18. Kata Selamat Tinggal

717 21 1
                                    

Andai dulu kupaksakan terus bersamamu. Belum tentu kisah kita berdua berakhir bahagia.
-Virgoun ft Audy


"Karin gak apa-apa. Dokter?" Tanya Arkan pada salah satu dokter yang baru saja keluar dari ruangan Karin berada.

"Ah, tidak apa-apa anda tenang saja. Anda siapa nya ya?" Tanya dokter pada Arkan.

"Sekarang belum siapa-siapa sih, baru calon pacar" Jawab Arkan sedikit malu.

"Oh, Karin tidak apa-apa. Luka nya tidak terlalu parah dan serius tapi dia bilang kalau tidak ingin dijenguk, oleh siapa-siapa dulu. Saya permisi" Dokter meninggalkan Arkan sendiri. Berjalan mendekati pintu dan melihati Karin dari kaca. Melihatnya Karin yang menangis ditahan, rasanya Arkan gagal menjaga Karin. Keberadaan nya seperti beban saja.

"Arkan!" Teriakan yang sedikit menggema diruangan rumah sakit ini membuat Arkan tertuju.

"Eh, lo ngapain disini? Mana acara teriak segala lagi." Tanya Arkan sambil memukul bahu Septian.

"Itu, kebetulan doi gua lagi konsul gitu hehe." Jawab Septian.

"Kaya aja doi." Balas Septian.

"Lo ngapain disini? Wah nemenin siapa lo?" Tanya Septian pada Arkan.

"Kepo bener bocah, gih sana pergi. Oh iya, tommy beneran meninggal? Gua denger-denger sih keluarga Dilan. Tapi gua gak percaya sih tau sendiri gua sama dia pernah berteman dekat. Gak ada niatan buat saling bunuh juga, lo tau siapa yang bunuh?." Tanya Arkan pada Septian yang menahan detak jantung lebih cepat.

"Ya mana gue tau. Gua cabut dulu laper kasian doi juga." Setelah menepuk bahu Arkan. Septian mulai jelan menjauhi Arkan. Dan menghilang setelah langkahnya berbelok.

***

"Arkan... kamu gak pulang?" Tanya Karin setengah membangunkan Arkan yang tertidur didekatnya.

Arkan pun membuka matanya perlahan. Dan mengusap wajahnya. "Saya nunggu kamu." Jawab Arkan sambil tersenyum walaupun mukanya masih menahan kantuk.

"Makasih Arkan. Maaf ngerepotin..." Karin mengusap pipi Arkan. Arkan hanya mengangguk dan tersenyum.

"Kamu jangan ingat yang semalam. Tinggalin aja apa yang pantas untuk ditinggalkan." Setelah mengucapkan itu Arkan tersenyum dan mengusap rambut Karin.

"Aku putus... dia udah cerita semuanya, aku udah coba lepasin dan lupain semuanya. Jadi... selamat tinggal masalalu." Arkan tersenyum dan menghapus air mata Karin yang menetes.

"Kamu inget kan kalau aku ngajak kamu ke tunangan?" Tanya Arkan pada Karin, dan di balas dengan anggukan.

"Nanti sore aku antar kamu pulang, dan nanti malam kita pergi. Kamu gakpapa?" Karin mengangguk mendengar pertanyaan Arkan.

***

"Gue beneran berakhir sama Karin, lo puas?."

"Maksud lo?"

"Ini kan yang lo mau dari gua?. Selain bikin hubungan gua dan Vale hancur, lo juga senang gua menyakiti orang yang pernah bersama dengan gue."

"Cih..."

"Jadi, udah siap konsekuensi kalau semua orang tau bahwa lo dalang dari semua ini?."

"Apaan sih Lan."

"Septian, siapa sih yang gak tau sifat buruk lo semuanya?. Penyebab Vale berubah itu karna dia berteman sama lo! Lo yang buat Amanda hamil dan lo ngejebak Vale biar dia terkena tuduhan. Oh, lo yang buat anak orang meninggal... apa lagi ya? Oh ya, yang bikin keluarga gue ancur! Bokap lo selingkuh sama nyokap gue dan jangan lupa, penyebab gua jalanin drama konyol ini karna lo." Dilan meremas bahu Septian kencang hingga Septian merenguh kesakitan. Tatapan mata elang dari Dilan membunuh situasi di mata Septian.

"Lo tau... semua?. Termasuk, Arkan dan Nathan yang sebenarnya saudara kandung itu?. Yaudah lah Lan, toh lo juga anak pungut dari keluarga lo dan keluarga gue yang tau semuanya. Alasan Vale bermata coklat dan lo bermata biru itu karna... lo anak pungut bangsat!."

Bughh!!!
Satu pukulan mengenai rahang Septian. Dan lagi-lagi Dilan memukulinya tanpa ampun.

"Gua tau lo rese, tapi lo tetep saudara gue. Gue mau berdamai sama semuanya termasuk menerima Amanda yang lagi hamil anak lo. Gue memaafkan segala kelakuan lo Sep, tapi inget jangan pernah lupain kalau karma bisa berbalik sama lo maupun anak-anak lo nanti. Lo mau hancurin hidup gue? Silahkan. Toh memang sudah hancur, jangan lupa juga kalau sebenernya lo anak kandung dari keluarga miskin." Dilan pergi meninggalkan Septian yang mati kutu karna ucapan Dilan. Septian menetes kan air matanya, entah kenapa dia merasakan sedih yang gak tau darimana kesedihan itu datang.

***

"Amanda, kamu sudah menyiapkan gaunnya sayang?." Tanya Bundanya.

"Udah kok Bun, kira-kira aku cantik gak pakai dress ini?."

Bunda Amanda mengelus pipi dan mengangguk haru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunda Amanda mengelus pipi dan mengangguk haru. "Setelah lulus sekolah kamu langsung menikah dengan Dilan aja ya?.  Masalah biaya kamu jangan fikirkan."

"Iya Bunda, nanti dibicarain lagi aja sama Dilannya."

***

Gax sabar ni3, btw sorry lambat update karna... aku mentok ener ini cerita mau gimana diapus atau dilanjut:(. Jan lupa vote dan follow nya oq. Makasi buat yang nunggu/pembaca setia cerita aku. Iloveu.

Arkan & KarinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang