40 Awal dan Akhir

6.5K 636 215
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari dimana keberangkatan Ellise dan Haechan ke Kalimantan, menghampiri keluarga besarnya Doyoung.

Selama di atas awan tidak ada yang istimewa selain perasaan menggebu-gebu dari Ellise, yang tampaknya ingin meledak oleh karena saking senangnya serta gugupnya. Kendati sudah menyiapkan diri akan berkunjung dan bertemu dengan calon mertua. Berbeda dengan Haechan yang menggebu-gebu oleh karena rasa senang liburan.

Pula, banyak detik demi detik yang Ellise habiskan untuk memikirkan lagi segalanya. Seperti bagaimana semua ini bermula. Bermula dengan ketidak sadaran akan perasaan, kemudian Ellise merasa bahwa pengakuannya adalah akhir dari hubungan yang tidak jelas ini. Hingga Ellise merasa bahwa saat ini, setelah ini akan menjadi awal yang baru lagi. Awal dimana Ellise dan Doyoung menjalin hubungan dengan tujuan yang lebih serius.

Ellise bahkan tidak ragu lagi, tidak berpikir akan menyesal. Dia bahkan lebih dari siap untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada di kemudian hari ketika bersama Doyoung.










"Mbak, abis ini makan yuk, Adek laper," keluh Haechan setelah mereka telah berhasil mendapatkan tas mereka atau barang bawaan mereka. Kini mereka berjalan menuju tempat dimana banyak orang menunggu, dimana Doyoung kemungkinan sudah menunggu di sana.

"Mau makan di sini? Itu ada Mekdi."

Haechan menggeleng. "Adek mau makan yang lokal. Kaya nasi padang gitu."

Ellise mendecak. Padahal tadi di pesawat Haechan sudah makan bekal. Sudah beli jajanan yang ditawarkan oleh pramugari juga. Tapi sekarang malah ngeluh mau makan lagi. Emang perut karet.

Namun Ellise malas mendebat atau mengomel. Dia pasrah aja. Karena dia masih mau menikmati euphoria yang penuh dengan kesenangan saat ini.

"Yaudah, kita nunggu Mas Doyoung aja."

Haechan mengangguk. Matanya kemudian meneliti ke setiap arah, baik itu tempat yang ramai maupun tempat yang sepi. Mencari-cari keberadaan Doyoung. Dia juga menggandeng Ellise yang berjalan sepangkah di depan.

"Mas Doy tadi bilang nggak sih pake baju apa? Biar enak dicari."

Namun, beberapa detik kemudian. Pandangan Haechan terkunci pada sosok laki-laki yang berdiri di antara kerumunan, memandang sembari melambai kecil pada mereka.

"Lah? Itu Mas Doy?"

Ellise juga menoleh. Mendapati sosok Doyoung yang tersenyum lebar. Tidak hanya itu, ternyata Doyoung tidak sendiri. Ada seorang perempuan di sana. Di dalam dekapannya Doyoung.

Haechan yang benar-benar memastikan itu adalah Doyoung terlebih saat Doyoung memanggil, lantas melepaskan tautan tangan dan berjalan cepat menghampiri Doyoung.

"Halo."

Sapa sosok perempuan itu, yakni sesosok anak perempuan yang kisaran enam tahunan di dalam gendongannya Doyoung.

"Mas kok nggak bilang kalo Mas duda!?" sembur Haechan, yang lantas mendapatkan tatapan datar dari Doyoung.

"Mirip bangettt pula!" seru Haechan riang setelah melihat wajah imut nan polos dari gadis kecil di gendongan Doyoung.

Doyoung mendengus kecil. "Dia keponakan saya, anak kakak saya. Namanya Vanya," kata Doyoung, dia kemudian menurunkan Vanya. Dengan tak acuh, dia membuka kedua tangannya lebar kepada Ellise, seakan benar-benar lebih mengharapkan pelukan hangat Ellise dari pada eksistensi Haechan. Hingga kemudian Ellise menghamburkan diri di dalam dekapannya Doyoung.

Haechan mendelik kecil. Daripada melihat kemesraan kakaknya, lebih baik dia melihat anak kecil yang imut ini.

"Hai, Vanya," sapa Haechan ramah seraya berjongkok, memposisikan diri sejajar dengan Vanya.

Hi, Dos! || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang