Chapter 24| Memastikan

110 10 6
                                    

Dokter yang di panggilkan oleh Woojin sebelumnya kini sudah sampai di sana hendak memeriksa kondisi Jihoon terlebih dahulu, karena bagaimana pun kondisi Jihoon bukanlah sama seperti para laki laki lainnya yang berada di sana.

"Bagaimana kondisi nya?" tanya Daniel melangkah mendekat ke arah Jihoon yang berada di sofa.

"Kandungannya aman, hanya saja tetap seperti yang saya sarankan sebelumnya bahwa Mrs. Kang tetap harus banyak beristirahat agar kandungannya tetap stabil," ujar dokter yang memang menjadi dokter yang belakangan ini merawat Jihoon.

Daniel yang berada di sana beberapa kali tampak mengarahkan pandangannya ke arah sekitar dokter tersebut, seakan tengah mencari seseorang.

"Ah, saya hampir lupa memberitahu pada anda bahwa kolega saya yang merupakan dokter orthopedi tak dapat hadir di sini, lantaran sedang memiliki banyak pasien sehingga ia tak dapat datang."

Daniel mengangguk anggukan kepala nya.

"Hyung~ mengapa kau senang sekali merepotkan dokter heum?"

"Kau hampir dalam bahaya tentu saja aku memilih memanggil mereka," ujar Daniel seenak jidatnya.

Jihoon menghela nafasnya pelan.

"Maafkan suami saya, kami akan ke rumah sakit untuk memeriksa nya," ujar Jihoon pada akhirnya dengan sesekali memegangi tangannya yang memang terlihat terkilir.

Dokter yang berada di sana menganggukan kepala nya dan mengatakan pada Jihoon hal itu lebih baik di lakukan oleh nya.

Tak lama setelah nya dokter tersebut berpamitan lebih dahulu, dan Jihoon tentu saja di temani oleh Daniel dan juga ketiga teman lainnya bersiap siap hendak ke rumah sakit untuk memeriksan kan kondisi Jihoon.

.
.

"Mengapa kalian ikut semua? Hyung bisa jelaskan?" lirih Jihoon yang tak habis fikir dengan ketiga temannya, belum lagi dengam mobil lainnya yang ia tahu bahwa bodyguard milik Daniel juga ikut bersama mereka.

Daniel mengendikkan bahunya pelan. Ia enggan menjawab pertanyaan dari istrinya itu.

"Hyung?"

Tetap pada pendiriannya Daniel tak menjawab panggilan istrinya itu.

"Memang nya kenapa jika kami ikut? Apakah kau tak suka? Bukankah aku sudah lama tak bertemu dengan mu jadi wajar aku ikut dengan mu," ujar Jinyoung berusaha memberikan jawaban asal.

"Lalu kau dan Guanlin?" Lirih Jihoon yang belum merasa puas dengan jawaban Jinyoung yang menurutnya mengada ada.

"Kami?" ujar Woojin yang merasa di tunjuk oleh Jihoon.

Jihoon mengangguk - anggukan kepala nya lucu.

Sungguh Jihoon yang tengah hamil jauh berbeda dengan Jihoon yang mereka kenal sebelumnya sebagai ketua geng mereka bertahun tahun.

Jihoon terlihat jauh lebih menggemaskan!

"Kami juga sudah lama tak bertemu dengan Jinyoung, dan karena Jinyoung ikut maka kita ikut," ujar Woojin yang semakin terdengar mengada ada.

"Astaga! Mengapa kepala ku semakin terasa pusing mendengar jawaban kalian semua," ujar Jihoon yang berpura pura pusing sembari memegangi kepalanya.

"Kau baik baik saja?" tanya keempat nya secara serempak.

Ingin rasanya Jihoon tertawa mendengar keempatnya yang dapat dengan serentak menanyakan hal tersebut pada Jihoon.

