SEMALAM

853 32 0
                                    

Olivia memeluk tubuh sang mama sangat erat, perempuan itu tidak mau ditinggal sendirian di rumah. Linda dan Rega akan pergi keluar kota dalam rangka perjalanan bisnis.

"Mama jangan tinggalin Olivia," lirih Olivia masih memeluk Linda.

"Kamu ini mama cuma seminggu doang ga bakal lama," ucap Linda.

Rega mengelus kepala anaknya, "Nanti kamu ditemani sama Ansel, dia udah janji ke papa."

"Tapi pah, aku takut."

"Takut kenapa? Papa percaya Ansel baik anaknya ga akan macem-macem."

Olivia menunduk, yang dia takut bukan itu. Olivia tidak yakin Ansel akan menemaninya dalam satu minggu ke depan.

"Mana Ansel, pah? kok dia belum datang?" tanya Linda.

"Mantu kamu masih di jalan," jawab Rega.

Lalu suara deru motor terdengar memekik telinga. Olivia tak percaya jika Ansel benar-benar menepati janjinya pada papa.

"Tuh anaknya datang," ucap Rega seraya merangkul pundak Olivia.

Ansel selalu bersikap manis pada Linda dan Rega, sangat berbeda sikapnya jika ke Olivia.

"Om, tante mau berangkat sekarang?"

"Iya, tante titip Olivia ya, Ansel?"

Ansel tiba-tiba saja merangkul pundak Olivia membuat gadis itu dibuat terkejut dengan sikap Ansel. "Iya, tante tenang aja."

Rega menepuk pundak Ansel. "Jangan macem-macem ya sama anak saya, jaga dia."

"Siap om!"

Linda dan Rega mencium kening Olivia sebelum keduanya akan segera pergi. Ansel membukakan pintu mobil untuk Linda.

"Kalau ada apa-apa kabarin aku," ucap Olivia.

"Hati hati om," ucap Ansel.

Linda dan Rega melambaikan tangan. Mobil itu melesat pergi meninggalkan pekarangan rumah, Olivia menatap nanar mobil orangtuanya yang kian menjauh. Olivia mulai menangis.

"Gitu doang nangis," cibir Ansel.

Olivia memanyunkan bibirnya. "Biarin! Dasar cowok ga punya hati!" setelah mengatakan itu, Olivia langsung masuk kedalam rumahnya.

"Dih dasar cewek baperan," balas Ansel.

Ansel memasuki rumah bernuansa putih itu, dengan interior modern. Ansel mengunci pintu rumah tersebut, lalu ia berbalik badan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang pemilik rumah.

"OLIVIA!"

Tidak ada sahutan dari Olivia. Ansel melangkahkan kakinya menuju kamar gadis itu. 'Olivia' sebuah tulisan yang tertempel di pintu kamar berwarna putih.

"Olivia gua masuk ya?" Ansel memutar knop pintu tersebut tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik kamar.

Olivia menatap Ansel dari pantulan cermin di hadapannya, gadis itu tengah mengerjakan tugas sekolahnya di meja belajar.

"Gua laper," ucap Ansel.

Olivia menutup bukunya, dia beranjak berdiri menatap Ansel. "Makan mie mau?"

"Mau!"

"Aku masak mie dulu ya." Olivia lalu melangkah pergi ke dapur, dan Ansel menunggunya di ruang tengah sembari menonton tv.

📞 Agam calling for you..

Ansel sudah siap mendengar Agam marah-marah.

"Nyet! Lu dimana?!" suara Agam terdengar sedang kesal dan nyolot. "Balik kagak bilang-bilang lu, anying!"

"Sabar, Gam ... tiba-tiba aja gue ngantuk pengen tidur di kasur."

"Gak asik lo!" kemudian Agam mematikan telponnya. Ansel kembali meletakkan handphonenya diatas meja.

"Gaje emang si Agam," gerutu Ansel.

Olivia datang membawakan mie untuk Ansel. "Nih, mau pake nasi ga?"

"Gausa," tolak Ansel, "Lo gak makan?"

Olivia menggeleng. "Udah tadi."

"Kamu mau nginap disini?" tanya Olivia.

Ansel hanya berdehem. "Semalam doang?"

"Ya kali sebulan!"

🦋🦋🦋

Olivia menggulingkan badannya tak nyaman di atas kasur. Gadis itu menatap jam dinding dengan jarum jam yang menunjukkan ke angka dua belas lewat lima menit.

Olivia beranjak duduk, mengusap wajahnya kasar. "Aku gak bisa tidur," Olivia, menajamkan pendengarannya saat ia mendengar suara tv yang masih menyala.

"Ansel belum tidur apa ya?"

Perempuan dengan piyama pink itu keluar kamar. Dengan mengendap-endap, Olivia mendekati sofa yang ditempati oleh Ansel.

Kedua mata Ansel terpejam.

Olivia mematikan tv yang terus menyala. Ketika Olivia berniat untuk kembali ke kamarnya, handphone Ansel berdering. Melihat nama perempuan tertera jelas di handphone itu, dengan penuh rasa penasaran Olivia menjawab telpon dari Vanya.

"Ansel bisa ke rumah Natasha sekarang gak?!" suara Vanya terdengar ketakutan. Olivia terus terdiam dengan tangan bergetar memegang handphone Ansel.

"Ansel tolong ke rumah Natasha sekarang!! Gua sama Natasha diserang sama anak gang motor, kita gatau harus minta tolong ke siapa, Ansel!!"

Sambungan tiba-tiba terputus yang membuat Olivia semakin merasa cemas. Olivia seharusnya tadi tidak diam saja.

"Duh aku bangunin Ansel jangan ya?"

Olivia memandang wajah lelap Ansel. Ia tidak tega untuk mengganggu Ansel. Olivia juga takut dimarahi Ansel.

"Jangan deh besok aja aku kasih taunya."

🦋🦋🦋

Ansel menggeliat saat tidurnya terusik oleh suara bising dari dapur. Ansel mengucek matanya saat pandangannya masih mengabur, cowok itu merenggangkan otot-otot tubuhnya.

"Loh gua ada di rumah siapa?" Ansel masih dalam keadaan linglung. "Ini bukan rumah gua dah perasaan."


Ansel beranjak menuju dapur. Ia melihat Olivia yang tengah mencuci piring, seketika Ansel sadar jika semalam dia menginap disini.

"Heh!" Ansel membuat Olivia terperanjat kaget. "Gue mau mandi."

"Ya terus kenapa bilang ke aku?"

"Siapin baju buat gue."

Olivia, menyentakkan kakinya. Sebal. Yang Ansel lakukan hanya menyuruh layaknya sang majikan. "Dasar cowok manja!"


Handphone Ansel terus berdering.

"ANSEL HP KAMU BUNYI TERUS!"

Ansel keluar dari kamar mandi dalam keadaan rambut yang berbusa dan handuk yang melilit pinggangnya.


"Ada apa bim?" tanya Ansel pada Bima diseberang sana.

"Vanya sama Natasha masuk rumah sakit."

"Hah! Kenapa? Kok bisa?!"

"Diserang sama anak Rajawali!"

"Bangsat! Kapan?!"

"Semalam! Cepat ke rumah sakit sekarang!!"







A.N.S.E.L.A.L.E.X.I.A

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang