15

843 42 4
                                    

[patra's pov]

Patra datang ke sekolah pagi-pagi, lapangan masih sangat sepi, mungkin juga Patra siswa pertama yang datang pagi itu, tapi ternyata tidak, karena seseorang baru saja memantulkan bola basket ke arahnya.

Patra dengan gesit mengambil bola basket tersebut, mencari-cari siapa yang pagi-pagi sudah melemparinya bola basket.

"Lo?" Patra terkejut mendapati Dion berada di hadapannya.

"Iya gue, kenapa?"

"Lo mau ngajak gue tanding basket pagi-pagi gini? Sori, gue ada urusan lebih penting dari itu." Patra membalikkan bola basket tersebut pada Dion, sementara cowok itu tertawa sambil memantulkan bola basket di lapangan sekolah.

"Gue gak ngajakin lo tanding, gue gak jago main basket. Gue akuin lo jago basket, tapi lo nggak bakalan jago ambil Kaira dari gue."

Patra mengernyitkan dahinya bingung dengan apa yang barusan Dion katakan.

"Lo bicara intinya aja, gak usah ribet."

"Gue suka sama Kaira."

"Oh," jawab Patra singkat, gue udah tau kali.

"Jauhin dia atau ...," ancam Dion, kemudian dipotong oleh seseorang, "adik lo celaka," ucap Keenan.

"Gue nggak akan jauhin Kaira, dan kalian berdua jangan macam-macam sama adik gue!" Sialan, udah gue duga cepat atau lambat hal ini pasti terjadi. Patra membenarkan posisi backpacknya tersebut.

"Kita liat aja nanti," ucap Keenan kemudian meninggalkan Patra dan Dion, arah cowok tersebut ke kantin.

"Kalau lo sayang sama adik lo, tinggalin Kaira. Walaupun gue gak tau yang mana adik lo. Gue yakin, ucapan Keenan nggak main-main." Lalu, Dion meninggalkannya di lapangan.

Patra mengepal tangan kanannya sekuat tenaga, berusaha mengatur napasnya sebaik mungkin, kemudian jalan menuju kelasnya.

***

"Eh, Patra udah dateng aja lo." Budi menaruh tasnya di atas meja, kemudian melepas jaketnya tersebut, dan melirik ke Emil.

"Pat, lo kenapa?" tanya Emil.

Patra masih diam tatapannya kosong, saat itu juga Budi dan Emil merasakan hawa-hawa tidak enak.

"Pat ... Gue 'kan udah sering bilang gue cuma hapal sama An-nas, Al-ikhlas, nggak bohong gue," ucap Emil dengan nada melas.

"Yeh bocah, makanya ngaji," kata Budi dan mendapat pelototan dari Emil.

"Patra!" Emil dan Budi berusaha mengejutkannya, tapi Patra masih diam seribu bahasa.

"Lo lagi ada masalah ya?" tanya Budi pelan pada Patra, kemudian menjatuhkan bokongnya ke tempat duduk tepat di sebelah Patra.

"Adik gue udah nggak aman lagi," ucap Patra, kemudian mengacak rambutnya, Budi dan Emil hanya bisa menganga saat itu.

"Woy kemasukan lalat lo nanti!" kata Budi sambil menutup mulut Emil yang masih terbuka lebar, Emil yang tersadar langsung menjauhkan tangan Budi dari mulutnya.

"Jangan nodai aku, bibirku masih suci," kata Emil, saat itu juga Patra tertawa. Membuat Budi dan Emil bernafas lega.

"Maksud lo, identitas adik lo udah ketauan gitu?" tanya Budi, Patra mengangguk, "Iya, Keenan udah tahu Ratu adik gue."

FINALLY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang