"Sungguh hebat sekali, baru kemarin kita bermesraan bersama, sekarang kau dengan yang lain dan menorehkan luka di hati."
***
Pagi hari menyambut kegiatan mereka dengan cerah. Seperti biasanya jalanan ibu kota selalu padat, orang-orang sibuk kembali bekerja, kuliah bahkan sekolah.
Seorang remaja laki-laki dengan setelan jas kantor hitam yang melekat di tubuhnya itu baru saja tiba di kantor pukul tujuh lewat tigapuluh menit. Dengan pasti kaki panjang terbalut sepatu hitam itu melangkah memasuki lobby, sapaan hangat silih berganti menghangati kedatangan pekerja baru itu.
" Pak Ansel!" sekretaris pria itu tergopoh-gopoh mengejar Ansel yang hendak naik lift. Mereka naik lift bersama menuju lantai tiga.
"Pak sekretaris panggil saya nama aja," tegur Ansel.
"Oke ... Ansel, sepuluh menit lagi kita akan meeting dengan klien dari jepang."
"Kok gue ikut meeting? Gue gatau apa-apa loh!" panik Ansel, kemudian pintu lift terbuka dan Ansel langsung disambut oleh seorang pegawai wanita, dia yang akan menjadi mentor Ansel untuk beberapa bulan.
"Pak Ansel, ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani," ujar mentor itu.
Saat Ansel hendak membuka pintu ruang kerjanya dua orang remaja berseragam sekolah membuat kegaduhan — memanggil-manggil nama Ansel.
"Ansel, Ansel, Ansel!"
"Hey bro, widih cool bener gaya lu!"
Satu ruangan itu menatap bingung pada kedua siswa yang lepas dari pengawasan guru itu, sekaligus mereka menahan tawa melihat ekspresi wajah Ansel yang tampak menahan malu.
Ansel buru-buru masuk ke ruangannya, dia langsung melepas jas, melonggarkan dasi dan membuka kancing kemeja atasnya.
"Buset luas juga ruang kerja lu!" kagum Agam menatap sekeliling.
"Emang lu ga ngantuk kerja di ruangan dingin?" tanya Alfan seraya merebahkan tubuhnya di sofa. "Kalo gue sih ngantuk."
"Mau ngapain kesini?" tanya Ansel.
"Chill, bro." Agam menepuk-nepuk pundak Ansel. "Gue bela-belain bolos demi lo,"
"Lain kali kita datangnya dengan baik-baik kok, janji!" ucap Alfan.
"Jangan datang lagi, jangan!" Ansel melarang keras. Cukup untuk rasa malunya di hari pertama kerja, tidak untuk dua kali.
"Sana pulang, gue mau kerja," usir Ansel.
"Gue baru aja duduk!" ucap Agam.
Mentor wanita datang membawa setumpuk berkas untuk Ansel tanda tangani. Alfan langsung mengambil duduk sopan dan merapihkan rambutnya begitu dia lihat mentor cantik itu. Disampingnya Agam berkomentar. "Dasar cowok gemini."
"Ini sisanya besok, saya harus baca semuanya?"
"Iya. Enam menit lagi kita ikut meeting, tolong segera bersiap."
"Oke!"
Sesudah mentor itu pergi, Alfan langsung mendekati Ansel yang sedang merapikan dasi. "Yang tadi sekretaris lu?"
"Dia mentor gue," Ansel menatap Alfan. "Lu naksir dia?"
"Dia cantik, nikah belum?"
"Kalo nikah sih belum tapi udah punya tunangan." Alfan patah hati. Agam menertawakan Alfan.
Ansel melirik jam tangannya. "Gue mau meeting, lu berdua mau balik atau diam disini?"
"Kasian si Alfan baru aja gugur sebelum berjuang masa lu suruh pulang, nanti kalo amit-amit dia kecelakaan karena nyetir sambil dengerin lagu galau gimana?" ujar Agam terselip ejekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANSELOVIA
Romansa❗ PERUBAHAN ALUR CERITA ❗ BAGIAN Tigerangers || Spin of story RAJA BUMI | °°° Kita tidak saling mengenal namun semesta mempersatukan kita. Disaat perasaan menolak namun takdir tidak bisa di tolak. "Gue cinta perempuan lain tapi gue benci lo deket sa...