Iyan, maaf

3.4K 244 79
                                    

Happy reading all
.
.
.
.
.
.
Typo harap maklum

"Hoaaammm," gua bangun dan ngeregangin badan gua. Dan gua liat ka Rasya udah ga ada di kasurnya. Gua keluar dari kamar ka Rasya dan turun ke bawah. Gua liat jam dan ini udah jam 10 pagi. Ka Rasya lagi nonton tv sama Bunda. Gua nyamperin Bunda.

"Bunda, Iyan izin pulang yaa," kata gua ke Bunda. Ka Rasya natal gua ga suka. "Enak bgt ya lo, numpang tidur jam segini baru bangun," kata ka Rasya jutek.

"Hussshh, Sya ga boleh ngomong gitu," kata Bunda dan berdiri nyamperin gua. "Bentar sayang, bunda bungkusin makan dulu buat kamu," kata Bunda lembut.

"Ngapain sih Bunda, biarain aja nanti dia ngelunjak," kata ka Rasya.

"I-iya Bunda ga usah, Iyan beli di warteg aja nanti," jawab gua sedih, sedih bukan karena gua nolak tapi karena sikap ka Rasya, Bunda narik tangan gua ke dapur. "Jangan dengerin Rasya ya, jangan di masukin ke hati kata-katanya," kata Bunda ke gua.

"Hikss, ta-tapi sakit Bundaaa, Iyan ga kuat, apa boleh Iyan nyerah aja?" tanya gua ke Bunda, Bunda megang pundak gua kuat. "Sayanggg, denger Bunda, Bunda percaya sama Iyan, Bunda yakin Iyan bisa buat Rasya sadar dan inget segalanya, biar nanti Rasya bisa bantu Iyan buat inget segalanya, Iyah harus kuat, yang sabar ya sayangg," bunda ngelus kepala gua dan ngusap air mata gua.

"Nah Iyan duduk dulu, Bunda siapin makan, mau makan di sini atau di bawa pulang aja?" Tanya Bunda ke gua. "Iyan makan di rumah aja Bunda, klo makan di sini ga enak sama ka Rasya, hehe," kata gua dan berusaha buat ga nangis lagi.

"Ya udah kalau gitu, Bunda paham kok, Bunda minta maaf ya atas perlakuan Rasya ke Iyan," kata Bunda sembari nyiapin makan.

"Hmmm, iya Bunda ga apa-apa kok, Iyan bisa maklum, mungkin ini balasan buat Iyan, mungkin dulu awal Iyan lupa segalanya Iyan bersikap kaya gini ka Rasya, jdi ga apa-apa Bunda, hehe," kata gua memaklumi. Bunda selesai nyiapin makannya.

"Nihh Iyan habisin ya makanannya," Bunda nyerahin beberapa kotak makan ke gua, gua ambil dan bergegas berdiri.

"Makasih Bunda, nanti kalau sudah habis Iyan balikin tempat makannya," kata gua ke Bunda, Bunda senyum dan gua pamitan ke Bunda.

"Ya udah Bunda, Iyan pamit yaa, makasih udah ngebolehin Iyan nginep dan maaf klo Iyan ngerepotin," kata gua ke Bunda. Bunda ngelus kepala gua sayang.

"Iya sayang ga apa-apa, kamu jangan bosen-bosen main ke sini yaa, kan rumah kita deket," kata Bunda. "Ehe, iya Bunda," jawab gua, Bunda nganter gua sampe depan pintu.

"Iyan pamit ya Bunda," kata gua dan mencium tangan Bunda, gua ngelirik kedalem sekilas dan ka Rasya lagi ngeliatin gua, tapi pas sadar gua ngelirik dia, dia langsung buang muka.

Gua bergegas pulang dan ternyata pintu rumah ga di kunci, gua buru-buru masuk ke dalem dan gua tutup lagi pintunya. Jujur gua kaget pas tiba-tiba ada yang meluk gua dari belakang.

"Iyan, maaf. Gua minta maaf," itu suara Bastian, dia meluk gua erat bgt.

"Basss, lepas dong haaahhh g-gua ga bisa nafas," kata gua ke Bastian.

"Ma-maaf," Bastian ngelepas pelukannya dan ngebalik badan gua ngehadap dia.

"Lo kemana aja? Lo ga mikir kemaren gua nyariin Lo, jam 10 mlm gua balik ke RS kata suster Lo udh pulang, tapi gua cari di rumah Lo ga ada, pintu ga di kunci, lampu masih nyala, Lo ga tau gua khawatir?, Hah!" Bastian ngomel-ngomel ga jelas.

"YANG NINGGALIN GUA DI RS SENDIRIAN SIAPA HAH?, Lu ga tau kan dalam kondisi masih lemes gua pulang sendiri ke rumah, sampe gua ketiduran dalam ke adaan lapar, masih untung gua punya tetangga baik yang mau ngasih numpang gua buat nginep dan makan, huuufhh" gua berhenti sebentar buat ambil nafas, jujur gua pengen nangis rasanya.

Fate Line (RASYA & IYAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang