Hari-hari berjalan seperti biasa, aku yang sibuk bekerja dan Kevin yang sibuk berlatih untuk mempersiapkan Denmark Open.
Jayaputra Grup kembali mengirim pegawai untuk ikut bersama atlet ke Odense, Denmark. Kali ini aku dan Ajeng tidak terpilih karena kami berdua sudah pernah ikut di Sudirman Cup.
Bu Anjani sepakat untuk mengirim dua orang saja, karena Denmark Open bukan termasuk pertandingan besar seperti Sudirman Cup. Bhanu dan Kamal dipilih untuk membantu tim wartawan PBSI saat berada di Denmark.
Menurut sumber terpercaya, kedua laki-laki itu akan mendapat tugas untuk memotret atlet saat bertanding. Bahkan mereka mendapat kartu akses khusus dari BWF untuk ikut masuk ke dalam court.
"Mbak, lo pilih yang mana? Indonesia Master atau Indonesia Open?" pertanyaan Ajeng membuatku mengalihkan pandangan dari iPad yang sedang aku pegang.
"Gue tergantung lo aja deh. Karena lo lebih muda, jadi lo pilih duluan." balasku sambil menatap Ajeng.
"Menurut gue enakan Indonesia Master, karena levelnya lebih kecil jadi kerjanya lebih ringan." tiba-tiba Bhanu menyahut dari balik kemudi.
"Nyetir yang bener aja, Nu." Kamal langsung menegur laki-laki itu.
Posisi kami saat ini memang sedang berada di dalam mobil. Aku dan Ajeng ingin mengantar Kamal dan Bhanu yang akan terbang ke Denmark bersama atlet bulutangkis lain. Pesawat mereka akan berangkat pukul 9 malam, sedangkan sekarang baru pukul 8 lewat.
Sebenarnya selain mengantar Bhanu dan Kamal, aku juga ingin bertemu dengan Kevin untuk memberikan kata-kata semangat. Aku yakin Ajeng juga ingin melakukan hal yang sama untuk Jombang.
"Lo bener juga sih, Nu. Indonesia Master itu level 500, sedangkan Indonesia Open level 1000. Otomatis banyak atlet ranking atas yang ikut di Indonesia Open, dan pasti lebih ribet." ucap Ajeng menimbang-nimbang.
"Menurut gue dua-duanya sama aja sih, sama-sama butuh persiapan mateng." Kamal memberikan opininya.
"Kamal bener tuh, dua-duanya sama aja." aku menyetujui opini Kamal dan kembali fokus ke iPad yang menunjukkan draw pertandingan Denmark Open.
"Tapi Indonesia Open penuh sama bintang-bintang bulutangkis Indonesia. Lebih seru kalau lo jadi penonton, bukan panitia." ucap Bhanu sambil memutar setir untuk berbelok.
"Draw-nya bikin jantungan sih, atlet Indonesia numpuk banget. Apalagi sektor ganda putra." balas Kamal.
"Ih, gue bingung nih!" ucap Ajeng dengan frustasi.
Hal yang sedang kami diskusikan ini adalah tentang Indonesia Master dan Indonesia Open yang akan dilaksanakan dalam tiga minggu dari sekarang. Dengan Indonesia Master yang akan diadakan lebih dulu.
Kami mendapat pilihan untuk ikut menjadi panitia dari salah satu pertandingan itu. Tetapi aku dan Ajeng tidak boleh memilih pertandingan yang sama. Bhanu dan Kamal juga seperti itu, jadi kami akan dipisah-pisah.
"Mbak, serius deh, lo pilih apa?" Ajeng kembali bertanya kepadaku
"Udah, Indonesia Master aja, Jeng. Nanti bareng gue." Bhanu menghasut Ajeng, berarti laki-laki itu sudah pasti memilih Indonesia Master.
"Yaudah deh, gue Indonesia Master bareng Bhanu. Berarti Mbak Letta dapet Indonesia Open bareng Kamal ya?" akhirnya Ajeng membuat keputusan.
"Iya, gue sama Letta." Kamal menanggapinya.
Tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel, aku langsung membuka tas karena merasa kalau itu adalah suara ponselku. Saat dilihat, ternyata Ci Agnes yang menelpon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Novela JuvenilTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.