H A P P Y R E A D I N G-!!
****
Kembali kepada Ale dan Tristan. Anak dan Papa itu kini berada disalah satu tempat. Tempat yang amat sangat Ale benci, tempat yang membuat tangan lelaki itu kini mengepal kuat. Berbeda dengan Tristan yang kini tenang-tenang saja.
"Setelah ini, jangan pernah mengancam soal beasiswa gadis saya." Tegas Ale membuat Tristan menoleh kemudian mengangguk santai.
Ale merogoh saku celananya saat merasakan deringan ponselnya. Ia mengambil benda pipih tersebut kemudian membaca satu notifikasi yang masuk di layar ponselnya. Sudut bibirnya terangkat mengukir sebuah senyuman.
Caramel Elfarie: Kamu dimana?
Caramel Elfarie: Kak Ferdi udah sadar.
Alexi Blaze Ishikawa: Gue ada urusan Mel.
Alexi Blaze Ishikawa: Tolong sampaikan salam gue buat Ferdi sama yang lain.
Caramel Elfarie: Kamu enggak pergi jauh kan?
Ale menghela nafas panjang. Pertanyaan dari pesan terakhir Caramel membuatnya semakin sesak. Pergi jauh meninggalkan gadis itu sendirian? apakah ia akan sanggup? bukan. Bukan perihal bagaimana hidup gadis itu tanpa kehadirannya. Tapi bagaimana hidupnya tanpa kehadiran gadis itu.
Ale mematikan ponselnya. Ia menoleh menatap Tristan yang masih sibuk berbicara dengan seorang lelaki yang diketahui adalah kerabatnya. Ale berdoa pada Tuhan semoga ada keajaiban untuk takdirnya. Ia berdoa semoga Papanya berubah pikiran untuk masalah ini.
"Ayo pulang," ajak Tristan. Ale mengerjapkan matanya berkali-kali. Pulang?
"Ke rumah kan?" tanya Ale memastikan. Tristan mengerutkan keningnya lalu menggeleng.
"Pulang ke hotel. Kita belum bisa pulang kerumah sebelum urusan perpindahan kamu beberapa bulan lagi selesai."
Ale membuang nafasnya kasar. Lagi dan lagi ia harus pasrah. Dengan berat hati dan dengan tekanan batin, Ale berusaha untuk mengikuti semua kemauan Tristan. Demi beasiswa gadis kesayangannya dan demi hubungannya.
****
"Murung banget nih si cantik." Caramel mendongak kemudian tertawa kecil.
Harris duduk disebelah Caramel. Ia memperhatikan wajah cantik Caramel yang kini tertekuk seakan ada yang gadis itu pikiran.
"Lo kenapa Mel?" tanya Harris. Caramel menggeleng pelan, "Gapapa Kak."
"Ale? dia lagi ngurusin urusan kuliahnya, jadi agak sibuk. Tenang aja Mel, sahabat gue enggak mungkin lupa sama lo." Caramel tersenyum tipis seraya mengangguk.
Meskipun didalam hatinya tersirat rasa takut tapi Caramel harus sadar diri. Dunia Ale bukan hanya dirinya. Lelaki itu punya masa depan yang harus ditata dari sekarang. Dengan berat hati Caramel berusaha percaya kepada Ale meskipun perasaannya saat ini sangat tidak enak.
"Oh iya Kak. Tadi katanya Kak Ale nitip pesan buat kalian sama buat Kak Ferdi juga."
"Nanti gue sampein, lo masuk gih temenin Alvina sekalian lo jenguk Ferdi. Belum masuk kan?"
"Belum,"
"Kalau gitu aku masuk duluan ya Kak?" setelah mendapat anggukan dari Harris, Caramel bangkit dari duduknya. Kakinya ia langkahkan masuk kedalam ruangan rawat Ferdi.
![](https://img.wattpad.com/cover/275170795-288-k872862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA [REVISI]
Rastgele"Terhalang restu orang tua memang sulit, tapi terhalang restu Tuhan jauh lebih sakit." -arra "Katanya jodoh ditangan Tuhan? eum.. Tuhan-mu, atau Tuhan-ku?" Cinta beda agama? hal yang sangat sulit untuk dijalani bukan? begitu juga dengan Caramel dan...