28 Kedatangan

4.5K 1.1K 110
                                    

= = =

Ellise dan Doyoung baru saja menginjakan kaki di pekarangan rumah kecil Ellise, dan langsung mendapatkan seruan heboh dari Haechan yang sudah stay di depan teras. Belum lagi, sapaannya benar-benar nyaring. Sampai-sampai tetangga yang kebetulan lagi nongki di teras ngopi, noleh.

Tidak hanya itu, penampilan Haechan yang sudah biasa bagi Ellise kini justru membuat Ellise menahan malu. Pasalnya, Heachan cuman memakai kaos kutang dan celana kolor polkadot. Pakaian sehari-hari di rumah. Ellise sampai meringis saat melihat wajah kagetnya Doyoung. Dia juga lupa meminta Doyoung buat siapin mental menghadapi Haechan lagi.

"MAS, MBAK, KOK LAMA BANGET? BAKU HANTAM DULU YA TADI?!"

Keterkejutan Doyoung enggak sebatas Haechan teriak dan melambaikan tangan di teras dengan kaos kutang. Tapi juga saat Haechan yang menghampirinya dengan rusuh, serta senyumannya yang lebar.

Doyoung speechless. Nggak bisa ngucap apa-apa. Lagi-lagi membatin, manusia jenis apa yang harus dia hadapi sekarang ini.

"Adek jangan teriak," tegur Ellise dan menarik Haechan untuk diam.

Namun pada dasarnya Haechan, mana mungkin diam begitu saja. Apalagi saat Doyoung akhirnya memilih untuk menjauh yakni berjalan ke belakang mobil, membuka bagasi untuk mengeluarkan barang-barang. Haechan mengikuti, bahkan berinisiatif untuk membawa beberapa.

"Coklat hitam nya beneran dibeli nggak, Mas?" bisik Haechan disebelah Doyoung.

"Iya beli."

"Sama keripik singkong manis pedes?"

Doyoung mengernyit. "Kamu nggak bilang mau itu."

"Loh, Echan bilang kok."

"Sama Mbakmu?"

Haechan mengangguk kencang, dan Doyoung menghela napas kecil.

"Kayak nggak tau Mbakmu aja," ujar Doyoung sembari menutup kembali bagasi mobilnya setelah barang bawaan sudah di tangannya dan Haechan.

Haechan mendengus kesal. "Salah banget minta sama Mbak! Harusnya langsung chat Mas aja!"

"Percuma. Mbakmu sudah antisipasi dengan sita hape saya sepanjang perjalanan. Kalo kamu nelpon saya, yang angkat pasti Mbakmu."

Haechan mengerucutkan bibir sembari mendecak kesal. Sia melirik sinis pada Ellise yang berada di depan mobil, tepatnya lagi ngobrol sama tetangga.

"Tenang. Saya sudah masukin cokelat hitam lebih dari satu."

Haechan sontak menoleh. Kedua bola mata yang semula sinis itu berubah. Matanya seolah berbinar cerah.

"Seriusan?" Doyoung mengangguk.

"Berapa? Dua???"

"Lebih."

Raut wajah Haechan semakin menunjukan kegembiraan. "Sepuluh?!"

"Nggak sampe."

"Yaudah nggak papa! Kuy Mas, kita masuk. Bunda udah nunggu!" seru Haechan, kemudian berjalan lebih dulu.

Sementara itu, semenjak Haechan menghampiri Doyoung dengan riang dan membantu Doyoung mengeluarkan barang-barang. Ellise tidak sengaja bertemu tatap dengan si tetangga. Yang sejak dari dulu memang terkenal kepo.

Om Heechul. Bapak-bapak beranak dua, yang nongki di teras, ngopi. Sambil liat-liat berita di pacebuk. Ellise udah nggak asing lagi sama manusia satu itu, yang kadang dulu sering Ellise sebut, cocoknya jadi bapaknya Haechan.

Jarak rumah Om Heechul dengan rumah Ellise itu nggak jauh. Cuman dibatesin pagar semen yang nggak nyampe kepala Ellise. Karenanya, Ellise nggak perlu mendekati Om Heechul kalo dipanggil, cuman modal mangap sedikit, udah tau topik apa yang mau dibicarakan.

Hi, Dos! || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang