"Kisah abadi itu, apakah berhak untuk kita yang jelas-jelas BERBEDA?"
-Alexi Ishikawa.****
Tiga tahun lamanya Ale bersekolah di SMA Taruna Jaya. Tidak terasa waktu begitu cepat berjalan hingga saat ini ia beserta seluruh teman-teman seangkatannya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk memasuki tahap ujian sekolah.
Jika sudah memasuki tahap ujian, berarti semakin dekat juga untuk sampai ke titik perpisahan. Perpisahan yang selalu Ale semogakan untuk tidak berakhir menjadi duka. Duka dalam artian, bukan hanya berpisah dengan sekolah, tapi juga berpisah dengan gadis kesayangannya. Semoga tidak.
"Kamu bentar lagi ujian, mau lanjut kuliah dimana Le?" tanya Caramel.
Ale dan Caramel malam ini sedang berada disebuah taman. Taman yang sering mereka kunjungi untuk sekedar berpacaran seperti pasangan remaja pada umumnya.
"Belum tau Mel," jawab Ale berbohong. Ia seharusnya menjawab jujur pertanyaan Caramel, namun mulutnya seakan terkunci untuk melontarkan jawaban sebenarnya.
Apakah ini bukan waktu yang tepat? maaf mel. Aku masih mau disini sama kamu, menghabiskan waktu di Indonesia ku bersama denganmu.
"Aku kayanya kalau enggak dapat beasiswa lagi mau kerja di Bandung lagi deh." Jelas Caramel membuat Ale langsung menatapnya dalam.
"Aku enggak mau nyusahin Ayah sama Ibu terus. Masih ada Darren yang harus mereka biayai untuk dia kuliah nanti."
"Tapi kan kamu juga masih bisa kuliah Mel,"
"Aku enggak mau egois. Darren lebih butuh pendidikan kuliah dibandingkan aku. Aku tau hidup aku enggak seharusnya bergantung sama suamiku nanti, tapi aku enggak mau Darren susah dapat kerja. Posisinya aku cewek, banyak lowongan pekerjaan meskipun cuma lulusan SMA, beda sama Darren yang cowok."
Ale kembali tertegun mendengar pernyataan gadis disampingnya ini. Entah sudah berapa kali ia merasa kagum. Sangat kagum terhadap gadisnya ini. Pemikiran dewasa yang selalu membuat Ale tersadar kalau Caramel adalah sosok wanita yang ia cari selama ini.
"Mel, kenapa kamu baik banget?" Caramel terkekeh mendengarnya. Ia menyenderkan kepalanya di bahu tegap Ale yang langsung dengan sigap Ale mengangkat tangannya mengelus kepala gadis itu.
"Aku bukan orang baik, tapi aku enggak jahat."
"Maksud kamu?" beo Ale lagi lagi Caramel terkekeh.
"Maksudnya, aku bukan orang baik tapi aku juga bukan orang jahat,"
"Aku masih punya banyak salah, aku juga masih suka egois." Ale mengangguk-anggukan kepalanya paham.
"Kalau kita pisah jarak, gimana Mel?" tanya Ale dengan sangat ragu. Jujur ia masih belum siap membicarakan hal ini, namun cepat atau lambat Caramel harus mengetahui semuanya.
"Maksudnya kalau kamu kuliah diluar negri?" Ale mengangguk sebagai jawaban.
"Ya enggak apa sih. Bagian terpenting dalam Long Distance Relationship itu komunikasi. Selama komunikasi lancar, aku yakin bakalan baik-baik aja."
Ale tidak menjawab lagi, ia ikut menyenderkan kepalanya diatas kepala Caramel. Perlahan ia memejamkan matanya menikmati angin malam yang berhembus menusuk permukaan kulitnya yang membuat lelaki itu merasa sedikit dingin.

KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA [REVISI]
Nezařaditelné"Terhalang restu orang tua memang sulit, tapi terhalang restu Tuhan jauh lebih sakit." -arra "Katanya jodoh ditangan Tuhan? eum.. Tuhan-mu, atau Tuhan-ku?" Cinta beda agama? hal yang sangat sulit untuk dijalani bukan? begitu juga dengan Caramel dan...