29 Kucing

4.4K 1K 94
                                    

= = =

Setelah membantu Prita di dapur. Ellise berjalan menuju kamarnya. Berniat untuk membenahi diri. Namun kala ia membuka kamarnya, dan menekan saklar di samping pintu kamar, dia menghela napas. Pasalnya berapa kalupun Ellise menekannya. Kamarnya tetap gelap. Sepertinya, ada masalah dengan bohlam lampunya. Kemungkinan memang sudah masanya mati. Lantas, dia kembali lagi menutup pintu.

Sesaat keluar lagi, Ellise mendengar suara heboh Haaechan dari samping kamarnya. Sepertinya Haechan sudah stand by di kamar, entah sedang apa. Dia lantas menghampiri, membuka pintu kamar Haechan yang kemudian mendapatkan seruan dari Haechan.

"ASTAGA MBAK! KETUK DULU NAPA, JANGAN ASAL BUKA!"

Ellise mengabaikan teriakan heboh Haechan, yang sedang rebahan santai sambil main hape. Sepertinya tadi heboh teriak karena lagi main game.

"Mas Doyoung mana?"

Haechan mendecak kesal, kemudian kembali menatap hape. "Ke mobil, ambil charger."

Ellise mengangguk. "Oh. By the way, beli bohlam dong. Bohlam kamar Mbak mati."

"Dih, malas! Baru juga rebahan, udah disuruh. Suruh Mas aja!"

"Heh, yakalik! Mas 'kan tamu, masa iya disuruh-suruh!"

"Ya tapi 'kan Mas pacar Mbak! Patut dimanfaatin dong!"

"Heh! Adek udah dijajanin banyak sama Mas Doyoung!"

"Ya terus???"

"Ya terus apalagi?! Pakek nanya! Sana buru, keburu senja!"

"Entar aja abis makan!"

"Keburu gelap! Sana ih, Mbak aduin Bunda nih."

"Aduin aja sana! Kamar-kamar siapa."

"Yaudah, jangan minta oleh-oleh nanti ya!"

Haechan mendecak, dia dengan rusuh bangkit dan melempar ponselnya. Kemudian berjalan mengambil jaket serta celana training pendek. Pasalnya dia kembali lagi seperti biasa pakai kaos kutang dan kolor.

"Mana uangnya!"

"Pake uang Adek aja."

"DIHHH!?"

Ellise terkekeh. "Adek 'kan baru aja dikasih uang sama Ayah, terus udah dijajanin banyak sama pacar Mbak."

"Ah tauah! Kesel Adek!" ujar Haechan, tetapi dia kembali lagi mengambil dompet dan kunci yang berada di atas meja belajar. Kemudian berjalan cepat dengan kaki yang dihentak-hentakan melewati Ellise.

Melihat itu Ellise tersenyum puas. Kapan lagi menjahili Haechan, apalagi cuman tinggal pakai nama Doyoung aja, Haechan udah nurut.

Emang, si Doyoung berdampak banget bagi kehidupan di sekitarnya. Ellise jadi semakin yakin, kalau sama Doyoung, Ellise akan beribu kali bahagia.

Kemudian, Ellise berjalan mengikuti Haechan. Saat memasuki ruang tamu, Ellise bertemu dengan Doyoung yang tampak baru saja dari luar. Bahkan di tangannya ada charger.

"Haechan kenapa? Mukanya kesel."

Ellise mendecak kecil. "Giliran Haechan aja, kamu peka. Coba aku???"

Doyoung mengerjap sesaat. Dia kemudian terkekeh, lantas mendekati dan membungkuk sejenak seraya mengusap kecil surai Ellise.

"Iya sayang, maaf ya, saya kurang peka."

Ellise masih merengut dan diam menatap Doyoung. Membuat Doyoung semakin melebarkan senyumnya.

"Kayaknya mental saya belum benar-benar kuat."

Hi, Dos! || DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang