24

95 7 0
                                    

Hallooooo!

Nggak terasa, lagi-lagi aku ninggalin wattpad dalam waktu yang cukup lama, iseng baca ulang karya-karyaku dan karya yang ini tentunya jadi membuatku tergerak untuk nulis lagi, bismillah kita mulai lagi ya...
Semoga masih ada yang baca cerita ini sampai selesai yaaa hehe...
So, happy reading!

***

Pagi ini cuaca sangatlah mendung, bahkan sinar mentari pagi saja belum ada pagi ini. Kaira sudah duduk di bangkunya menatap kosong pemandangan yang ada di depannya, kelasnya masih sangat sepi, karena ia datang pagi-pagi sekali hanya ingin mengingat kembali masa saat Keenan masih berada di kelas ini bersamanya.

Apa yang waktu itu Keenan mau bilang ke gua ya, ada apa dengan Ayah gua?  tutur Kaira dalam hatinya teringat kata-kata terakhir dari Keenan sebelum mereka akhirnya kecelakaan dan meninggalkan teka-teki yang sama sekali belum ia ketahui.

Bahkan sampai akhirnya ia pulang lagi ke rumah pun pikirannya masih tertuju ke Keenan, lebih tepatnya ucapan Keenan waktu di mobil yang ternyata menjadi ucapan cowok itu untuk terakhir kalinya.

Malam ini, Kaira duduk di meja makan bersama kedua orangtuanya. Ibunya mengambil satu setengah centong nasi untuk Ayahnya dan satu centong nasi untuk Kaira. Saat Ayahnya tengah mengambil lauk, Kaira akhirnya membuka suara.

"Apa ada hal yang disembunyiin lagi dari Kaira?" tanya Kaira sambil menaruh alat makannya di piring yang sudah disediakan.

Ayah dan Ibunya saling pandang sejenak kemudian Ayahnya melanjutkan mengambil lauk pauk yang akan dimakan, begitu juga Ibunya yang menaruh lauk pauk diatas piring Kaira.

"Kaira butuh jawaban dari kalian, Pah... Mah. Tolong jangan ada yang disembunyiin lagi," ucap Kaira yang kemudian air matanya mulai jatuh membasahi kedua pipinya lantas Ibunya pun mendekatinya dan menenangkan Kaira.

Tetapi, akhirnya Kaira memutuskan untuk meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.

Sementara itu, Ibunya yang ingin menyusul Kaira ke dalam kamarnya tidak diperbolehkan karena Ayahnya Kaira memberi kode agar anaknya itu sendiri dulu dan Ibunya tentu menuruti permintaan suaminya itu.

Di dalam kamar, Kaira masih menangis, ia berbaring di kamarnya dengan gelisah, menutupi wajahnya dengan bantalnya dan memeluk gulingnya. Tidak lama handphonenya itu bergetar menandakan ada notifikasi yang masuk, bergetar berkali-kali sampai akhirnya ia menyingkirkan bantalnya dan duduk sambil melihat notifikasi yang masuk.

Patra: Kaira... are you feeling better now?
Patra: Butuh sesuatu gak? Bilang aja ya kalau ada apa2 :)
Patra: Good night Kaira, see you tomorrow!
Tiara: Raaaa... Lo lg ngapain? Lo seharian diem aja jadi gue khawatir nih, kalau ada apa2 cerita ya Raaaa, atau gue ke rumah lo? atau lo mau ke rumah gue juga boleh kok ...

Kaira tersenyum tipis melihat dua manusia itu mengkhawatirkannya. Tidak lama terdengar ketukan pintu di kamarnya.

"Kaira, Papa boleh masuk?" tanya Ayahnya, kemudian mengetuk pintu lagi tetapi Kaira tidak menjawab ia malah memilih pura-pura tidur.

Akhirnya Ayahnya masuk ke kamar Kaira dan duduk di tepian tempat tidur anak perempuannya itu.

"Papa mau minta maaf ya Ra, karena udah nggak ngasih tahu kamu kalau Keenan udah nggak ada."

Kaira masih terdiam dibalik selimutnya itu.

"Papa juga mau minta maaf ya sayang karena selama ini Papa menyembunyikan sesuatu dari kamu."

Begitu mendegar itu, Kaira langsung membuka selimutnya tetapi tidak melihat wajah Ayahnya yang sedang berbicara.

"Sebenarnya, Keenan itu kakak kamu," mendengar ucapan itu tangisan Kaira berhenti matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang barusan diucapkan oleh Ayahnya tersebut, tetapi dirinya masih memilih diam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FINALLY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang