Turnamen Sudirman Cup sudah resmi selesai dengan China sebagai pemenang. Setelah melakukan beberapa evaluasi untuk para atlet, tim Indonesia akhirnya berangkat ke bandara untuk pulang.
Aku, Ajeng, Mbak Fitri, Mas Surya, dan Mas Denis juga ikut pulang bersama tim Indonesia. Kami berada di dalam satu pesawat yang sama.
Gagal membawa piala Sudirman tidak membuat para atlet patah semangat. Mereka tetap ceria dan bertekad untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan.
"Mbak, tukeran dong, gue mau duduk deket jendela." ucap Ajeng sambil menyenggol tanganku.
Aku yang sedang menikmati pemandangan di luar jendela, langsung menoleh ke arahnya. "Mau banget nih?"
"Ish, Mbak Letta!" dia menggoyangkan lenganku.
"Yaudah lo-"
"Ajeng."
Perkataanku terhenti saat tiba-tiba Jombang datang dan memanggil Ajeng. Gadis yang dipanggil malah membuang muka agar tidak menatap Jombang.
"Kenapa, Jom?" aku memilih untuk bertanya lebih dulu, sepertinya mereka berdua masih memiliki masalah.
"Ajeng duduk sama gue ya, Ta. Lo duduk sama Kevin." usul Jombang dengan mata yang tidak lepas dari Ajeng, walaupun Ajeng enggan melihatnya.
"Gue gak mau." Ajeng menolak dengan ketus.
"Jangan gitu lah, Jeng. Kalau lo berdua ada masalah, selesain aja dulu." aku berusaha membujuk Ajeng agar gadis itu mau duduk bersama Jombang.
"Sana pindah bareng Jombang." sahut Kevin yang tiba-tiba datang.
Mau tidak mau, Ajeng berdiri dan mengikuti Jombang untuk menuju tempat duduk mereka. Sedangkan Kevin langsung menempati bangku yang ada di sampingku.
Laki-laki itu melepas jaket bertuliskan 'Indonesia' di belakangnya, lalu memposisikan diri senyaman mungkin. Dia menengok ke arahku dan memberikan senyum lebar. "Halo, Aletta."
Aku tersenyum menanggapinya. "Halo juga, Kevin."
"Seneng 'kan lo karena bisa duduk bareng gue." Kevin berkata dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
"Najis!" aku membalas dengan gerakan ingin muntah.
Kevin menggeser tubuhnya untuk menghadap ke arahku. Dia menatapku sambil bertopang dagu. "Lo punya pelet apa sih? Kenapa Mama nanyain lo mulu?"
Aku ikut menghadap ke arahnya. "Harusnya gue yang bilang kayak gitu. Lo nyogok Mami pake apa, sampe-sampe Mami sayang banget sama lo?"
Dengan senyum tengilnya, dia menjawab. "Mungkin karena gue ganteng, makanya Mami sayang banget sama gue."
"Vin, ini kita lagi di atas awan. Lo mau gue lemparin keluar?"
Kevin tertawa menanggapi ucapanku, lalu dia mengambil tanganku dan melihat gelang yang selalu aku pakai. Gelang yang tidak pernah aku lepas selama bertahun-tahun.
Dia mengusap gelang itu, beserta liontinnya. "Lo tau 'kan alasan gue beli gelang ini buat lo?"
Aku mengangguk pelan. "Tau."
"Gue mau jelasin ulang tentang alasan gue beli gelang ini." ucapan Kevin membuatku terdiam.
Kevin mengangkat liontin salib di gelangku. "Liontin salib ini sebagai tanda kepercayaan kita, gue mau lo inget sama Tuhan. Dalam keadaan apapun, lo harus inget kalau Tuhan yang udah ngasih banyak berkah buat lo."
"Sedangkan liontin raket sama shuttlecock ini sebagai tanda kalau lo milik gue. Kevin Sanjaya gak bisa sampe di titik ini tanpa Aletta, lo harus inget itu." ucapnya sambil mengangkat liontin raket dan shuttlecock di gelangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Ficção AdolescenteTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.