Jinyoung yang masih di lingkungan musuh nya sendiri, tampak mondar mandir berusaha mencari peluang agar dapat menghubungi Jihoon.
Ia kira setelah ia membayarkan kerugian dari apa yang terjadi sebelumnya, ia akan bebas dari kekangan musuh nya itu, tetapi nyatanya justru kebalikannya!
'Sial! seharusnya aku sadar, semua ini terjadi karena dia menyukai Jihoon! Bodoh! Aku harus keluar dari sini! Bukankah sama saja seolah mereka menculikku, dan hanya membebaskan ku saat aku mengambil uang yang kumiliki?' benak Jinyoung yang baru saja menyadari nya.
Selama berada di dalam kukungan musuh nya itu Jinyoung tak dapat menghubungi orang luar, bahkan handphone nya saja disita oleh mereka.
Awalnya ia tak merasa masalah berada di sana beberapa hari dalam menenangkan pikirannya setelah menyadari kenyataan Jihoon yang sebenarnya. Namun nyatanya bukan beberapa hari!
Jinyoung terperangkap oleh mereka, ia di tipu!
Celah jendela pada ujung ruangan yang sedikit terbuka seolah memanggil dirinya.
Dengan langkah perlahan Jinyoung berusaha tak membuat suara ke arah jendela yang menurutnya dapat meloloskan dirinya dari dekaman musuhnya yang ingin mencelakakan Jihoon.
Jendela tersebut memang sedikit terbuka, hanya saja ada list besi yang menempel pada jendela itu.
Manik Jinyoung segera mengedar ke segala penjuru. Ada sebuah linggis yang ia lihat di bawah kasur yang entah mengapa linggis tersebut berada disana.
'Ck, harusnya aku memperhatikan nya dari kemarin.'
Setelah nya Jinyoung berusaha membuka list besi tersebut dengan list yang ada.
Tak ada cara lain untuknya kabur jika tak merusak jendela itu.
Degup jantung Jinyoung beradu cepat. Ia khawatir bahwa salah satu anggota musuh nya yang berada di sana menyadari apa yang Jinyoung lakukan.
Ya, saat ini Jinyoung berada dalam basecamp musuh nya itu.
Crack!
'Ah berhasil!' pekik Jinyoung sedikit bersorak dalam hatinya.
Dengan cepat Jinyoung berusaha melesat keluar dari sana.
Sungguh, pikiran Jinyoung kali ini hanya satu!
Ia harus menemui Jihoon, ia tak ingin sahabat nya celaka karena ulah musuh nya itu.
***
"Eugh,"
Lenguhan kecil dari belah bibir Jihoon terdengar di telinga Daniel yang berada di sebelahnya.
Daniel dengan sigap langsung bangun, dan melihat sang istri memastikannya apakah sudah terbangun atau belum.
"Hyu..-hyung, perasaanku tak enak, aku tak tahu mengapa," ujar Jihoon saat terbangun dan mendapati Daniel yang tengah menatap nya.
Daniel meneguk saliva nya kasar, dan mengusap kening Jihoon yang basah.
Sepertinya Jihoon sebelumnya bermimpi buruk, untuk itu saat terbangun istrinya mengatakan hal seperti itu.
"Tenang lah love, semuanya akan baik baik saja, kau percayakan saja padaku," ujar Daniel sebisa mungkin menenangkan sang istri.
Ddrtt
DdrrtDering telefon tiba tiba saja masuk ke dalam handphone Daniel. Dengan cepat Daniel mengangkat telefon tersebut saat menyadari bahwa yang menghubunginya adalah orang yang ia perintahkan sebelumnya.