Kita Itu Sama, Denial.

105 18 10
                                    



















"Want some ice cream?"

Udah terhitung 4 bahkan 5 kali Juyeon nawarin kamu makanan sesudah makan malam bareng tadi. Kalian masih menyusuri jalanan di sepanjang Jalan Pantai Kuta ini.

"Kenyang banget, tadi ditawarin roti juga, jangan bikin aku muntah kamu" Protesmu.

Juyeon ketawa, "Lagian kapan lagi coba aku bisa traktir kamu? Seminggu doang kan di sini?" Tanyanya sambil merangkul pundakmu.

"Ya kan masih ada besok - besok sebelum aku pulang, jangan semuanya malam ini" Tukasmu seraya menatap sekeliling, banyak orang yang juga jalan kaki menyusuri jalanan yang ramai dipenuhi toko ini. Kayak Itaewon atau Myeongdong kalau di Korea.

"Takut aku sibuk, lagian kamu bisa banget liburannya bertepatan sama kerjaan aku yang lagi banyak" Ungkap Juyeon.

"Kapan coba kamu gak banyak kerjaan? Jadi translator ternyata sibuk juga ya?" Kali ini kamu liatin Juyeon yang ngangguk beberapa kali.

"Apalagi kalau kayak aku ini, merangkap jadi tour guide" Tukasnya, "Kamu gimana? Jadi guru sibuk gak?" Tanya Juyeon.

"Kalau liat dari sisi kesibukannya sih ya sibuk banget juga, apalagi kalau udah pas hari - hari ujian atau uts, pasti banyak yang perlu dipersiapin, belum lagi kalau murid yang sering gak ngerjain tugas, kadang kita yang guru juga mau bodo amat, tapi kasian mereka, akhirnya bela - belain ngejar yang belum ngerjain tugas" Kamu ngejawab panjang - lebar.

"Guru killer pasti nih" Ledek Juyeon.

Kamu tergelak, "Keliatannya gitu ya? Padahal aku disenangin murid loh, guru favorit katanya" Balasmu sedikit membanggakan diri.

"Tapi, ya gituu. Setelah kejadian Ayah..." Kamu hela nafas tanpa ngelanjutin ucapanmu.

"You don't have to talk about it kalau kamu ngerasa gak suka, kita bisa ganti topik" Juyeon lantas ngasih batasan pada topik yang kalian bahas.

Dia udah tau kabarnya kok, bahkan dari 3 tahun lalu. Kamu udah cerita juga ke Juyeon tentang penangkapan Ayah, tapi gak pernah cerita detilnya bagaimana. Termasuk tentang pemuda yang baru saja tadi sore kamu temui lagi.

Kamu menggeleng, "Gak pa-pa kok, I'm okay" Tukasmu.

"Gimana beliau?" Tanya Juyeon lagi karena kamu udah ngasih lampu hijau.

"Baik, agak kurusan sih, tapi teman satu selnya Alhamdulillah gak ada yang jahat" Jawabmu.

"Syukurlah" Ungkap Juyeon juga, "Keluarga yang lain gimana? Bunda? Kangen banget sama masakan beliau" Sambungnya.

Kamu tersenyum tipis, "Bunda juga kangen tuh katanya, kalau ada kesempatan ke Jakarta lagi, mampir aja ya? Bunda sekarang ada toko kue di depan komplek" Ucapmu.

"Oh iya, udah kamu kasih tau juga kan yang itu? By the way, senang banget dong pasti beliau karena udah punya cucu" Balas Juyeon.

"Hahah iyaaa, Jake sama Raaya sampai rebutan Bunda. Gak bisa akur itu dua bocah" Kamu tertawa lagi sambil ingat momen - momen lucu pertengkaran Jake dan Raaya.

"Wajar kok itu, apalagi Jake masih belum nikah. Pasti masih manja ke Bunda" Balas Juyeon.

"Eh, dia semester berapa sekarang? Enjoy aja kan?" Tanyanya lagi.

Terius Behind Me-Jeon JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang