CINTA ITU TIMBAL BALIK

774 25 3
                                    

Suara deru motor memekik telinga membuat kegaduhan disebuah warung kopi tempat remaja nongkrong. Warung Bi Aan, menjadi tempat paling aman untuk membolos sekolah.

"DISINI NIH BU PADA BOLOS!!"

Mereka — dominasi anak murid dari SMA Pamor yang sedang santai nongkrong jadi ricuh, kocar-kacir mencari tempat sembunyi.

"TUH BU TUH BU!!"

Meja-meja kayu itu jatuh tersenggol — niatnya mau ngumpet di bawah meja.

"Kalian lagi ngapain?" pemilik warung menatap anak-anak muda itu dengan heran.

"Ngumpet Bi, ada guru." sahut Ansel.

"Guru siapa?" Bi Aan berjalan keluar dari warungnya. Dia celingukan mencari sosok yang di sebutkan oleh pengunjung warungnya ini.

"Hahahha.." suara tawa renyah dan puas itu membuat Bi Aan menghela nafas.

"Oh jadi kamu yang buat mereka kelimpungan cari tempat sembunyi??"

Cowok dengan kaos hitam yang melekat di tubuhnya itu terkekeh. "Seru banget ngerjain mereka."

Bi Aan geleng kepala lalu berbalik badan kembali masuk ke dalam warung.

"Gimana bi? Ada gurunya?" tanya Ansel — masih bersembunyi di bawah meja bersama temannya yang lain.

"Ga ada, si Agam jail." jawab Bi Aan seraya beranjak ke dapur untuk memasak gorengan.

"Agam!! Bangsat kadieu sia!" Bima mengejar Agam — berlarian di depan warung untuk mengindari amukan dari teman-temannya.

(Kesini lo!)

"Ampun woy ampun!!" seru Agam sudah tertangkap.

"Maksud sia naon hah?" Alfan menarik bagian depan kaos hitam Agam. Alfan tampak galak.

"Ampun, Al!" Agam memelas. "Ansel! Tolongin gue!"

Cowok jangkung yang berdiri diambang pintu warung itu berdecih. "Kalau mau nonjok dia bergantian ya, tapi inget jangan sampai mati."

"Bangke! Ampun woi!!"

"Mau gue pukul sebelah mana dulu, Gam?" Bima menggulung lengan seragam sekolahnya, berancang-ancang.

"Burung lo, gue tendang gak bakal terbang, kan?" tanya Alfan sontak membuat Agam meringis menutupi masa depannya.

"Janganlah anjing!" umpat Agam.

"Tendang aja bang sekali-kali mah biar kapok," seru Putra provokator.

"Heh! Awas aja lo putra!" ancam Agam ketar-ketir di tempatnya.

"Bi Aan! Bibi liat nih bi, Agam mau di keroyok sama mereka! Tolongin, Agam Bi!" Agam langsung meminta pertolongan pada Bi Aan saat wanita paruh baya itu keluar dari dalam warung membawa dua mangkuk mie goreng pesanan Alfan dan Bima.

"Sok kalau berantem bibi usir kalian dari sini!" ancam Bi Aan membuat Agam tersenyum puas penuh kemenangan.

Alfan dan Bima mendorong Agam hingga Agam hampir terjengkang ke belakang jika tidak menabrak dinding. Agam, mengelus dadanya lalu berlari memasuki warung.

"Ansel!" Agam memiliki dendam pribadi.

"Apaan?" sahut Ansel nampak sibuk dengan ponselnya.

Agam menahan dirinya untuk tidak mengumpat di tempatnya Agam berdiri — sebelah Ansel dia melihat layar ponsel itu menampilkan room chat Ansel dengan Vanya.

"LO PACARAN SAMA SI VANYA??"

Rasanya telinga Ansel pengang jika dekat-dekat dengan Agam. Teriakan histeris dari Agam membuat mereka tersentak kaget — tidak percaya. Masih dalam keterkejutan berlebihan, Agam menggebrak meja kayu di hadapannya membuat Ansel tersentak kaget.

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang