chapter-31

1.8K 222 9
                                    

Indonesia Open resmi dimulai.

Para panitia sudah sibuk mempersiapkan segala keperluan sejak tadi pagi. Bahkan kami datang sebelum matahari terbit agar jika terjadi kesalahan, kami bisa memperbaikinya secepat mungkin.

Ada beberapa atlet yang mundur dari pertandingan, sehingga panitia harus mengubah jadwal pertandingan dengan atlet pengganti.

Aku merenggangkan otot bahu di pojok ruangan setelah mengatur bangku dan menyediakan cemilan. Mendapat waktu luang di tengah-tengah kesibukan adalah hal yang tidak boleh dilewatkan.

Kebetulan player lounge sedang sepi sekarang, karena atlet yang bermain di kloter siang belum datang. Tadi aku bertemu dengan atlet Indonesia yang bermain di kloter pagi. Mereka adalah Jorji, Jojo, Ginting, Kak Greys dan Apri. Puji Tuhan, mereka semua berhasil lolos ke round 16.

"Halo, Aletta pacarnya Kevin!"

Aku tersentak kaget dan berbalik badan dengan cepat setelah mendengar teriakan kencang itu. Ternyata orang iseng yang melakukannya adalah wartawan terkenal PBSI, Mbak Wid.

"Bikin kaget aja sih, Mbak!" aku melotot ke arah Mbak Wid, tetapi wanita itu malah memberikan senyuman lebar tanpa merasa bersalah.

"Bengong mulu lo, awas kesambet." ucap Mbak Wid yang langsung menggandeng tanganku dan menarikku.

"Eh, mau kemana?!" tentu saja aku panik, aku takut ditegur kalau ketahuan tidak bertanggung jawab di player lounge.

"Duduk doang, Letta. Gak bakal gue culik."

Mbak Wid membawaku ke bangku yang berada tepat di depan TV besar. TV itu menampilkan keadaan tiga court yang sedang dibersihkan.

"Kok gak ngeliput, Mbak?" aku bertanya setelah kami berdua sudah duduk di bangku.

"Gimana mau ngeliput, pertandingannya aja belom mulai." jawab Mbak Wid dengan sedikit sewot.

Wanita itu bergerak untuk melepas tali kamera yang berada di lehernya. Melihat bagaimana besarnya kamera yang dia bawa, membuatku sedikit meringis. Mbak Wid pasti merasa pegal.

"Lo lagi santai, Ta?" Mbak Wid menatapku sambil sesekali mengusap lensa kameranya.

Aku mengangguk. "Iya."

"Hubungan lo sama Kevin gimana? Aman gak?" wanita yang sudah memiliki anak itu kembali bertanya kepadaku.

"Puji Tuhan, aman sejahterah, Mbak. Walaupun kadang ada masalah, tapi gak ganggu banget." jawabku.

"Masalahnya pasti tentang temen dia ya? Yang cewek itu, siapa namanya? Yang pernah ke Pelatnas."

"Denira."

"Nah, pasti karena dia ya?" Mbak Wid memberikan tatapan menggodanya ke arahku.

"Tau aja." aku terkekeh pelan.

"Udah keliatan, Ta. Dia tuh kayak maksa banget mau deket sama Kevin, padahal Kevin punya pacar." ucap Mbak Wid.

Wow, jadi bukan hanya aku saja yang sadar dengan tingkah Denira. Bahkan Mbak Wid yang jarang sekali bertemu dengan gadis itu saja langsung menyadarinya.

"Lo gak coba ngomong sama dia?" tanya Mbak Wid.

Aku mengubah posisi untuk menghadap ke arah Mbak Wid. "Gue udah pernah coba, tapi gak mempan. Dia malah playing victim dan ngadu aneh-aneh ke Kevin, jadinya gue yang dimarahin."

Mbak Wid terlihat tidak percaya. "Serius?"

"Serius, Mbak."

"Eh, btw." Mbak Wid mendekatkan tubuhnya ke arahku, kalian pasti sudah mengerti dengan posisi seperti ini bukan? Pergibahan akan segera dimulai.

Another Chance {Kevin Sanjaya}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang