"Mulai besok, saya dan Aletta Defiona akan pindah ke divisi periklanan."
Kalimat Pak Tono setelah selesai rapat kemarin masih berdengung di kepalaku. Sudah aku katakan bukan? Pasti aku akan dipindahkan. Dan, benar saja. Mulai hari ini, aku resmi menjadi bagian dari divisi periklanan.
Untung saja Pak Tono juga ikut dipindahkan, jadi aku tidak perlu merasa takut. Dan, asyiknya aku sudah mengenal semua anggota divisi periklanan. Ada Ajeng, Kamal dan Bhanu. Mereka semua sudah akrab denganku, karena kami masuk ke perusahaan ini secara bersamaan.
"Selamat datang di divisi periklanan, Mbak Letta." ucap Ajeng sambil membuka tangannya lebar-lebar.
"Semoga Mbak Letta betah ya."
Fyi, aku lebih tua tiga tahun dari Ajeng. Karena itu dia memanggilku dengan sebutan 'Mbak'.
"Lo kenapa sih? Kayak baru kenal gue aja." balasku, karena dia terlihat sangat aneh saat bertingkah seperti itu.
Ajeng merangkul bahuku dengan gemas. "Gue seneng tau, akhirnya bisa satu divisi sama lo."
"Ayo ke meja lo!"
Gadis itu menggiringku ke sebuah meja yang di atasnya terdapat komputer dan perlengkapan lain. Meja ini berada tepat di samping jendela gedung, jadi aku bisa melihat pemandangan dari lantai dua. Di samping mejaku terdapat meja Bhanu, meja kami dipisahkan oleh sekat kecil.
Saat masuk ke ruangan ini, aku belum melihat Kamal dan Bhanu. Mungkin mereka berdua sedang berada di kantin untuk mengetahui gosip terhangat. Sedangkan Pak Tono, beliau mendapat panggilan untuk menemui bos.
"Selamat bekerja, Mbak Letta." setelah mengatakan itu, Ajeng kembali ke mejanya.
Tarik napas dan menghembuskannya secara perlahan, aku mengulang kegiatan itu sebanyak tiga kali. Duduk di depan komputer seperti ini membuatku tegang, rasanya benar-benar tidak percaya.
"Semangat Letta! Lo pasti bisa!" aku menyemangati diriku sendiri. Semoga ini adalah awal yang baik.
***
Waktu istirahat adalah waktu yang sangat berharga dan tidak boleh disia-siakan, tetapi aku malah melewatkan waktu istirahat karena mendapat panggilan dari bos.
Pak Tono juga ikut dipanggil lagi, jadi kami berdua pergi bersama ke ruangan bos. Aku tidak tahu apa yang akan dibicarakan oleh bos, saat bertanya dengan Pak Tono tadi, aku malah mendapat sebuah tatapan datar.
Tok Tok Tok!
"Masuk."
Mendengar izin dari bos, aku dan Pak Tono segera masuk ke dalam. Di sana terdapat Bu Anjani--bosku--yang sedang duduk di kursinya dan fokus memeriksa berkas. Setelah menyadari kehadiranku dan Pak Tono, Bu Anjani menutup berkasnya lalu tersenyum ke arahku.
"Kamu yang namanya Letta?" tanyanya dengan senyum yang benar-benar cantik, walaupun Bu Anjani sudah tidak muda lagi.
"Iya Bu, saya Letta." balasku dengan sopan.
"Saya ingin berdiskusi dengan kamu dan Pak Tono, ini tentang peluncuran produk minuman baru kita."
Aku terkejut dan refleks menoleh ke Pak Tono. Apakah aku sedang bermimpi saat ini? Aku diajak berdiskusi dengan Bu Anjani untuk membahas produk terbaru! Aku mengulum bibirku ke dalam untuk menahan teriakan yang hampir saja keluar dari mulutku ini.
"Saya ingin meluncurkan produk minuman ini dalam waktu dekat. Mungkin dua minggu dari sekarang, tapi saya masih bingung dengan model yang akan kita pakai untuk menjadi 'wajah' produk baru kita. Menurut kamu gimana, Letta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Teen FictionTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.