Happy reading guys, maaf baru update :v
"ARGHHH..."
Bastian yang mendengar jeritan langsung bangun dari tidurnya, menatap Iyan yang tengah menahan sakit, keringat bercucuran dikeningnya.
"Yaaan bangun, Iyaan," panggil Bastian seraya menepuk pelan pipi Iyan.
Napas yang memburu, tangannya meremas seprai dengan kuat.
"Ahhh..."
"Eummm, hen.. ahhh hentikan..."
"Janganhh... Ahhh.. ahh.. tolong.. ahh.. sakitt.. hentikaaann!!"
"Yann.. bangun.. Iyaan," Bastian berusaha untuk menyadarkan Iyan dari mimpinya.
"HENTIKAAANN..." teriakan panjang mengakhiri mimpinya, Iyan tersadar lalu mengusap wajahnya pelan. Napasnya masih memburu, degup jantungnya masih berpacu, bahkan kini keringat dikeningnya mengucur deras, menoleh dan menatap Bastian dengan tatapan benci, Iyan mengabaikan Bastian yang tengah khawatir disampingnya, lalu berlari kerumah Rasya.
"IYAANNN, MAU KEMANA?" teriak Bastian ketika melihat Iyan berlari keluar rumah.
Buru-buru mengetuk pintu rumah Rasya, ruang tamunya terlihat gelap, mungkin penghuni rumah itu sudah terlelap.
Tok tok tok
Dengan perasaan cemas Iyan mengetuk pintu rumah Rasya berkali-kali
"Ka Rasyaaa, hikss..." Iyan meneriaki Rasya dari luar.
"Bundaaa, buka pintunya, ka Rasya tolong Iyan," teriak Iyan dari luar, tubuhnya masih gemetar, keringat didahinya masih bercucuran.
"Iyan," panggil Bastian. Seketika tubuh Iyan menegang, dengan sigap menoleh ke arah sumber suara.
"Ja-jangan mendekat, jangaaannnn!" Teriak Iyan.
"Ka Rasya tolong Iyaann, Bundaaa.." Iyan menggedor pintu rumah Iyan dengan kuat.
Bastian menghampiri Iyan, namun Iyan terus menghindar. Kini dirinya tengah terduduk disudut tembok dekat pintu.
"Jangan hiks, Iyan mohon jangan.. jangan sentuh Iyaaan," rengek Iyan dengan tubuh yang gemetar, menangis disudut tembok sembari memeluk kedua lututnya, membenamkan wajahnya disela lutut Sampai akhirnya pintu rumah Rasya terbuka dari dalam.
Rasya keluar dengan wajah yang kusut sangat kentara kalau dia baru bangun tidur.
Melihat Bastian didepan rumahnya membuat emosinya sedikit naik.
"Ngapain lu gedor-gedor pintu rumah gua?" Tanya Rasya sewot. Iyan yang mendengar suara Rasya mengangkat kepalanya, memanggil Rasya lirih.
"Ka Rasya," panggil Iyan dengan suara yang sangat menyayat hati. Seketika Rasya menoleh kebelakang, melihat makhluk yang begitu indah tengah terpuruk, air mata bercucuran, hidung yang memerah, rambut yang acak-acakan, terlihat sangat berantakan dan begitu menyedihkan.
"Bangsaat!"
Bughh
Rasya dengan tidak sabaran memukul rahang Bastian, Bastian terjatuh.
"Lu apain Iyan? Hah?!" Tanya Rasya penuh emosi.
Bastian tak menjawab, karena dirinya bingung dia tak melakukan apapun padanya, Bastian lebih memilih diam dan pelan-pelan berdiri.
Rasya dengan penuh emosi menghampiri Bastian dan mencengkeram kerah bajunya.
"Jawab gua, lu apain dia? Hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Line (RASYA & IYAN)
RomansIyan ga nyangka bakal berurusan sama ketua OSIS nya, dan dia ga nyangka klo ketua OSIS nya ga sebaik yg dia kira, hidup Iyan mulai di ganggu sama ketua OSIS nya. Dan yg labuh parah lagi, katua OSIS nya ngejadiin Iyan pacar.