" Geee...Guee...maaf "
" Maaf ? Buat apa ?"
" Gue dapet beasiswa ge, "
" Yaa bagus dong ka, keren tau nggak. Kenapa minta maaf ?"
Arka menghela nafas, ini sangat berat untuk diucapkan. Rasanya Arka takkan pernah tega mengucap kata yang akan menyakiti Gemma. Tapi ia harus, atau tidak sama sekali.
" Iya memang bagus ge, tapi bukan itu masalahnya. "
" Gue nggak suka berbelit belit ka, otak gue lamban. To the point aja "
" Gue...Gue...dapet beasiswa di Jerman Ge. Gue akan kuliah disana. "
Apa Gemma tak salah dengar ? Bukannya Arka akan kuliah di Indonesia, kenapa ia harus pergi ke Jerman. Arka pasti sedang bercanda diakan jail.
" Haha...becanda lo nggak lucu Ka...haha "
" GUE serius. Gue terpaksa ge, dulu gue daftar beasiswa ke beberapa Negara. Gue pesimis karena gue yakin nggak akan lolos, tapi ternyata gue salah Ge, gue keterima di salah satu Universitas terbaik di Jerman "
" ke..kenapa baru sekarang ngomongnya "
" Gue bingung bilang ke elonya gimana Ge, lagian gue juga Kuliah Disana buat masa depan kita Ge "
" Maksudnya ?"
" Ingat apa yang bunda lo katakan ? Gue udah mikirin baik baik setiap kata yang bunda lo omongin. Ternyata, Bunda lo sayang sama kita berdua, bahkan Bunda lo sudah mikir jauh sebelum kita Ge. Gue jadi sadar Ge, hidup sama lo bukan hanya sekedar cinta dan kasih sayang tapi kita juga harus mikir secara realistis Ge. Gue gak mau nanti lo hidup sama gue tapai belangsak. Gue mau kita hidup mapan, sama seperti yang bunda lo ucapkan. Sampai sini faham ?"
" Kenapa harus Jerman Ka, kenapa nggak di Indonesia saja ?"
" Karena dari dulu itu cita cita Gue ge, dari kecil Gue pengen kuliah di Jerman. Ngambil jurusan kedokteran Ge. Dan gue juga disana kerja di rumah sakit temen bokap. Yaa meski hanya sebagai perawat sekalipun. Gue akan berusaha sampai menjadi dokter yang hebat Ge. Biar gue bisa nolongin mereka yang membutuhkan, Apa gue egois ge jika ingin menuruti mimpi Gue ?"
Gemma menghela nafas, ia bingung harus bagaimana. Jujur ini terlalu mendadak bagi Gemma, ia tidak pernah berfikir akan seperti ini. Tapi jika ia tak mengijinkan Arka berarti dia yang egois disini. Arka pergi untuk masa depannya juga.
" Be..berangkatnya kapan ?"
" Besok Pagi. "
" HAH, Be..besok? Jadi sejak tadi lo ngajak gue makan, muter muter nggak jelas karena lo msu pergi ? Bukan karena kangen ?"
" eumm bisa dibilang gitu Ge, tapi gue juga kangen. "
" Gue bingung. Gue..."
Gemma sudah tidak bisa menahan air matanya, Gemn rapuh jika soal beginian. Siapa yang nggak akan nangis jika pacarnya pergi jauh apalagi dadakan seperti ini.
" Maaf Ge, nyatanya sampai detik ini gue belum bisa bahagiain Lo. Jadi pacar yang baik aja nggak. Gue harap lo mau menunggu gue Ge. "
" Gue hiks...gue...ANJING KENAPA SAKIT..hikss...Gue nggak mau jauh dari Lo. Tapi gue juga nggak mau egois Ka, apapun yang menurut lo baik Maka lakukanlah"
" Jangan nangis Ge, gue nggak suka liat Lo nangis. "
Arka mengusap Pipi Gemma yang sudah basah dengan air mata. Pada akhirnya keputusan Yang Arka buat hanya akan membuat mereka terpisah jauh. Tapi ini harus dilakukan Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Enemy, I Love You (END)
Teen Fictionjika mereka berdua bertemu, tidak ada kedamaian yang ada adu mulut serta pemikiran yang bertolak belakang. satu, sifat dingin serta ambisiusnya dan yang satunya lagi memiliki ego tinggi serta gengsi yang hinggap dalam tubuhnya. layaknya sebuah minya...