"Jodoh ditangan tuhan? tapi kalau tuhan kita beda, apa mungkin tuhan masih bisa mempersatukan kita?"
-Caramel Elfarie & Alexi Ishikawa."Kak? besok kan weekend, temenin aku joging mau enggak?" tanya Caramel, Ale terdiam tak menjawab satu katapun pertanyaan gadis itu. "Kak?" ulang Caramel.
"Gue enggak bisa Mel." Jawab Ale, Caramel menunduk lesu.
"Kenapa?"
"Kalau pagi enggak bisa, gue kan harus ibadah." Seperti dilempari batu besar, Caramel melupakan satu kenyataan itu.
"O-oh i-iya, maaf kak, aku lupa."
"Enggak papa, tapi kalau siang gue bisa, pulang gue dari gereja." Kata Ale menenangkan.
"Aku ada pengajian kak kalau siang, setiap minggu ada acara pengajian di masjid dan aku yang bawain acaranya."
Caramel maupun Ale sama sama terdiam, keduanya bingung harus bagaimana, iman yang berbeda, apa mungkin akan berjalan sesuai rencana? bagaimana bisa mereka bilang semua diatur oleh tuhan padahal sudah jelas tuhan keduanya berbeda.
"Iya, enggak papa. Next time aja ya?" Caramel mengangguk pasrah.
Bagaiman pun ia tetap harus menghargai Ale. Tidak mungkin Caramel memaksa Ale untuk menemaninya dan meninggalkan ibadah.
Mau tidak mau Caramel harus menerima satu kenyataan itu meskipun benar benar sakit dan sesak saat teringat kalau tuhan mereka beda.
****
Hari Senin, hari dimana seluruh siswa-siswi wajib mengikuti upacara bendera. Caramel bangun pukul 04.30 segera mandi lalu wudhu dan sholat subuh.
Setelah itu ia mengganti pakaiannya dengan seragam putih putih—tidak lupa memakai dasi. Setelah dasi terpasang sempurna, ia mengikat rambutnya lalu memakai topi abu-abunya.
"Amel, makan dulu kak." Ujar Mirna—Ibu Caramel saat melihat anak gadisnya baru saja keluar dari kamar.
"Iya bu." Jawab Caramel, lalu duduk di sebelah Darren.
"Bagaimana sekolahmu?" tanya ayah Caramel. Caramel menghentikan makannya lalu menjawab, "Alhamdulillah lancar dan baik yah." Jawabnya sembari tersenyum.
"Bagus deh, Alhamdulillah. Enggak ada yang bully kamu kan?" tanya nya lagi.
"Enggak ada."
"Lalu hubungan kamu dengan temanmu itu? enggak lebih dari teman kan?"
uhuk uhuk..
Pertanyaan sang ayah membuat Caramel tersedak, kaget? jelas. Bagaimana kalau ayah sampai tau? bisa habis Caramel dipindahkan sekolah.
Caramel berusaha tenang, "Iya enggak." Jawabnya.
"Kalau gitu Amel berangkat ya? takut telat, hari ini upacara. Dar bareng enggak?" Lanjut Caramel lalu berdiri menyalami kedua orang tuanya.
"Enggak, lo duluan aja gue sendiri nanti." Jawab Darren. Caramel mengangguk.
"Assalamu'alaikum" katanya yang dibalas 'Waalaikumsallam' oleh ketiganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA [REVISI]
De Todo"Terhalang restu orang tua memang sulit, tapi terhalang restu Tuhan jauh lebih sakit." -arra "Katanya jodoh ditangan Tuhan? eum.. Tuhan-mu, atau Tuhan-ku?" Cinta beda agama? hal yang sangat sulit untuk dijalani bukan? begitu juga dengan Caramel dan...