23. Arkan dan Nathan

18 0 0
                                        

Arkan melihat kedepan meja makan yang dimana dirinya harus depan-depanan dengan orang yang dia benci sejak kelas 9 SMP. Dimana anak dari seorang perusak hubungan keluarganya yang membuat keluarga dicintainya bercerai karena papanya ketahuan selingkuh dengan ibu kandung Nathan. 

Kata-kata yang Arkan ingat saat Nathan menceramahi dirinya ketika tahu bahwa papanya memilih setuju untuk bercerai dan ingin bersama Alsya, ibu kandung dari Nathan. Waktu itu tepat sekali acara makan-makan dengan teman sekelasnya, mereka yang memutuskan untuk tidak berbicara dan saling mengenal sebelumnya memilih untuk membuka obrolan empat mata karena terkena tantangan selama seharian hingga acara ini selesai setelah bermain truth or dare. Karena teman-temannya tahu bahwa masalah antara Arkan dan Nathan belum selesai jadi mereka berdua yang memilih dare ditantang untuk saling berbicara, mereka berdua pun setuju.

"Ikut gue, keluar dari sini." Nathan menarik belakang baju Arkan membuat teman-temannya tertawa walaupun kelihatannya seperti ngajak berantem.

"Lepasin bego gue gak bisa nafas." Arkan mencengkram kuat pergelangan tangan Nathan membuat Nathan mengaduh kesakitan dan memilih untuk melepaskan tarikan dibaju Arkan.

Nathan dan Arkan keluar dari ruangan dan duduk dimasing-masing anak tangga walaupun agak jauhan jaraknya.

"Arkan, apa lo masih marah sama gue? sebenernya apa yang membuat lo jadi benci sama gue?." Nathan akhirnya membuka obrolan. Dia bisa mendengar suara desahan nafas Arkan yang seperti menahan amarahnya.

"Nyokap lo, pelakor." Jawab Arkan. Dirinya melihat punggung Nathan yang tidak berbalik dan memukulnya. Sepertinya Nathan sedang menahan emosinya.

"Jadi setelah nyokap lo minta cerai, bokap lo gak nolak sama sekali dan akhirnya dia memilih untuk bersama ibu gue?." Kata Nathan sambil menengokkan kepalanya dan melihat kearah Arkan. Arkan mengangkat sebelah alisnya dan melihat Nathan dengan tatapan menantang.

"Gue gak mau ribut, mari kita berdamai. Pada akhirnya bokap lo bukan orang yang beruntung karena nyokap gue meninggal sebelum mereka bersama pada akhirnya. Bokap lo kurang beruntung juga karena harus kehilangan seseorang yang mencintai dirinya dengan tulus seperti nyokap lo dan lo sebagai anaknya" Nathan kembali melihat kedepannya dan membiarkan Arkan mendengarkannya dari belakang. Dirinya benar-benar tidak bisa berjauhan dari Arkan yang berhasil menghancurkan tembok pada hatinya dan mencoba menerima keberadaan seseorang yang akan dia percayai.

"Lo ceramahin gue?." Tanya Arkan pada Nathan.

"Arkan, lo temen gue satu-satunya. Gue gak tau apapun tentang ibu kandung gue karena selalu mengabaikannya. Jangan tarik gue kedalam rasa benci lo." Nathan menunduk, dirinya tidak bisa menahan rasa sedih selama beberapa bulan ini setelah tahu semua kebenarannya.

"Lo anak perempuan itu." Jawab Arkan.

"Yeah, i know. Tapi, gue udah lama enggak tinggal sama nyokap gue. Lo tau itu kan?, mau sampe kapan lo ninggiin ego buat melampiaskannya ke gue?." Katanya.

"Sampe lo nyusul menemui nyokap lo." Arkan terus mengatakan hal yang tidak seharusnya pada Nathan dan Nathan terus menerus menahannya. Nathan juga tahu diri bahwa ibunya yang merusak kebahagiaan orang lain disebabkan rasa kesepian dari ayahnya dan dirinya.

"Oy, saat gue tahu orang tua gue bercerai... gue enggak tau lagi harus ngapain karena sebelumnya mereka baik-baik aja bahkan kami bertiga ketawa bareng sambil nonton komedi di televisi." Kata Arkan membuat Nathan terdiam tidak mencelanya karena dirinya tahu Arkan belum selesai berbicara.

"Kami saling ngobrol dengan santai, dan ternyata hanya gue yang gak tau apa-apa kalau ibu dan papa sering bertengkar dibelakang gue. Kenyataan pahit dimulai ketika nyokap lo meninggal dunia. Lucunya gue terlalu peduli sama lo, sampe lupa peduliin diri sendiri dan keluarga gue. Saat tau bokap gue jatuh cinta sama nyokap lo gue gak tau harus ngapain, Nath. Gue mikirin hal itu terus terusan, gue gak bisa deket terus sama lo walaupun gue mau dekat sama lo sebagai teman dekat yang biasa kita lakuin. Gue milih buat jauhin lo, gue gak terima kenyataan meskipun perempuan itu udah meninggal dunia dan keluarga gue gak balik lagi." Setelah Arkan mengatakan itu semua teman-temannya memanggil mereka berdua untuk kembali kedalam karena acara akan segera berakhir.

Arkan & KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang