KEDUA?

734 30 21
                                    

"Lihat dasi sekolah gua ga?"

Olivia yang sedang menalikan tali sepatu, mendongak menatap suaminya yang berdiri menjulang tinggi dihadapannya. "Di atas meja belajar, di atas tumpukan buku tulis kamu."

Ansel lari masuk kedalam kamar mengambil dasinya. Perasaan tadi Ansel sudah mencarinya di meja belajar tapi ga ada tetapi di saat dicari lagi ternyata memang ada.

"Ayo!" Ansel keluar dari kamar dengan tas yang tersampir disebelah pundaknya.

Olivia menatap Ansel tak berkedip. Sumpah Ansel terlihat lebih tampan dan keren menggunakan seragam sekolah, apalagi dengan rambutnya yang terlihat masih basah dan sedikit berantakan serta tak lupa aroma parfumnya yang sangat wangi dan segar.

"Gue tahu gue ganteng, biasa aja ngelihatnya jangan terpesona gitu."

🦋🦋🦋

Olivia menatap Ansel yang sedang telponan dengan seseorang. Mereka belum berangkat, masih ada di basement apartemen, sedang parkir mobil.

"Gua belum berangkat, sekarang gua otw rumah lo ya, tunggu!"

Ansel menaruh kembali ponselnya di dashboard mobil. Dia menoleh menatap Olivia. "Lo berangkat sekolah naik taksi aja ya?"

"Emang kamu mau kemana?"

"Gua mau berangkat bareng Vanya, dia tadi minta jemput."

"Yauda kita bareng-bareng aja."

"Gua mau jemput dia kerumahnya, lo pergi sekolah sendiri aja kalau kita barengan nanti lo terlambat ... jarak sekolah kita jauh."

"Bilang aja kalau mau berduaan sama Vanya, jangan pake alasan jarak sekolah kita jauh!"

"Emang jarak sekolah kita jauh! Udah mending sekarang lo cepetan keluar dari mobil gue!"

Olivia membuka sealt beat-nya dengan perasaan marah. Perempuan itu keluar dari mobil dan menutup pintu mobil tersebut dengan kencang membuat Ansel terperanjat kaget.

"Marah lagi, ribut lagi."

🦋🦋🦋

Olivia menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan-diatas meja. Olivia tidak ikut upacara karena dua alasan, yang pertama karna terlambat datang dan yang kedua karna merasa pusing.

"Kenapa gak upacara?" Olivia mengangkat wajahnya— menatap Damar yang sudah duduk di sampingnya.

"Aku lagi sakit, kamu kenapa kesini? Ga ikut upacara juga?"

"Mau nemenin lo,"

"Aku ga bakal bakal di culik kok!"

"Di culik engga kerasukan iya." Damar menakuti.

Olivia menopang dagunya, tatapannya fokus ke depan padahal di sampingnya ada pemandangan yang jauh lebih indah.

"Emang lebih menarik papan tulis daripada gue?" celetuk Damar.

"Damar, aku mau nanya." Olivia menoleh. "Kalah cowok gamau nganter si cewek sekolah itu kenapa?"

"Kemungkinan karena beberapa faktor, bisa jadi dia buru-buru atau mau berangkat sekolah sama temennya," jawab Damar, "Emang kenapa nanya kaya gitu?"

"Tadi, aku rencananya mau berangkat bareng sama Ansel tapi waktu kita mau berangkat tiba-tiba temen dia nelpon minta di jemput, terus Ansel suruh aku naik taksi padahal aku udah nungguin dia dari pagi."

"Lo terlambat itu karena dia?"

Olivia mengangguk. "Iya gara-gara dia! Aku sebel!"

"Temen si Ansel yang minta di jemput itu cewek?"

"Iya!"

"Berarti pacarnya," simpul Damar. "Kalau bukan pacar, dia gak mungkin bela-belain ga nganterin lo ke sekolah demi cewek itu.."

Olivia mengalihkan pandangannya tak mau menatap Damar, dia takut Damar bisa melihat kekecewaan yang tersirat di matanya.

"Nih ya, cowok kalau udah punya pacar pasti si pacarnya selalu jadi prioritas dia, selalu jadi nomor satu, urusan yang lainnya belakang, kaya lo contohnya ... sepupu lo itu lebih mengutamakan pacarnya, dibandingkan lo sepupunya."

🦋🦋🦋

Ansel melangkah keluar dari lift saat sudah sampai di lantai tujuh, cowok itu berjalan santai seraya memutar-mutar kunci mobil di jari telunjuknya. Namun langkah riang Ansel terhenti, tangan Ansel terkepal menahan kesal melihat pemandangan yang membuat hatinya terbakar rasa cemburu.

"Bangsat! Berani-beraninya dia ngelakuin kaya gitu di belakang gue!"

Setelah menendang tempat sampah di hadapannya yang membuat Olivia dan seseorang itu menoleh kaget padanya, Ansel segera beranjak pergi dari sana. Dia sedang tidak ingin melihat Olivia.









A.N.S.E.L.A.L.E.X.I.A

ANSELOVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang