chapter-14

2.8K 219 3
                                    

"Cewek yang bareng sama Kevin semalem itu siapa, Ta? Kamu kenal?"

"Namanya Denira."

"Pacar barunya Kevin ya?"

"Gak tau."

"Mami gak suka deh sama cewek itu, masa dia sinis banget ke kamu."

Aku menghela napas pelan saat mendengar perkataan Mami. Walaupun apa yang Mami ucapkan adalah kenyataan. Semalam Denira memang terlihat sangat sinis kepadaku.

"Mi, jangan gitu. Itu 'kan hak dia mau sinis atau enggak." aku memberikan nasehat kepada Mami agar beliau tidak sembarangan berbicara tentang orang lain.

"Apa mungkin karena dia suka sama Kevin, jadinya dia sinis ke kamu?" Mami mengungkapkan pendapatnya sambil mengunyah makanan.

"Hubungannya sama aku apa?" aku menyerngit heran.

"Ya kamu 'kan mantan pacarnya Kevin, bisa jadi dia takut kalah saing."

Ya Tuhan, bagaimana bisa pemikiran itu muncul dalam kepala Mami? Ingatkan aku untuk melarang Mami bergaul dengan Valle.

"Udah, Mi, jangan ngomongin itu."

"Kamu harusnya-"

Tok Tok Tok!

Suara ketukan pintu membuat ucapan Mami terpotong. Aku sedikit bersyukur dengan hal itu, karena Mami pasti akan berbicara panjang lebar kalau sudah membahas tentang Kevin.

Mami beranjak dari duduknya dan bergegas menuju ke arah pintu. Sedangkan aku memilih untuk memakan sarapan, jatah liburku hanya tersisa satu hari, jadi aku harus menikmatinya. Karena besok malam, aku dan teman-teman lain akan berangkat ke Finlandia.

Alasanku meminta libur dua hari karena satu hari setelah pemberkatan, keluargaku akan melakukan sesi doa bersama di rumah Nenek. Hal itu sudah menjadi tradisi saat ada anggota keluarga yang menikah.

Papi dan saudara-saudara lainnya sudah berada di rumah Nenek karena menginap semalam. Sedangkan aku dan Mami memutuskan untuk pulang ke rumah. Jadi, kami berdua akan menyusul ke rumah Nenek.

"Aletta, liat siapa yang dateng!"

Mendengar teriakan Mami membuatku menengok ke arah pintu yang memang dekat dengan ruang makan.

Betapa terkejutnya aku saat melihat seorang Kevin Sanjaya yang mengenakan kaos Yonex berwarna hitam, celana pendek, dan sendal selop. Dia berdiri di samping Mami dengan cengiran khasnya.

"Ngapain lo kesini?" aku tahu kalau ucapanku terkesan tidak sopan, tapi itu benar-benar reflek karena aku merasa terkejut.

Coba kalian bayangkan, atlet bulutangkis terkenal datang ke rumahku pagi-pagi seperti ini.

"Duduk dulu, Vin." Mami menggiring Kevin ke meja makan dan menyuruhnya duduk di sampingku.

"Kamu udah makan? Mau makan dulu gak?" tanya Mami sambil menuangkan susu ke dalam gelas dan memberikannya kepada Kevin.

"Udah makan kok, Tan." jawab Kevin setelah menerima gelas berisi susu itu.

"Jangan manggil Tante dong, biasanya juga kamu manggil Mami." ucapan Mami membuat Kevin tersenyum kikuk.

"I-iya, Mi." seperti anak ayam, Kevin menuruti perkataan Mami.

Aku menepuk lengan atas Kevin dengan gemas. "Lo ngapain pagi-pagi kesini?"

"Sakit!" dia meringis kesakitan dan menyingkirkan tanganku dari lengannya.

"Mau ikut main bulutangkis sama anak ganda putra gak? Kita mau latihan di luar Pelatnas." balas Kevin sambil mengusap lengannya yang terlihat merah.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang