chapter-4

3.3K 257 10
                                    

Setelah pemotretan selesai, kami langsung pergi menuju restoran Jepang yang sudah disiapkan oleh Pak Tono. Sayang sekali Bhanu dan Kamal tidak bisa ikut karena memiliki urusan lain.

Tersisa aku, Ajeng, Pak Tono, dan para atlet yang sudah kelaparan. Untung saja Pak Tono memesan ruangan VIP, jadi aku tidak perlu repot memikirkan tentang gosip-gosip yang akan muncul tentang acara makan malam ini.

Jorji duduk di samping kiri tubuhku, sedangkan Ajeng di samping kanan. Dan, di samping Jorji terdapat Kevin.

"Mau pesen apa? Nanti saya yang traktir." ucap Pak Tono dengan lantangnya.

Aku terkekeh kecil, jarang sekali Pak Tono bertingkah seperti ini. Apakah ini efek dari berinteraksi dengan atlet bulutangkis?

"Jangan, Pak, kita aja yang traktir." balas Kevin yang sepertinya merasa tidak enak jika harus ditraktir Pak Tono.

"Biarin Kevin aja yang bayar, Pak! Kapan lagi ditraktir sama ganda putra terbaik dunia!" imbuh Fajar dengan senyum yang tidak pernah hilang dari wajahnya.

"Ngaca, Jar, lo juga termasuk ganda putra terbaik dunia." sahut Jombang yang langsung membuatku tertawa. Mas Jom ini sangat lucu saat berbicara.

"Ciee ganda putra terbaik dunia. Peringkat berapa, Jar?" ucapku yang sangat puas ketika meledek Fajar.

"Apa? Gue colok ya mata lo!" balas Fajar sambil mengangkat sumpit yang sudah disediakan di atas meja.

"Eits, jangan gegabah, Jar. Aletta punya pawang yang gak bisa lo lawan, malah nanti lo yang dicolok sama pawangnya." kata Ginting dengan tatapan menggoda ke arahku dan Kevin.

"Mbak Letta, punya pacar?!" Ajeng tiba-tiba bertanya, mungkin dia bingung dengan ucapan Ginting.

"Bukan pacar, tapi pawang. Hati-hati aja ya, Jeng. Kalau Kak Letta kenapa-kenapa, nanti lo yang kena semprot." jawab Jorji yang membuat suasana semakin panas.

Aku sadar siapa yang mereka bicarakan, tentu saja Kevin Sanjaya yang sedang asyik bermain ponsel. Laki-laki itu tidak terganggu dengan obrolan teman-temannya yang secara tidak langsung menyindirnya. Ya, begitulah sifat seorang Kevin.

"Udah-udah, kita pesen makanan aja." Koh Sinyo melerai pembicaraan yang hampir membuatku menendang Fajar dan Ginting.

Kami mulai melihat kertas menu dan menuliskan pesanan-pesanannya. Karena aku bingung ingin memesan apa, jadi aku memilih untuk menyamakan pesananku dengan Ajeng. Kami menulis pesanan masing-masing dan menyerahkannya kepada Jojo.

"Jo, gue samain kayak Ajeng ya." Jojo memberikan jempolnya setelah mendengar ucapanku.

Saat Jojo membawa kertas pesanan ke salah satu pelayanan, Kevin beranjak dan mengikuti Jojo. Aku melihat Kevin berbicara kepada pelayan sambil menunjuk kertas pesanan, dia juga memperagakan sebuah lingkaran menggunakan tangannya. Mungkin, Kevin ingin mengganti pesanannya.

"Mas Kevin ganteng banget ya, Mbak." Ajeng berbisik pelan ke arahku, aku mengangguk setuju. Pesona Kevin Sanjaya memang tidak bisa dibantah.

"Saya penasaran, kenapa kalian bisa kenal sama Letta?"

Pertanyaan Pak Tono membuatku mengalihkan pandangan dari Kevin, aku menatap satu persatu atlet dengan pandangan memohon. Aku tidak ingin mereka menceritakan tentang hal itu.

Ginting dan Fajar yang memang duduk bersebelahan langsung berbisik-bisik, perasaanku jadi tidak enak saat Fajar sudah berbisik-bisik seperti itu. Pasti ada sesuatu yang mereka rencanakan.

"Ada yang mau ceritain ke saya?" Pak Tono bertanya lagi karena tidak mendapat respon.

"Jadi begini, Pak. Kita bisa kenal sama Letta karena-"

Another Chance {Kevin Sanjaya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang