chapter-32

1.8K 225 36
                                    

Aletta Defiona :
Ke ruang makan yuk?
Kumpul sama yang lain.

Kevin Sanjaya :
Gak dulu, mau istirahat.

Aletta Defiona :
Oke, selamat istirahat.

Aku mematikan ponsel setelah mengirim pesan itu kepada Kevin. Dia pasti merasa sangat lelah karena pertandingan round 16 tadi. Minions berhasil meloloskan diri untuk masuk ke quarterfinal.

"Kevin mau gak?"

Aku menengok ke arah seseorang yang bertanya, yang tidak lain adalah Fajar Alfian. Dia dan Jorji mengajakku untuk ikut makan malam bersama atlet lain, awalnya aku menolak, namun mereka berdua bersikeras kalau aku harus ikut.

"Dia mau istirahat." ucapku.

"Biarin aja, Koh Kevin pasti capek." sahut Jorji sambil mengibaskan tangannya.

"Ayo, berangkat sekarang!" Fajar berjalan lebih dulu, diikuti aku dan Jorji di belakangnya.

Mereka berdua menjemputku ke kamar dan melakukan pemaksaan agar aku mau ikut. Untung saja kamarku berada di lantai dua yang dekat dengan ruang makan, jadi tidak perlu bersusah payah untuk menaiki lift.

"Gimana hubungan lo sama Mikha?" aku bertanya ke arah Jorji untuk memulai obrolan.

"Baik kok, Kak. Gue sama dia punya rencana mau jalan-jalan ke Jogja, lo sama Koh Kevin mau ikut gak?"

"Kayaknya-"

"Mana bisa, Jor. Kevin 'kan orang sibuk, semua urusannya ada di Jakarta." belum sempat aku menjawab, Fajar sudah lebih dulu menyela.

Aku mendelik sinis ke arahnya. "Sok tau."

"Lah, emang gue tau." balas Fajar sambil memeletkan lidahnya untuk meledekku. Dasar menyebalkan.

"Tapi bener kata A' Fajar, Koh Kevin sibuk banget sekarang." ucap Jorji dengan anggukan kepalanya.

Memang benar, aku juga menyadari hal itu. Sejak pulang dari Denmark, Kevin sudah disibukkan dengan berbagai tawaran endorse dan iklan. Ditambah teman-temannya yang selalu mengajak bermain jetski.

Aku yang berstatus sebagai pacarnya harus rela tidak mendapat waktunya. Kevin jarang sekali bertemu denganku, kecuali pada hari-hari tertentu. Tapi aku tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting untukku adalah komunikasi kami. Kalau dia tidak memutus komunikasi, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Biasalah, world number one." jawabku.

"Iya deh, si paling sibuk." sahut Fajar.

Tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel, aku dan Jorji saling bertatapan karena merasa bukan ponsel kami yang berbunyi. Lalu kami berdua menatap Fajar, sang pemilik ponsel langsung mengangkat panggilan telpon itu.

"Halo?" Fajar berhenti berjalan, begitu juga aku dan Jorji yang menunggunya sambil melanjutkan percakapan kami.

Aku berbisik pelan ke arah Jorji. "Pasti gebetan baru."

Jorji menanggapi dengan kekehan kecil dan anggukan kepala. "Betul."

"Iya aku turun, kamu jangan kemana-mana, tunggu ya. Dadah." sepertinya sambungan sudah terputus karena Fajar buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam saku celana.

"Anterin gue ke loby." ucap Fajar sambil menatapku dan Jorji secara bergantian.

Karena aku dan Jorji adalah teman yang sangat baik, maka kami tidak keberatan untuk menemani Fajar ke loby. Coba saja jika laki-laki itu sedang bersama Ginting atau Kevin, sudah pasti dia akan ditinggal.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang