Mohon koreksi jika ada kesalahan penulisan
Tiga hari sudah Zhivanna di rawat di rumah sakit. Dan siang ini, dokter memberitahu bahwa dia sudah diperbolehkan kembali ke rumahnya. Riana tengah sibuk mengemasi barang-barang mereka karena sebentar lagi Lucas dan Kevin akan tiba untuk menjemput mereka pulang.
Zhivanna tengah duduk sambil memperhatikan Bundanya berkemas. Sebenarnya dia ingin membantu, tapi Riana tentu saja tidak mengizinkan putrinya banyak bergerak dalam keadaan seperti ini. Riana memang sangat-sangat protektif terhadap putri bungsunya itu.
Bahkan dulu saat masih berusia tujuh tahun, Zhivanna pernah jatuh dari sepedanya, dan dirinya tidak di izinkan pergi ke sekolah selama sepekan oleh Riana hanya karena luka di lututnya. Sedikit berlebihan memang, tapi itu cara Riana menjaga putrinya.
Berbeda dengan Kevin, Riana tidak seprotektif itu karena Kevin adalah seorang anak laki-laki. Riana membiarkan putranya melakukan apapun yang dia mau, selagi tidak membahayakan. Luka kecil pun selalu di dapatkan oleh Kevin dan Riana tidak terlalu khawatir akan itu. Karena menurutnya, anak laki-laki harus tangguh karena suatu saat harus menjadi kepala keluarga.
"Bunda, Abang masih lama?" Tanya Zhivanna yang sudah sangat bosan.
"Sebentar lagi sampai Sayang, sabar." Sahut Riana sambil melipat beberapa pakaian ganti miliknya juga beberapa handuk lalu memasukkannya kedalam sebuah tas.
"Lama banget, Zhiva udah kangen sama kamar sendiri. Zhiva nggak suka disini, bau obat." Keluh Zhivanna sambil cemberut.
Riana terkekeh, "iya Bunda ngerti, pasti sebentar lagi Abang sampai."
Dan benar saja, beberapa saat setelahnya Lucas dan Kevin datang menjemput mereka pulang.
Sesampainya di rumah, seperti apa yang sudah di bicarakan, Zhivanna akan menempati kamar Kevin untuk sementara. Dan Kevin akan menempati kamar tamu, jangan tanya kenapa.
"Buka mulutnya." Perintah Lucas sambil menyodorkan sesendok nasi pada Zhivanna. Kini keduanya tengah berada di kamar Kevin yang kini di tempati oleh Zhivanna untuk sementara.
Berduaan di kamar seperti ini, sebenarnya Lucas sedikit terkejut akan sikap Kevin yang biasa-biasa saja, bahkan laki-laki itu tidak memprotes atau melarangnya berduaan di kamar bersama Zhivanna. Aneh memang, tapi bukannya bagus? Mungkin saja Kevin sudah tidak kesal padanya.
"Ck, tangan aku masih berfungsi Kak, nggak perlu di suapin segala." Protes Zhivanna pada Lucas yang sedari tadi kekeh ingin menyuapinya. Dari awal Zhivanna sudah menolak berkata bisa makan sendiri, tapi Lucas mendapat dukungan dari Riana tentu saja.
"Tangan lo luka Anna, jangan banyak protes. Buka mulutnya." Suruh Lucas lagi masih dengan sendok berada tepat di hadapan mulut Zhivanna.
Zhivanna mendengus kesal, tapi akhirnya dirinya menyerah dan membuka mulutnya menerima suapan dari Lucas, hingga nasi di piring sudah habis, Lucas menyimpannya di atas nakas kemudian mengulurkan segelas air putih yang di terima oleh Zhivanna.
"Gue mau ngomong serius Anna, dengerin gue." Ujar Lucas sambil menyimpan gelas ke atas nakas.
Zhivanna membetulkan posisi duduknya, menyandar pada kepala ranjang sambil menatap Lucas, bersiap mendengarkan apa yang ingin laki-laki itu katakan.
"Lain kali, kalau lo dapat teror atau gangguan sekecil apapun, kasih tau gue Anna. Gue nggak mau hal kayak gini terjadi lagi." Jelas Lucas serius dengan mata tajam mengunci pandangan Zhivanna.
"Iya iya, udah sekarang Kakak keluar aku mau tidur." Jawab Zhivanna ogah-ogahan lalu bersiap berbaring menarik selimut, yang kemudian di tahan oleh Lucas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Mantan
Teen Fiction"Kalau gue nyakitin lo, kita putus! Lo otomatis lepas dari hubungan ini." Janjinya dulu Tapi setelah Lucas menyakitinya kala itu, semua tak banyak berubah! "Gue emang bilang kita putus, gue juga bilang lo lepas dari hubungan ini," Lucas menjeda apa...