"Mami udah bilang berkali-kali, jangan bawa mobil kalau lembur!"
"Tapi kamu gapapa 'kan, sayang? Gak ada yang luka?"
Aku menggeleng saat mendengar pertanyaan dari Papi, dan memilih mengabaikan omelan dari Mami.
Mami yang sepertinya tidak terima karena diabaikan, langsung memukul bahuku dengan gemas. "Dengerin Mami kalau lagi ngomong!"
Aku meringis. "Aduh, Mi, jangan gitu dong."
Papi berusaha menenangkan Mami dengan mengusap punggungnya. "Mi, jangan diomelin mulu. Yang penting Letta gapapa, gak ada yang kurang."
"Papi bener tuh." aku menyahut.
Mami menghela napas panjang, mengangguk sedikit, dan langsung memeluk tubuhku. "Mami khawatir banget sama kamu, sayang. Kamu itu anak Mami satu-satunya, Mami takut kamu kenapa-napa."
Aku membalas pelukan Mami. "Iya aku tau, maafin aku ya, Mi. Maaf karena udah bikin Mami khawatir."
"Udah-udah, jangan pada mewek gini."
Moment haru antara aku dan Mami harus rusak karena perkataan Papi. Akhirnya kami berdua melepas pelukan.
"Eh, kamu udah kabarin Kevin?" tanya Mami.
"Belom." aku menjawab pelan.
"Yaudah sana kabarin dia, takutnya dia nyariin kamu. Mami sama Papi mau beli perlengkapan Natal dulu." Mami beranjak dari duduknya.
"Ayo, Pi." lalu beliau mengajak Papi dan meninggalkan aku sendiri di ruang tamu.
Saat ini aku sudah berada di rumah, karena tadi pagi Mami dan Papi datang ke rumah Kevin untuk menjemputku. Mereka yang mengetahui kalau aku terlibat dalam kecelakaan, langsung pulang dari luar kota.
Kevin tidak tahu kalau aku dijemput karena dia pergi ke kantor PB Djarum. Makanya, Mami menyuruhku untuk memberi kabar kepada Kevin.
Tanganku bergerak untuk mengambil ponsel yang berada di atas meja. Layar ponselku retak karena kecelakaan kemarin, untung saja tidak ada file kantor yang hilang. Walau bagian depan mobilku sangat hancur.
Aku menatap nomor Kevin yang masih aku blokir. Setelah berpikir sebentar, akhirnya aku membuka blokirnya.
Aletta Defiona :
Gue udah pulang.
Dijemput Mami sama Papi.Aku mengirim pesan tersebut dan kembali meletakkan ponsel di atas meja. Aku memilih untuk tiduran di atas sofa karena badanku terasa sangat pegal.
Besok adalah hari perayaan Natal, jadi Mami dan Papi pergi untuk membeli perlengkapan Natal yang belum sempat dibeli. Untung saja aku sudah menghias pohon Natal dan menaruhnya di pojok ruangan. Ditambah dengan banyak kado di bawahnya.
Suara deringan membuatku mengalihkan pandangan ke arah ponsel. Aku mengambilnya dan langsung menjawab telpon tersebut setelah melihat nama yang tertera di layar.
"Halo?"
"Hai, Ta."
"Hai juga, Vin."
Tebakan kalian benar, yang menelponku adalah Kevin Sanjaya.
"Kenapa gak bilang sama gue kalau tadi dijemput? Gue bisa pulang dulu buat ketemu orang tua lo."
"Sorry, Mami sama Papi tadi buru-buru."
"Badan lo gimana? Masih ada yang sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Dla nastolatkówTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.