Hai, masih ada yang nungguin cerita ini?
“Anna…!” Teriak Lucas sembari berlari mengejar Zhivanna yang terlihat tengah memasuki sebuah taksi. Namun ia kalah cepat, taksi yang Zhivanna tumpangi telah melesat meninggalkan area mall.
Lucas megumpat, kemudian memutar tubuhnya menghampiri tempat dimana motor sportnya terparkir lalu bergegas melaju mengikuti taksi yang Zhivanna tumpangi. Sepanjang perjalanan Lucas tak henti-hentinya mengumpat menyesali sikap tempramennya. Lucas selalu hilang kendali mengenai semua hal yang menyangkut dengan Zhivanna.
Dulu saat hubungannya dengan Zhivanna baru berjalan satu pekan, Lucas hampir melenyapkan nyawa teman satu angkatannya karena berani mengajak Zhiavanna kencan. Lalu sepekan setelahnya, Lucas hampir saja beradu jotos dengan seorang penjual permen kapas yang berani menggoda Zhivanna. Dan jangan lupakan kejadian beberapa waktu lalu. Kejadian dimana Lucas melenyapkan nyawa Mita karena melukai Zhivanna. Apapun itu jika menyangkut Zhivanna, Lucas tak dapat mengontrol dirinya.
Taksi yang di tumpangi Zhivanna berhenti di depan rumah Zhivanna, lalu terlihat Zhivanna keluar dari dalam taksi kemudian berlari ke dalam rumah. Lucas segera melajukan motornya memasuki halaman rumah Zhivanna. Lucas memarkirkan motornya lalu segera berlari memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Dia tidak peduli, yang terpenting sekarang adalah maaf dari Zhivanna.
“Woy!” Sebuah suara menghentikan Lucas saat hendak menuju anak tangga. Lucas menoleh ke arah sofa dan mendapati Kevin tengah duduk dengan laptop di pangkuannya serta tumpukan berkas di sekitar Kevin yang Lucas yakini adalah berkas-berkas dari kantor.
“Lo apain Zhiva?” Tanya Kevin dengan sebelah alis terangkat.
“Biasa, ribut. Jomblo mana paham. Udah gue mau susul Anna.” Jawab Lucas tak tahu dirinya meledek Kevin lalu menaiki anak tangga.
Sementara Kevin menanggapi ledekan Lucas dengan umpatan.Lucas segera menaiki anak tangga menuju kamar Zhivanna. Sampai di depan pintu berwarna putih, Lucas menarik napasnya sejenak, kemudian lengan kanannya terangkat menngetuk pintu.
“Anna…” Panggil Lucas.
“Pergi, aku mual liat muka Kakak.” Sahut Zhivanna dari dalam, masih terdengar sesegukan.
Lucas mendengus namun dia tak berhenti, dia kembali mengetuk pintu di depannya. “Anna, buka pintunya gue mau ngomong.”
“PERGI..!!” Teriak Zhivanna sambil menangis keras.
Lucas akhirnya memutuskan untuk pergi dari sana sementara Zhivanna melanjutkan tangisnya di dalam. Zhivanna menangis sambil memeluk lututnya di depan pintu. Banyak hal melintas di otaknya, tentang hubungan yang di jalaninya Bersama Lucas. Hubungan mereka bisa dibilang merupakan Toxic Relationship, hubungan yang tidak sehat. Dia sendiri bingung, apa yang membuatnya terjebak dengan hubungan seperti ini dengan Lucas, apa karena cinta? Atau karena rasa takut? Zhivanna sendiri belum tahu jawabannya. Yang jelas mungkin dia tidak terbiasa tanpa kehadiran Lucas di sisinya.
Tapi jika terus begini, sampai kapan? Bagaimana mungkin dia terbiasa tanpa Lucas jika ia belum mencoba? Haruskah dia pergi? Menjauh? Apa bisa? Tanya demi tanya bermunculan di kepalanya.
BUK!!
Zhivanna mendongakkan kepalanya mendengar suara dari arah balkonnya. Dia menatap waspada, siapa yang ada di balkonnya? Apakah Lucas?
Berdiri dari duduknya, Zhivanna menghapus sisa air matanya kasar lalu berjalan perlahan menuju arah balkonnya. “Siapa?” Tanya Zhivanna.
“Gue, buka pintunya Anna.” Sahut seseorang yang berada di balkon kamarnya yang tak lain adalah Lucas. Hal itu membuat Zhivanna semakin emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessive Mantan
Teen Fiction"Kalau gue nyakitin lo, kita putus! Lo otomatis lepas dari hubungan ini." Janjinya dulu Tapi setelah Lucas menyakitinya kala itu, semua tak banyak berubah! "Gue emang bilang kita putus, gue juga bilang lo lepas dari hubungan ini," Lucas menjeda apa...