DAMAR [TERBONGKAR]

749 31 5
                                    

"Hal yang paling sulit adalah ketika kita mencintai seseorang yang mencintai orang lain."

***


"Ansel, kadang buat aku senang terus tiba-tiba langsung berubah buat aku sedih. Aku harus gimana, ya Ra?"

"Menurut artikel yang aku baca, cowok kamu itu masih bingung sama perasaannya sendiri."

Olivia mengaduk-aduk mie ayamnya. Rara, mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin membuat Olivia mengikuti arah pandangnya.

"Nyari siapa, Ra?"

"Nyari jodoh aku, siapa tau ada di kantin sekolah ini," lalu keduanya tertawa.

"Ansel, suka marah ke aku kalau aku pergi sama Damar, dia kenapa ya?"

Rara melotot. "Ansel cemburu!!"

"Cemburu?"

"Iya!" Rara melipat kedua tangannya di atas meja. "Si Vanya-vanya itu masih deket sama, Ansel?"

"Masih."

"Mereka itu pacaran?"

"Ga tau.

"Kamu jangan diem terus!

"Aku gak diem terus kok, aku suka gerakin badan aku, terus aku juga suka ngomong. Ini aku lagi makan, ngobrol sama kamu, aku gak diem aja."

Rara menghela nafas.  "Maksud aku tuh bukan diem kaya gitu, tapi kamu harus cepet-cepet jujur ke si Vanya kalau kamu istrinya Ansel bukan sepupunya!"

"Enggak ah!"

"Kenapa?"

"Nanti Ansel marah sama aku kalau aku kasih tahu ke si Vanya,"

"Ya kamu jangan ngomong langsung,"

"Katanya suruh jujur gimana sih?" Olivia menggaruk kepalanya, omongan Rara itu terlalu terbelit-belit.

"Kamu jangan jujur ke si Vanya, tapi kamu harus buat Vanya yakin kalau kamu itu bukan sepupunya, Ansel. Ngerti gak?"

Olivia menggelengkan kepalanya. "Enggak."

Rara menghela nafas lagi. "Ya Tuhan kenapa sahabat Rara bodoh?"

🦋🦋🦋

Keempat siswa tengah berjalan di koridor sekolah menjadi pusat perhatian. Pesona siswa itu sungguh tidak bisa dipungkiri terutama si siswa dengan bandana hitam di kepalanya itu, dia sangat tampan.

"Jadi nanti malam minggu bantuin gue ya?" ucap si laki-laki bandana hitam, Damar.

"Ada imbalannya ga?" sahut Bahar.

"Ga ikhlas lo bantuin gue?" keki Damar.

"Bukan gitu pren, zaman sekarang ga ada yang gratis. Setidaknya lo kasih uang jasa energi gue yang udah bantu lo," ujar Bahar.

"Nah betul tuh apa kata si Bahar, setidaknya uang bensin lah," sebut Farhan.

"Uang jajan," tambah Reval.

Damar mempercepat langkah kakinya membuat ketiga temannya itu mengikuti jejaknya. Damar memasuki kelas yang sudah ramai sebab bel masuk tersisa dua menit lagi.

"Halo, Rara!" sapa Bahar duduk di kursi yang berhadapan dengan Rara.

"Apaan sih kamu, babon!" ketus Rara.

"Babon, apaan?" tanya Bahar.

"Babon itu sebutan untuk orang yang badannya gede, tinggi kaya Hulk!" jawab Rara jujur.

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang