Kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat, pada akhirnya pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya aku menghindar, pasti bertemu juga.
Ya, walaupun aku tidak ada niatan untuk menghindar. Aku hanya tidak ingin berinteraksi dengan mereka, terlebih lagi dengan Kevin yang sempat terkejut melihat kehadiranku.
Setelah aksi Jorji yang menemukanku, aku langsung digiring olehnya untuk duduk di dekat para atlet. Dengan berat hati, aku harus memutuskan sambungan telpon dengan Papi dan mengikuti Jorji.
Para atlet yang mengenalku langsung heboh saat aku sudah duduk di tempat mereka. Ternyata hanya beberapa atlet senior disini, tidak semuanya hadir.
Hanya ada Jombang, Fajar, Apri, Jorji, Jojo, Ginting, dan Kevin. Tadi Jorji sempat memberitahuku bahwa mereka baru pulang dari sebuah acara amal, Koh Sinyo dan Kak Greys sendiri lebih memilih pulang ke rumahnya masing-masing. Pantas saja aku tidak melihat mereka di sini.
"Letta ngapain disini? Nungguin Kevin ya?" tanya Apri dengan pandangan menggoda ke arahku dan Kevin.
"Pasti nungguin Kevin dong, ya gak?" ucap Fajar yang ikut-ikut.
"Gue ada kerjaan, makanya ke sini." balasku dengan singkat, melihat wajah Kevin dan Fajar membuatku teringat dengan siaran langsung tadi.
"Lo mau kerja di PBSI?" pertanyaan Jombang membuat yang lain menatapku dengan pandangan tidak percaya.
"Serius?!"
"Beneran Kak? Asyik!"
"Alhamdulillah, akhirnya bisa ketemu Letta setiap hari."
"Ciee, Kevin pasti tambah semangat nih."
"Heh, curut! Lo semua bisa bedain pertanyaan sama penyataan gak sih? Jombang itu nanya, bukan kasih berita!" ucapan Jojo membuat Apri, Fajar, Jorji, dan Ginting terdiam.
Aku mendelik kesal ke arah mereka. "Makanya jangan ambil kesimpulan sendiri."
"Terus kerjaan yang lo maksud itu apa?" tanya Apri.
"Gak tau, gue diajak sama Pak Tono." aku terpaksa berbohong kepada mereka.
Mana mungkin aku mengatakan tentang perusahaanku yang dipilih menjadi salah satu panitia di Sudirman Cup. Untuk apa juga aku mengatakannya. Toh, belum tentu perusahaan menunjukku sebagai salah satu perwakilan.
"Oh gitu, kirain mau ketemu Kevin." ucap Fajar yang kembali menggodaku.
"Udah, Jar, jangan digodain terus." sahut Kevin yang sejak tadi diam.
Aku menoleh ke arahnya, tumben sekali dia membelaku. Ah, mungkin saja dia hanya tidak ingin terganggu dengan celotehan Fajar.
"Ciee, Kevin belain Letta." ledek Apri yang dibalas dengan lemparan tissue oleh Kevin.
"Ternyata kalian di sini."
Suara itu membuat kami semua serempak menengok ke arah pintu kantin, di sana sudah berdiri Koh Herry dan Pak Tono. Mereka berdua berjalan menghampiri meja kami.
"Kenapa Coach?" tanya Kevin yang penasaran dengan kehadiran Koh Herry.
"Gapapa, saya cuma bantu Pak Tono yang nyariin anak buahnya."
Ucapan Koh Herry membuatku tersenyum malu ke arah Pak Tono, karena terlalu kesal, aku jadi lupa kalau Pak Tono masih berada di sini.
"Saya keliling Pelatnas buat nyari kamu." kata Pak Tono sambil menatapku.
"Maaf, Pak, tadi saya laper." balasku dengan masih mempertahankan senyum.
Koh Herry menengok ke arahku, tatapannya seperti menilai penampilanku dari atas sampai bawah. "Kayaknya saya pernah liat kamu, tapi kapan ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Chance {Kevin Sanjaya}
Teen FictionTentang aku yang mendapat kesempatan untuk bersama dengannya lagi.