"Aleee sayangggg, gue kangen sama lo!"
"Lebay."
"Ih, Ale! Gue bilangin suami gue ya!"
"Dasar tukang ngadu!"
Valle tertawa kencang setelah berhasil membuatku mendengus kesal. Aku bergerak untuk memeluk gadis itu sekilas lalu ikut duduk di sampingnya.
Setelah menyelesaikan urusan berita di Pelatnas, aku langsung pulang ke rumah. Tidak lupa berpamitan dengan Kevin untuk membuat Denira merasa cemburu.
Baru saja pulang, Mami sudah menyuruhku untuk mengantarnya ke rumah Valle dan Arsen. Tentu saja aku menolak, aku merasa lelah dan butuh istirahat. Tapi Mami berhasil memaksaku dengan mengancam akan melaporkan tindakanku kepada Papi.
Mau tidak mau, aku menuruti perintah Mami.
Saat sudah sampai, aku memilih untuk menghampiri Valle yang berada di ruang tamu. Sedangkan Mami menggendong Jelly yang tertidur dan membawanya ke kamar, bersama Tante Vita.
"Kusut banget lo, abis darimana sih?" Valle bertanya setelah memperhatikan penampilanku dari atas sampai bawah.
"Dari Pelatnas." aku menjawab sambil memejamkan mata dan menyenderkan kepala di sofa. Aku mengantuk, padahal sekarang baru pukul 7 malam.
"Pasti belom mandi." tebak Valle.
Aku membuka mata dan mendelik sinis ke arahnya. "Enak aja, gue udah mandi."
"Ganti baju sana! Gue gerah ngeliat lo pake tangan panjang kayak gitu." ucap Valle sambil mendorong bahuku.
"Ck, rese banget lo ah!"
"Cepetan, Al! Baby gue gak mau ngeliat orang dekil kayak lo." Valle tetap ngotot untuk menyuruhku berganti baju, bahkan gadis itu membawa-bawa bayinya.
"Bawel banget bumil!" aku mengalah dan beranjak dari sofa.
Perkataan orang-orang tentang Ibu hamil yang menyebalkan ternyata benar. Baru beberapa menit bersama Valle saja sudah membuatku merasa kesal. Bagaimana dengan Arsen yang akan menemani Valle selama 9 bulan nanti?
Aku kembali menuju ruang tamu setelah berganti baju dengan kaos berlengan pendek berwarna putih dan celana legging selutut berwarna hitam. Untung saja ukuran badanku dan Valle tidak terlalu jauh, jadi aku bisa meminjam bajunya.
"Tumben kamu pulang jam segini, Ta." ucap Tante Vita yang ternyata sudah berada di ruang tamu bersama Mami dan Valle.
"Kerjaan aku baru selesai, Tan." balasku dan mengambil tempat duduk di tengah-tengah Valle dan Mami.
"Lo berapa bulan sih?" aku bertanya kepada Valle sambil memposisikan badanku untuk menghadap ke arahnya.
"Baru dua minggu." balasnya sambil mengusap perut dan tersenyum senang ke arahku.
Pemandangan itu membuatku tertegun, aku bisa merasakan bagaimana bahagianya Valle dengan kehamilannya. Tentu saja dia bahagia, memangnya ada perempuan di dunia ini yang tidak ingin hamil?
Terbesit sedikit rasa iri di hatiku, aku juga ingin merasakan bagaimana bahagianya menjalani pernikahan.
Ah, aku sudah tidak waras. Hubunganku dengan Kevin saja masih berjalan seperti remaja puber.
"Suami kamu kemana, Val?" Tante Vita bertanya kepada Valle sambil merapihkan rambut.
"Tadi keluar buat nyari bahan ngidam aku, Ma." balas Valle dengan senyum yang semakin lebar.
"Emangnya hamil dua minggu udah bisa ngidam, Mi?" aku bertanya kepada Mami sambil mengerutkan dahi.
"Ya bisa dong, dulu waktu Mami hamil juga gitu. Malah Papi juga ikutan ngidam." jawab Mami sambil terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Teen FictionTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.