" Gue suka nonton tom and jerry tapi gue cape hidup seperti tom and jerry "
Gemma pulang dijemput supirnya, setelah ia tertidur hingga istirahat tiba Gemma lebih memilih untuk pulang karena rasanya tak kuat jika harus melanjutkan pembelajaran. Setelah dibantu Ica ia pulang dengan selamat Tanpa harus mengurusi surat izin pulang.
Setelah Gemma merebahkan dirinya di kamar kesayangannya. Ia hanya bisa menatap nanar langit langit kamar karena disaat ia sakit orang tuanya selalu tak ada di sampingnya. Alasannya karena mereka sibuk kerja. Katanya mereka kerja untuk Gemma, tepat sekali tapi Gemma bukan hanya membutuhkan materi tapi kehadiran merekalah penguat dirinya.
Abangnya belum pulang kuliah, ia kembali sendirian. Tak ada ART di rumahnya karena Gemma mengusulkan agar rumahnya dirawat oleh sendiri tanpa bantuan ART. Biar lebih mandiri katanya.
Seketika itu juga Gemma tersadar jika sedari di sekolah ia menggenggam sebuah jaket hitam. Entah milik siapa, Ica juga tidak mengetahui.
Ia harus segera mencari tahu kepemilikan jaket hitam ini, siapa saja pemilik jaket ini ia ingin berterimakasih banyak.
" Kenapa jaket ini harum sekali, sangat menenangkan " Gumamnya
Gemma melanjutkan tidurnya tanpa sadar ia tidur sambik menggenggam dan menghirup harum dari jaket hitam tersebut.
🐧🐧🐧
Senja kali ini terasa berbeda, karena Gemma merasa sudah fit. Ia berterimakasih pada jaket yang begitu harum menenangkan juga memabukkan.
Setelah mandi ia bergegas segera pergi ke supermarket, Bahan masakan sudah habis. Ia memilih bahan bahan yang sudah ada dalam daftar listnya. Salah satunya sayuran, daging dan telur. Sisanya bumbu masakan dan beberapa cemilan, susu dan buah.
Tiga kresek kini gengah Gemma jinjing. Ia merasa menyesal kali ini. Kenapa Tawaran kakaknya untuk ditemani malah ditolak, jadi susah sendiri kan.
Ia berjalan menunggu taksi, sebenarnya berjalan kakipun ia akan segera sampai di rumahnya karena jarak antara rumah dan supermarket lumayan dekat. Namun karena bawaan belanjaa yang banyak Gemma enggan untuk berjalan kaki.
" Nahkann.. Disaat dibutuhin nggak ada yang lewat. Sial..."
Gemma tetap menunggu dipinggir jalan, sore perlahan berubah menjadi maghrib. Begitupula semburat jingga perlahan berhanti menjadi malam.
Gemma masih tetap berdiri disana, setengah jam sudah ia menunggu namun tak ada taxi yang lewat. Seperti ujian menunggu saja. Saat fokus Gemma ke arah kendaraan yang hilir mudik berganti ia menoleh kesamping.
Deg....
Sosok yang dikenalnya berjalan dengan langkah songong. Gak di sekolah gak diluar gayanya tetap sama. Gaya yang selalu ngajak ribut. Pantes aja disebut pentolan sekolah.
Gemma lebih memilih seolah tak mengenalinya. Ia kembali fokus ke depan.
Hingga sosok itu perlahan mendekat, siapa lagi kalau bukan ARKASA." Anak Sakit nanti pemyakitnya kambuh "
APAAAAA ?
Anak sakit ? Gue nggak punya penyakit serius. Dasar Anjing, mancing ribut mulu kerjaannya. Gue perlu hanya diam dan fokus ke depan abaikan sosok setan disamping. Gumam Gemma dalam hati.Merasa dihiraukan oleh musuhnya, Arka sedikit memanas. Tumben nggak langsung ngegas.
" Bisu ya Lo ? Apa penyakitnya kambuh lagi ?"
Sabar Ge, lo bisa Sabar. Batin Gemma.
Gemma menelpon kakaknya agar minta dijemput. Dan tetap menghiraukan Arka yang masih menatapnya dengan intens.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Enemy, I Love You (END)
Teen Fictionjika mereka berdua bertemu, tidak ada kedamaian yang ada adu mulut serta pemikiran yang bertolak belakang. satu, sifat dingin serta ambisiusnya dan yang satunya lagi memiliki ego tinggi serta gengsi yang hinggap dalam tubuhnya. layaknya sebuah minya...