Kenyataan

185 24 55
                                    

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

.

.

Author kembali, seneng?

Tumben updatenya cepet Thor?
- banyak yg minta up cepet.

Spam komen ya,

1 akun, spam 10
Canda,wkwk

Tapi bisa kan?

.

.

.

Langsung saja.

^^^

Petang ini, ifah sudah bersiap untuk menemui Yuna Nana. Gadis bergamis navy saat dirumah sakit. Ia sudah memarkirkan motor di parkiran kafe, Buru buru ifah masuk untuk mencari meja. Ujung Kafe lumayan ramai, terlebih saat sore seperti ini.

Setelah menemukan tempat yang dirasa pas, ifah segera memilih meja dengan dua kursi. Ifah berharap ia tidak membuat Yuna menunggu, jadi ia berangkat lebih awal. Ia juga sengaja mencari tempat yang dekat dengan jendela, sembari menikmati jalanan yang penuh kendaraan.

"Lee, Yuna dijodohin sama Hanif ya?"tanyanya pada lee dari seberang. Ia menelpon Lee karena cemas, bingung akan bertanya apa kepada Yuna.

Ifah takut akan canggung, kehabisan topik atau insecure melihat kecantikannya. Bahkan ia sempat bertanya pada lee, jika dirinya menangis apa yang ia harus lakukan. Belum apa apa dirinya sudah takut, padahal ini bukan pertama kalinya mereka bertemu.

"Tanya sendiri kak, tapi ngga boleh nangis." balasnya lirih.

"Awas ya kalo kamu bohong, aku beneran minta restu ke Abi kamu lho. Supaya aku boleh berjodoh sama Hanif, ya?" ujarnya, ifah benar benar menggila.

Ia sebenernya malu duduk sendiri di bagian pojok, sendirian. Takut takut ada seseorang yang tiba tiba ingin duduk di hadapannya bagaimana? Lalu mengajak kenalan, seperti di sinetron? Ah, membayangkannya saja ifah sudah mewek.

"Aku serius kak, lagian kenapa sih harus cemas begitu. kalau suruh pilih kalian, aku lebih milih kak ifah dari pada dia." balas lee, sepertinya suaranya lumayan serak. Apakah karena siraman rohani, eh siraman air tadi pagi membuatnya masuk angin?

"Beneran?" balas ifah semakin menggigit bibirnya takut. Ia masih celingukan menunggu Yuna, ini pertama kalinya dirinya ke kafe.

"Tapi bo'ong, dadah. Selamat sedia tisu kak, wkwk." balas lee, seperti tertawa di buat buat.

Tut

"Sebel deh."

"Lee nutupin sesuatu nih, ngga beres." batinnya sebal, telepon di matikan sepihak.

Tanpa sepengetahuannya, Yuna sudah berada di bangkunya. Ifah hampir menjatuhkan handphonenya karena kaget, melihat Yuna sedang tersenyum ke arahnya.

"Siapa yang nyebelin Mba?" tanyanya, meletakkan tasnya di meja.

"Lee, Yuna cantik banget." batinnya menangis, melihat Yuna berdandan dengan pakaian modis, bahkan ifah bisa mencium parfum yang ia kenakan.

"Emm, bukan siapa siapa." balasnya menampakkan deretan giginya.

Ia segera bersalaman dengan Yuna, saling melempar senyum. kemudian mereka kembali duduk dan memanggil pelayan untuk memesan makanan. Suasana lumayan canggung, ifah menelan ludah kasar menatap Yuna yang begitu cantik berada dihadapannya.

Together You [REVISI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang