Happy reading guys
Rasya mengelus kepala Iyan, menatapnya penuh kekhawatiran.
"Ummhh," lenguh Iyan, perlahan matanya terbuka membiaskan dengan cahaya lampu.
Menatap ke sekeliling ruangan menyadari kini dirinya tengah berada di kamar Rasya, kini beralih menatap Rasya. Matanya kini berkaca-kaca.
"Hikss.."
"Iyan minta maaf, Iyan minta maaf," kata Iyan disela tangisannya.
"Suuuttt, jangan minta maaf, kamu ga salah yang salah itu Kaka, jangan nangis yaaa," Rasya berusaha menenangkan Iyan.
Membawanya kedalam pelukan, memeluknya dengan erat seolah Iyan akan diambil darinya.
"Kaka ga akan biarin orang lain nyentuh Iyan mulai sekarang, Iyan punya Kaka," tegas Rasya.
Iyan mengangguk mengerti maksud Rasya.
"Mandi yah, abis itu Iyan makan," titah Rasya.
"Um," jawab Iyan. Rasya melepas pelukannya dan memberikan Iyan untuk mandi.
"Kaka tunggu di ruang tamu ya, kamu mandi nanti bajunya Kaka siapin,"
Cup
Seketika wajah Iyan memerah, Rasya mengecup kening Iyan, lalu tersenyum.
Iyan bergegas mandi, dan Rasya keluar kamar menghampiri bunda yang sedang memasak.
"Iyannya mana, Sya?" Tanya bunda.
"Lagi mandi bund," ucap Rasya.
Bunda menepuk pundak Rasya, menatapnya dengan tatapan terharu.
"Bunda bangga sama kamu, tetap jadi laki-laki yang bertanggung jawab ya Sya, bunda percaya sama kamu, jaga Iyan jangan pernah sakitin dia dan jangan pernah biarkan orang menyakitinya," ucap bunda tegas.
"Iya bun, aku akan jaga Iyan, ga akan aku biarin orang lain nyakitin Iyan, aku pastiin itu ga akan terjadi," ucap Rasya sungguh-sungguh.
"Eemhem, ka Rasya," panggil Iyan dengan suara kecil.
Bunda dan Rasya menoleh seketika.
"Eehh sayang, sudah mandinya? ayo makan dulu, bunda udah masakin banyak makanan buat Iyan, sini sayang," ucap bunda sembari membereskan makanan dimeja makan untuk dimakan mereka bertiga, sedangkan Rasya menghampiri Iyan, Rasya mengajak Iyan untuk duduk.
"Makan yang banyak ya sayang," ucap bunda seraya menyodorkan makanan untuk Iyan.
"I-iya bunda," jawab Iyan.
"Oh iya Sya, kamu jadi mau liat universitas?" Tanya bunda memecah keheningan.
"Jadi bun, abis ini juga aku berangkat," jawab Rasya.
"I-iyan boleh ikut ga?" Tanya Iyan ragu-ragu.
"Kamu mau ikut?" Tanya bunda sedikit khawatir.
"B-boleh?" Iyan menatap Rasya seolah memohon untuk mengajak dirinya pergi.
Rasya tersenyum kecil, mengelus Surai halus Iyan. "Boleh kok,"
Iyan tersenyum sumringah.
"Ya udah kalau begitu, jaga Iyan ya Rasya," titah bunda.
"Siap 86," jawab Rasya sembari mengangkat tangannya dengan empat jari yang menempel diatas alis.
Bunda tersenyum bahagia, begitupun dengan Iyan.
Setelah selesai acara makan pagi, bunda membereskan piring-piring kotor, sedangkan Rasya dan Iyan sibuk untuk bergegas melihat universitas.
Setelah semuanya sudah siap, Rasya dan Iyan berpamitan kepada bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Line (RASYA & IYAN)
عاطفيةIyan ga nyangka bakal berurusan sama ketua OSIS nya, dan dia ga nyangka klo ketua OSIS nya ga sebaik yg dia kira, hidup Iyan mulai di ganggu sama ketua OSIS nya. Dan yg labuh parah lagi, katua OSIS nya ngejadiin Iyan pacar.