Mau tak mau Jihoon hanya menghela nafasnya pelan, dan sibuk mengangguk anggukan kepala nya saja sebagai jawaban pada keempat pemuda yang ia sayangi itu.

"Tidurlah, kau perlu banyak istirahat," ujar Daniel pada akhirnya sembari mengusap perut buncit Jihoon yang berada di sebelah nya.

Kali ini Jihoon memilih mengalah, dan tak lama memejamkam kedua maniknya itu.

Ia tahu betul bahwa suaminya dan juga sahabat sahabatnya itu menjadi seprotektif itu lantaran mereka semua menyayangi dirinya.

Tak sampai lima menit, Jihoon telah memasuki alam mimpi nya.

"Apakah Jihoon sudah tidur?" lirih Jinyoung yang memerhatikan wajah Jihoon yang terlihat tenang.

Daniel dengan cepat mengiyakannya, ia sangat hafal kelakuan Jihoon belakangan ini yang memang mudah sekali tertidur lantaran hormonnya yang memang membuatnya seperti itu.

"Jinyoung-ah, apakah kau yakin dengan perkataan mu sebelumnya?" tanya Woojin secara tak terduga seakan memang telah memendam pertanyaan tersebut sebelumnya hingga pada akhirnya keluar begitu saja dari mulutnya itu.

Jinyoung menghela nafasnya pelan dan menyenderkan tubuhnya pada bangku yang tengah ia tempati.

"Semula aku tak percaya tetapi wajahnya kala itu saat mengatakan padaku menunjukkan sebaliknya," ujar Jinyoung dengan tangannya yang mengepal menahan kekesalannya saat bayangan Younghoon yang sebelumnya kembali terngiang di kepalanya.

Sungguh ia membenci pria itu!

Tak akan ia biarkan pemuda itu menyentuh Jihoon!

Mendengar hal itu tentu saja kemarahan yang Jinyoung rasakan dapat tersalurkan pada Daniel, Guanlin dan juga Woojin.

Semua yang berada di sana bertekad akan menjaga Jihoon agar tak bertemu dengan Younghoon sekaligus akan memberi pelajaran pada pemuda itu.

"Ah, aku ingin bertanya pada kalian mengenai istriku—" ujar Daniel yang sedikit menggantungkan kalimat nya.

Serempak ketiga nya menatap ke arah Daniel menunggu kalimat yang akan di tanyakan oleh Daniel pada mereka.

"Apakah benar bahwa sebelum ia menikah dengan ku, ia merupakan seorang ketua di geng kalian, dan istriku adalah orang yang paling jago berkelahi?" tanya Daniel secara gambling pada mereka.

Baik Woojin, Guanlin dan juga Jinyoung tentu saja segera mengiyakan pertanyaan Daniel tersebut, karena memang benar adanya hal seperti itulah yang terjadi, bahkan mereka juga tak segan memberitahu bahwa mereka semula hampir tak percaya jika Jihoon akan menikah dan menjadi seorang istri dari pria lain, karena mereka fikir Jihoon akan menikah dengan seorang wanita.

"Woah, rupanya istriku serius akan perkataan nya waktu itu," kaget Daniel setelah mendengar pernyataan dari ketiganya.

"Jika saja Jihoon tak sedang mengandung keponakan kami, maka kami tak terlalu khawatir jika mereka kembali membuat ancaman pada kami, karena Jihoon mampu melumpuhkan anggota mereka dengan cepat, hanya saja posisi sekarang tentu saja akan jauh berbanding terbalik," ujar Guanlin pada akhirnya.

Daniel yang sebelumnya tampak ragu dengan ucapan Jihoon lantaran Jihoon yang ia kenal jauh berbanding terbalik dengan apa yang di katakan sebelumnya maka kini ia dapat mempercayai seutuhnya atas perkataan istrinya itu.

'Istriku memang benar benar unik! Aku tak menyangka jika kau benar benar jago berkelahi.'

———

TBC

See you next chapter

Leave a comment, and vote

.
.

Seya

A Lie ? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang