Hallo! Aku kembali... masih ada yang nungguin cerita ini ya ternyata..., maaf menggantung kalian berkali-kali ya. Happy reading!
***
"SUMPAH YA! GUE GAK NYANGKA SAMA SEKALI, LO BISA YA TEGA SAMA KITA?!" Tiara sedang mencaci maki Dion, mereka masih di studio musik.
"Maaf."
"MAAF LO BILANG?! SEKARANG KITA NGGAK ADA YANG TAU KAIRA DIBAWA KEMANA SAMA SI BRENGSEK!"
"Maaf Tiara! Gue mohon maafin, gue! Keenan udah bohongin gue, rencananya bukan begini, maafin gue!"
"TETAP AJA YA, SAMA AJA LO BIKIN KAIRA CELAKA TAU GAK?! LO BOLEH NAKSIR KAIRA, SAMPE LO TOLAK GUE, TAPI NGGAK GINI CARANYA DION!!!" Tiara terus marah-marah, sementara Ratu masih terdiam setelah ia berhasil mengakhiri tangisannya tersebut.
"Sekarang kita harus gimana coba," ucap Tiara frustasi, "Jadi, lo itu adiknya Patra?"
Ratu mengangguk.
"KENAPA SIH HARUS ADA RAHASIA, JADI GINI KAN! AH!" Tiara makin kesal sendiri, "Oke, Ratu cepetan hubungin kakak lo. Bilang ke dia Kaira dibawa Keenan."
Ratu memeriksa kantongnya, kemudian bangkit menuju pianonya, "Handphone gua nggak ada, pasti diambil Keenan...," kemudian Ratu duduk dengan lemas di tempat duduk tersebut.
"LO HARUS TANGGUNG JAWAB YA YON, GUE NGGAK MAU TAU!"
"Ti, stop, jangan marah sama gue. Gue tau kita bisa hubungin siapa," ucap Dion.
"Siapa?!" tanya Tiara setengah membentak cowok yang ia sukai itu.
"Kak Budi, kalian tukeran line 'kan waktu kita belajar bareng?"
Tiara cepat-cepat mengambil handphone yang ia taruh di tas bagian depan.
Tiara menelpon Budi tanpa tanggung-tanggung, begitu diangkat dari sebrang sana mulutnya langsung bicara.
"Halo, Kak Budi! Bisa tolong kirimin nomernya Kak Patra sekarang? Line atau WhatsApp apapun itu cepet ya!"
"Tiara kamu kenapa?"
"Aduh, Kak! Cepet kirim! Kaira dalam bahaya! Gue matiin, gue tunggu, thanks."
Tidak lama kemudian, Budi mengiriminya nomer Patra. Dan Tiara langsung menghubungi nomer tersebut, untunglah langsung diangkat.
"KAK PATRA! INI GUE TIARA, KAIRA DALAM BAHAYA KAK!"
"Kaira? Kenapa? Kalian dimana?"
"Gue masih di sekolah, Kaira dibawa kabur secara paksa sama Keenan!"
Dari sebrang sana, bisa Tiara dengar Patra mengumpat.
"Jangan bilang, Ratu sama kalian juga?!"
"Iya kak, gimana dong? Gue takut Kaira kenapa-kenapa."
"Kalian ke rumah gue dulu, sekarang. Cepet!"
"Iya Kak!"
Tiara kemudian mematikan handphonenya, "kita ke rumah lo sekarang!"
Dion mengikuti Tiara dan Ratu, kemudian Tiara berhenti sejenak, "Lo nggak perlu ikut!" membuat Dion mematung pada tempatnya.
Tiara dan Ratu berjalan menuju parkiran, menuju motornya tersebut, "Ah sial! Gue lupa! Ban motor gue bocor!"
Dion menghampiri, "Kalian naik taksi aja, gue ngikutin. Gue tau, gue salah. Gue minta maaf, dan gue akan menebus kesalahan gue. Gue harus jagain kalian berdua, jangan Kaira aja yang udah dibawa kabur, gue takut kalian kenapa-kenapa."
Tiara acuh tak acuh, meninggalkan Dion yang sudah bicara panjang lebar, Dion buru-buru menghidupkan mesin motornya. Tiara dan Ratu masih menunggu taksi yang lewat, sampai akhirnya mereka mendapatkan taksi.
***
Sesampainya di rumah Patra, Tiara dan Dion sama tercengangnya melihat rumah Patra dan Ratu yang begitu megah. Tiga mobil yang terparkir di garasi, dan satu motor yang biasa Patra pakai ke sekolah.
Jadi, Patra ini anak orang kaya? Tiara menggeleng-geleng kepala, tidak percaya.
Tiara dan Dion mengikuti Ratu melangkah masuk, disambut oleh wajah Patra yang cemas, ada Emil dan Budi juga di dalamnya.
"Ceritain ke gue, gimana bisa kejadian kaya gini?!" tanya Patra, pada ketiga orang yang mematung begitu masuk ke dalam rumah.
Setelah Tiara, Ratu, dan Dion cerita kini Patra sedang meninju Dion habis-habisan, Emil dan Budi tidak bisa melerai Patra yang sedang emosi berat.
"LO BEGO!" pukul Patra tepat pada pelipis Dion, "LO TOLOL! TAU GAK!" Patra kembali memukul wajah Dion, sampai ujung bibir Dion terluka dan mengeluarkan darah segar. Dion pun tidak meninju balik Patra, dia tahu benar kalau dia telah salah dan pantas menerima pukulan tersebut.
"INI PUKULAN TERAKHIR KARENA LO UDAH BIKIN KITA KEHILANGAN KAIRA!" tinjuan tersebut sangat keras, membuat Dion tersungkur di lantai, dan pingsan.
"Pat, udah Pat. Anak orang bisa mati, Pat. Masalah kita makin nambah yang ada," ucap Budi, kemudian menjauhkan Patra dari Dion.
Emil membawa Dion ke sebuah kamar, membiarkan cowok itu istirahat.
"Wajah dekil lo jadi babak belur gini, salah lo sih," ucap Emil, kemudian meninggalkan Dion berbaring di sana.
"Ratu, kamu bisa lacak Keenan bukannya?" tanya Patra.
"Hape gue diambil, Kak."
"Licik," kata Emil kemudian mendengus.
"Kalau dalam waktu dua puluh empat jam Kaira tidak ditemukan, kita lapor polisi," ucap Patra tegas.
"Semoga Kaira baik-baik aja," ucap Tiara, menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Budi mengelus pundak Tiara, berusaha menenangkan cewek tersebut, dan kepalanya menyender pada bahu Budi.
***
Sementara itu, Keenan membawa mobil di jalan tol dengan kecepatan tinggi.
"Keenan! Lo gila!"
"Kalau iya kenapa?" jawabnya sambil nyetir, dan menambah kecepatannya.
"Kenapa lo lakuin ini sama gue?" tanya Kaira sambil menangis.
"Ini semua karena bokap lo!!!" ucap Keenan sambil menengok ke arah Kaira, tetapi ia masih menginjak pedal gas, kecepatan penuh.
"KEENAN AWAS!!!" teriak Kaira, kemudian menutup kedua matanya dengan menyilangkan kedua tangannya.
Keenan terlambat, mobilnya telah menghantam truk besar yang ada di hadapannya. Mobil bagian depan sudah remuk tidak karuan, Keenan yang masih tersadar melihat Kaira penuh darah, nafas Keenan tidak karuan karena ia terjepit, begitu juga dengan Kaira yang duduk di sebelahnya, kaca mobilnya hancur, dan semuanya gelap tidak terlihat.
- To Be Continued -
Sampai ketemu di Part berikutnya ya, insyaAllah kali ini nggak menghilang lagi hehe. Mari kita selesaikan cerita ini....
dyahdeanr,
22 Juli 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
FINALLY [On Going]
Teen Fiction"Mulai sekarang kita putus," katanya. Dan, Kaira masih diam di tempat. Berusaha tenang dan masih saja diam di tempat, sampai akhirnya..., "Lo ga kenapa-kenapa?" Begitu pertanyaan itu keluar, Kaira mengangkat kepalanya, siapa yang sudah bertanya sep...