Sebuah gerakan pelan, dan beberapa kerjapan manik kini yang di lakukan oleh Jihoon.
Perlahan Jihoon mulai membuka manik nya, dan mendapati dirinya yang telah berada dalam dekapan suaminya itu.
Rasa nyaman dengan hati yang menghangat itulah yang Jihoon rasakan saat ini.
Manik Jihoon terasa sangat puas memandang wajah suaminya itu. Sungguh sejujurnya ia menyukai wajah suaminya yang tengah tertidur dengan nyaman itu.
'Sepertinya kau juga lelah, apa kau selama ini sebenarnya juga lelah saat mengerjakan project kantor mu ini hingga larut malam?' benak Jihoon sambil mengusap dahi Daniel dengan tangannya itu.
Dengan hati hati Jihoon tak membuat pergerakan berarti agar tak membangunkan suami nya yang tampak pulas dalam tidurnya.
"Saranghae," ujar Jihoon setengah berbisik pada Daniel yang masih terlelap.
Jauh di dalam hati kecil nya, ia merasa tak menyesal telah membatalkan rencananya yang seharus nya ia lakukan seperti sebelum - sebelumnya dengan ke tiga sahabatnya.
Sepertinya Jihoon sadar bahwa kali ini ia memang benar benar jatuh pada perangkap suaminya itu.
"Hyung ... apakah kau mau mendengarkan ku suatu saat jika aku berkata jujur padamu mengenai identitas yang belum kubuka padamu?" tanya Jihoon pada Daniel.
Jujur ?
Ya, Jihoon menginginkan hal itu, hanya saja setiap ia ingin mengatakan hal kebenarannya Jihoon selalu saja tak dapat mengeluarkan suaranya sama sekali, seolah tenggorokan dan mulut nya terbungkam rapat rapat.
Cukup lama bagi Jihoon hanya sekedar memandang wajah Daniel.
Merasa yakin Daniel tak akan bangun begitu saja, Jihoon dengan segala keberanian yang entah keberanian dari mana datangnya mendekatkan bibirnya dengan bibir Daniel.
Dengan gerakan cepat Jihoon meraup bibir Daniel sekilas.
Baru saja Jihoon tersenyum karena pergerakan kilat nya tak disadari oleh Daniel, tiba tiba saja sebuah suara yang ia hafal terdengar di telinganya.
"Kenapa cuman sebentar love? Aku menginginkannya lebih lama," ujar Daniel sang suami, yang nyatanya telah bangun, tetapi masih enggan membuka kedua maniknya.
Deg
Jihoon kaget bukan main, dan jangan lupakan rasa malu yang kini berada di ubun ubun kepalanya.
Merasa tak ada jawaban apapun dari Jihoon, Daniel akhirnya membuka manik nya secara perlahan, dengan tangannya yang masih melingkar memeluk Jihoon.
"Oughh mukamu semakin cantik jika bersemu merah seperti ini," ujar Daniel mencoba menggoda Jihoon.
Refleks Jihoon menelusupkan kepalanya bersembunyi di dada bidang Daniel.
Suara kekehan pelan, kini terdengar sedikit menggema di ruangan itu.
"Hyung~~," rajuk Jihoon pelan sambil sedikit memukul dada Daniel.
"Mianh ... aku hanya menyukaimu yang seperti ini, Saranghae ...love," ujar Daniel sambil mengeratkan pelukannya.
***
Motor motor besar dengan suara knalpot yang berbunyi nyaring sangat terdengar jelas ditelinga masing masing orang yang berada disana.
Seperti biasa kali ini Woojin beserta kedua teman lainnya sudah bersiap siap dengan motor nya masing masing untuk kompetisi balap nya kali ini dengan musuh bebuyutannya.
Jika balapan balapan sebelumya di ketuai oleh Jihoon, maka kini sedikit perubahan formasi Woojin lah yang menggantikan posisi Jihoon.
"Ck ... mana bocah itu, biasanya dia yang sudah bersiap siap dengan motor besar nya, apakah sekarang dia sudah takut bertemu denganku?" decak pemuda dengan gayanya yang terlihat sedikit semena mena pada Woojin.
Dengan tenang, dan sedikit cengiran tipis disertai gingsul nya, Woojin membalas perkataan pemuda itu.
"Sejak kapan Jihoon takut padamu, dia justru sedang bersantai saat ini, ia tak ingin mengeluarkan tenaga nya hanya semata melawan dirimu, untuk itu aku lah yang menggantikannya," ucap Woojin berusaha menutupi keadaan Jihoon yang sebenarnya.
Guanlin dan Jinyoung yang berada dibelakang Woojin tak mengelak atapun membantah ucapan Woojin sama sekali, melainkan membenarkan hal tersebut.
Ya, mereka tak ingin jika musuh bebuyutan mereka mengetahui hal yang sebenarnya.
Bisa bisa musuh nya itu langsung menjatuhkan kelompok kecil nya itu.
Kompetisi kali ini memperebutkan sebuah mobil sport yang masing masing di miliki oleh keduanya.
"Kita mulai sekarang!" geram pemuda yang diajak Woojin beradu kata sebelumnya.
Woojin mengendikkan bahunya pelan, dan menyalakan mesin motornya.
"Jackie ... bersiaplah, bantu aku mendapatkan mobil sport itu sayang," bisik Woojin sambil mengusap motor kesayangannya itu.
Tak lama seorang gadis yang menjadi pemandu balapan itu mengangkat bendera kecil yang menandakan lomba itu dimulai.
Motor motor itu tampak bergerak cepat melaju begitu saja dari hadapan Guanlin, dan Jinyoung yang masih berada di posisi yang sama.
Laju kecepatan diantara dua motor yang sedang melaju tampak saling menyalip satu sama lain.
Kelokan tajam mereka lewati begitu saja, seolah medan jalan tersebut telah mereka hafal satu sama lain.
Selisih diantara keduanya tidak memakan jarak yang terlalu jauh, bahkan hampir bisa di bilang hampir sama.
Jarak dua meter lagi keduanya mencapai garis finish.
Woojin tak ingin mengalah dengan pemuda itu, terlebih sebelumnya ia hampir meremehkan sahabat dekatnya, untuk itu pada line terakhir Woojin menggas motornya dengan laju kecepatan lebih cepat dari pada sebelumnya.
Hingga ....
TINN!!!!
"Woojin!!!"
............
TBC
See you next chapter
Leave a comment and vote ...
.
.
Seya
