1

7.3K 544 373
                                    

Hari berikutnya, Kaira tetap menjalani sekolah seperti biasa, begitu juga dengan Keenan. Tetapi, pagi ini mereka tidak saling bertegur sapa.

Kaira memilih untuk keluar dari kelas bersama teman sebangkunya, dari pada di kelas harus melihat wajah Keenan.

"Sabar ya, Kaira," ucap Tiara, sambil menepuk bahunya perlahan, Kaira membalas perkataan sahabatnya itu dengan senyuman.

Keduanya kini sudah berada di kantin, jam pelajaran belum dimulai, masih sepuluh menit lagi.

"Ra, lo kalo mau cerita, cerita aja gue pasti dengerin. Jangan diem dong, Ra. Lo gak seru kalo ga rame...."

"Sori Ti, gue masih mikir aja, kenapa Keenan mutusin gue begitu aja." Kaira menghela nafas.

"Sebelumnya kalian ada masalah gak?" tanya Tiara dan Kaira menggeleng pelan.

"Hmm, aneh sih, tapi ya udahlah, sekarang dia udah jadi mantan. Mungkin nanti lo dapet yang terbaik," ucap Tiara dengan bijak.

Kaira memeluknya erat, ia senang mempunyai sahabat seperti Tiara yang selalu ada untuknya, yang siap mendengarkan keluh kesahnya, dan masih banyak lagi.

"Aduh, enak banget sih pelukan. Gue ikutan dong," ucap Dion, Kaira melihat cowok itu di hadapannya, kemudian Kaira dan Tiara tidak berpelukan lagi.

"Pelukan aja sama tiang," kata Tiara.

"Baru dateng? Kebiasaan deh, datengnya mepet," ujar Kaira.

"Ya elah, nggak enak banget sama tiang. Iya nih, Kaira, macet 'kan."

"Alasan klasik. Udah ayo masuk, dikit lagi bel," ajak Tiara pada teman-temannya, tetapi kedua temannya masih diam pada posisi masing-masing, Dion yang melihati Kaira sampai tidak kedip dan Kaira yang sedang melihat cowok yang sedang beli pulpen di kantin.

"Ekhem! Ayo kelas, guys," ucapnya sekali lagi, pandangan Tiara masih mengekori pandangan keduanya, dan sampai cowok itu keluar dari kantin, Kaira terus melihati cowok itu.

"Kaira," Tiara memanggil, serta menyenggol lengannya.

"Eh iya, ayo kelas. Dion lo ngapain liatin gue aja? Ayo kelas."

"Pede banget mba, ayolah."

Dan ketiganya jalan menuju kelas, sesampainya di kelas, bel berbunyi, dan terlihat guru-guru berjalan menuju ruangan kelas.

Pelajaran hari itu telah dimulai tapi pikiran Kaira masih kemana-mana, bahkan ia masih memikirkan cowok itu. Cowok yang barusan ia lihat berada di kantin itu adalah cowok yang kemarin di perpustakaan.

"Lo gak kenapa-kenapa?"

Pertanyaan itu, pertanyaan paling bodoh bagi Kaira, sudah tahu dia sedang menangis pasti kenapa-kenapa. Dan, Kaira memutuskan untuk tidak menenggelamkan wajahnya, melihat siapa yang telah bertanya kepadanya.

"Emang lo ga liat gue lagi nangis?" ucap Kaira, kemudian menghapus air matanya.

"Gimana mau liat, wajah lo ketutupan, gue cuma denger suara aja. Nih pake," cowok itu memberinya sapu tangan berwarna biru gelap.

"Ih nggak perlu, itu kan punya lo."

"Pake aja, susah bener tinggal pake."

Akhirnya, Kaira menerima sapu tangan berwarna biru milik cowok yang dia nggak tau siapa namanya.

"Nah, wajah lo mendingan sekarang. Jangan nangis lagi, ngapain buang-buang air mata hanya karena patah hati."

FINALLY [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang