chapter-23

2.5K 221 21
                                    

Hari yang cerah, namun tidak secerah pekerjaanku. Mendapat libur selama 5 hari membuat pekerjaanku menumpuk, benar-benar menumpuk.

Aku kira setelah Sudirman Cup selesai, perusahaan tidak akan mencampurkan hal-hal yang menyangkut tentang bulutangkis lagi. Tapi ternyata perkiraanku salah.

Lagi dan lagi, aku dilibatkan dalam hal yang berbau bulutangkis. Dengan baik hatinya Pak Tono memberikan setumpuk berkas berisi berita-berita tentang Sudirman Cup yang akan dirilis oleh perusahaan. Tapi Bu Anjani melarang berita itu diliris sebelum mendapat izin dari pihak Pelatnas.

Bu Anjani tidak ingin merilis berita yang tidak sesuai dengan fakta, beliau ingin agar berita tersebut di konfirmasi oleh pihak Pelatnas. Sebenarnya Bu Anjani memilih Pak Tono untuk melakukan tugas ini, tapi Pak Tono malah menunjukku untuk menggantikannya.

Beliau mengatakan kalau aku lebih dekat dengan atlet bulutangkis, dan hal itu bisa mempermudah pekerjaanku.

Mau tidak mau aku menerimanya, dan Pak Tono langsung memberikan setumpuk berkas yang harus aku perlihatkan kepada staff Humas yang berada di Pelatnas.

"Ci, mau turun." rengekan itu membuatku menengok ke arah samping dan mendapati Jelly yang sedang duduk di kursi mobil dengan tatapan memohonnya.

Tadi pagi Tante Vita datang ke rumahku dan menitipkan Jelly karena beliau sedang repot mengurus Valle yang hamil. Iya benar, sepupuku itu positif hamil dan langsung mengalami berbagai penyakit ibu hamil.

Jadi siang hari ini, aku memilih untuk mengajak Jelly ke Pelatnas agar anak itu tidak merasa bosan di rumah. Walaupun aku takut kalau kehadiran Jelly di Pelatnas malah membuat gaduh.

"Iya ini turun, udah sampe kok." balasku setelah mobil sudah terparkir rapih di parkiran yang dekat dengan asrama putra.

Untuk pertama kalinya aku membawa mobil sendiri ke Pelatnas setelah sekian lama tidak mengendarai civic hitam kesayanganku ini.

Aku mengambil setumpuk berkas dan tas dari kursi belakang. Aku juga mengambil botol susu Jelly untuk berjaga-jaga kalau anak itu rewel. Tidak lupa dengan satu papperbag berisi kado untuk Meli yang hari ini berulang tahun.

Sambil memeluk berkas, aku membuka pintu mobil Jelly dan menyuruh anak itu untuk keluar lebih dulu. Setelahnya aku memasukkan botol susu ke dalam tas dan ikut keluar dari mobil.

"Sini, Jel." aku menggandeng tangan Jelly dan menariknya untuk ikut bersamaku.

"Hai, Letta."

Sapaan itu membuat langkahku berhenti, aku menengok ke belakang dan melihat Denira berdiri sambil melambaikan tangannya.

Ya Tuhan, kenapa aku harus bertemu dengan gadis itu?

Denira tersenyum manis ke arahku. "Dateng kesini juga ya?"

Aku tidak menjawab pertanyaannya, apakah dia buta? Dia bisa melihatku dengan jelas di sini, lalu untuk apa pertanyaan itu dilontarkan?

"Eh, ada Jelly juga. Halo, sayang!" Denira menengok ke arah Jelly dan melambaikan tangannya.

"Halo." Jelly membalas dengan takut-takut sambil berdiri di belakang tubuhku.

"Lo gak nanya gue mau ngapain kesini?" Denira kembali mengalihkan tatapannya ke arahku.

Aku membalas tatapannya dan tersenyum tipis. "Lo mau ngapain kesini?"

"Gue mau ketemu sama Kevin, mau kasih semangat buat dia." jawab Denira.

Tanganku reflek terkepal erat.

"Kalau lo ngapain kesini? Mau ketemu Kevin juga?" tanya Denira dengan tatapan mengejeknya.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang