah ... mengapa aku menjadi yang tak tahu apa apa lagi?" lirih Jinyoung yang sedari tadi hanya menatap ke arah mereka dengan kebingungan dan rasa ingin tahu.

Belum sempat Jihoon bersuara hendak menjelaskan, sosok pemuda yang tak lain suami Jihoon kini sudah terlihat berjalan ke arah mereka.

"Kita lanjut nanti," cicit Jihoon pelan agar Daniel tak curiga ataupun bertanya jauh apa yang sedang mereka bicarakan.

Mau tak mau baik Woojin, Jinyoung ataupun Guanlin setuju dengan Jihoon.

"Hyung! Bagaimana? Aku baik baik saja bukan?"

Jihoon dengan nada santai nya berusaha tetap tenang menatap sang suami.

Daniel menatap Jihoon sejenak, sebelum menganggukan kepala nya pelan.

'Mengapa aku merasa love menyembunyikan sesuatu dariku?'

———
TBC

See you next chapter

Leave a comment and vote

.
.

Seya

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang